Senin, 30 Januari 2012

Novel Ayat-Ayat Cinta (Part 1)

Selamat membaca ya novel ayat-ayat cinta ni , panjang si novel nya .. jadi siap siapin makanan ajah biar ga bete :)

1. Gadis Mesir Itu Bernama Maria Tengah hari ini, kota Cairo seakan membara. Matahari berpijar di tengahpetala langit. Seumpama lidah api yang menjulur dan menjilat-jilat bumi. Tanahdan pasir menguapkan bau neraka. Hembusan angin sahara disertai debu yangbergulung-gulung menambah panas udara semakin tinggi dari detik ke detik.Penduduknya, banyak yang berlindung dalam flat yang ada dalam apartemen-apartemen berbentuk kubus dengan pintu, jendela dan tirai tertutup rapat.Memang, istirahat di dalam flat sambil menghidupkan pendingin ruangan jauh lebih nyaman daripada berjalan ke luar rumah, meski sekadar untuk shalatberjamaah di masjid. Panggilan azan zhuhur dari ribuan menara yang bertebarandi seantero kota hanya mampu menggugah dan menggerakkan hati mereka yangbenar-benar tebal imannya. Mereka yang memiliki tekad beribadah sesempurnamungkin dalam segala musim dan cuaca, seperti karang yang tegak berdiri dalamdeburan ombak, terpaan badai, dan sengatan matahari. Ia tetap teguh berdiriseperti yang dititahkan Tuhan sambil bertasbih tak kenal kesah. Atau, sepertimatahari yang telah jutaan tahun membakar tubuhnya untuk memberikanpenerangan ke bumi dan seantero mayapada. Ia tiada pernah mengeluh, tiadapernah mengerang sedetik pun menjalankan titah Tuhan.Awal-awal Agustus memang puncak musim panas.Dalam kondisi sangat tidak nyaman seperti ini, aku sendiri sebenarnyasangat malas keluar. Ramalan cuaca mengumumkan: empat puluh satu derajat celcius ! Apa tidak gila!? Mahasiswa Asia Tenggara yang tidak tahan panas,biasanya sudah mimisan , hidungnya mengeluarkan darah. Teman satu flat yanglangganan mimisan di puncak musim panas adalah Saiful. Tiga hari ini, memasukipukul sebelas siang sampai pukul tujuh petang, darah selalu merembes darihidungnya. Padahal ia tidak keluar flat sama sekali. Ia hanya diam di dalamkamarnya sambil terus menyalakan kipas angin. Sesekali ia kungkum, mendinginkan badan di kamar mandi.Dengan tekad bulat, setelah mengusir segala rasa aras-arasen 1 aku bersiapuntuk keluar. Tepat pukul dua siang aku harus sudah berada di Masjid Abu Bakar 1 Rasa malas melakukan sesuatu. AYAT AYAT CINTANovel Pembangun Jiwa— Habiburrahman Saerozi 2 Ash-Shidiq yang terletak di Shubra El-Khaima, ujung utara Cairo, untuk talaqqi 2 pada Syaikh Utsman Abdul Fattah. Pada ulama besar ini aku belajar qiraahsab’ah 3 dan ushul tafsir 4 . Beliau adalah murid Syaikh Mahmoud Khushari, ulamalegendaris yang mendapat julukan Syaikhul Maqari’ Wal Huffadh Fi Mashr atau Guru Besarnya Para Pembaca dan Penghafal Al-Qur’an di Mesir .Jadwalku mengaji pada Syaikh yang terkenal sangat disiplin itu seminggudua kali. Setiap Ahad dan Rabu. Beliau selalu datang tepat waktu. Tak kenal kataabsen. Tak kenal cuaca dan musim. Selama tidak sakit dan tidak ada uzur yangteramat penting, beliau pasti datang. Sangat tidak enak jika aku absen hanyakarena alasan panasnya suhu udara. Sebab beliau tidak sembarang menerimamurid untuk talaqqi qiraah sab’ah . Siapa saja yang ingin belajar qiraah sab’ah terlebih dahulu akan beliau uji hafalan Al-Qur’an tiga puluh juz dengan qiraah bebas. Boleh Imam Warasy. Boleh Imam Hafsh. Atau lainnya. Tahun ini beliauhanya menerima sepuluh orang murid. Aku termasuk sepuluh orang yangberuntung itu. Lebih beruntung lagi, beliau sangat mengenalku. Itu karena, disamping sejak tahun pertama kuliah aku sudah menyetorkan hafalan Al-Qur’anpada beliau di serambi masjid Al Azhar, juga karena di antara sepuluh orang yangterpilih itu ternyata hanya diriku seorang yang bukan orang Mesir. Aku satu-satunya orang asing, sekaligus satu-satunya yang dari Indonesia. Tak heran jikabeliau meng-anakemas-kan diriku. Dan teman-teman dari Mesir tidak ada yangmerasa iri dalam masalah ini. Mereka semua simpati padaku. Itulah sebabnya, jikaaku absen pasti akan langsung ditelpon oleh Syaikh Utsman dan teman-teman.Mereka akan bertanya kenapa tidak datang? Apa sakit? Apa ada halangan dan lainsebagainya. Maka aku harus tetap berusaha datang selama masih mampumenempuh perjalanan sampai ke Shubra, meskipun panas membara dan badaidebu bergulung-gulung di luar sana. Meskipun jarak yang ditempuh sekitar limapuluh kilo meter lebih jauhnya.Kuambil mushaf tercinta.Kucium penuh takzim. Lalu kumasukkan ke dalam saku depan tascangklong hijau tua. Meskipun butut, ini adalah tas bersejarah yang setia 2 Belajar langsung face to face dengan seorang syaikh atau ulama. 3 Membaca Al-Qur’an dengan riwayat tujuh Imam. 4 Ilmu tafsir paling pokok. AYAT AYAT CINTANovel Pembangun Jiwa— Habiburrahman Saerozi 3 menemani diriku menuntut ilmu sejak di Madrasah Aliyah sampai saat ini, saatmenempuh S.2. di universitas tertua di dunia, di delta Nil ini. Aku mengambil satubotol kecil berisi air putih di kulkas. Kumasukkan dalam plastik hitam lalukumasukkan dalam tas. Aku selalu membiasakan diri membawa air putih jikabepergian, selain sangat berguna juga merupakan salah satu bentuk penghematanyang sangat terasa. Apalagi selama menempuh perjalanan jauh dari Hadayek Helwan sampai Shubra El-Khaima dengan metro 5 , tidak akan ada yang menjualminuman.Aku sedikit ragu mau membuka pintu. Hatiku ketar-ketir. Angin saharaterdengar mendesau-desau. Keras dan kacau. Tak bisa dibayangkan betapakacaunya di luar sana. Panas disertai gulungan debu yang berterbangan. Suasanayang jauh dari nyaman. Namun niat harus dibulatkan. Bismillah tawakkaltu ‘ala Allah 6 , pelan-pelan kubuka pintu apartemen. Dan...Wuss!Angin sahara menampar mukaku dengan kasar. Debu bergumpal-gumpalbercampur pasir menari-nari di mana-mana. Kututup kembali pintu apartemen.Rasanya aku melupakan sesuatu.“Mas Fahri, udaranya terlalu panas. Cuacanya buruk. Apa tidak sebaiknyaistirahat saja di rumah?” saran Saiful yang baru keluar dari kamar mandi. Darahyang merembes dari hidungnya telah ia bersihkan.“ Insya Allah tidak akan terjadi apa-apa. Aku sangat tidak enak padaSyaikh Utsman jika tidak datang. Beliau saja yang sudah berumur tujuh puluhlima tahun selalu datang. Tepat waktu lagi. Tak kenal cuaca panas atau dingin.Padahal rumah beliau dari masjid tak kurang dari dua kilo,” tukasku sambilbergegas masuk kamar kembali, mengambil topi dan kaca mata hitam.“ Allah yubarik fik 7 , Mas,” ujarnya serak. Tangan kanannya mengusapkansapu tangan pada hidungnya. Mungkin darahnya merembes lagi.“ Wa iyyakum! 8 ” balasku sambil memakai kaca mata hitam dan memakaitopi menutupi kopiah putih yang telah menempel di kepalaku. 5 Kereta listrik, disebut juga trem. 6 Dengan menyebut nama Allah, aku berserah diri kepada Allah. 7 Semoga Allah melimpahkan berkah padamu. 8 Dan semoga melimpahkan (berkah-Nya) pada kalian semua. AYAT AYAT CINTANovel Pembangun Jiwa— Habiburrahman Saerozi 4 “Sudah bawa air putih, Mas?”Aku mengangguk.“Saif, Rudi minta dibangunkan pukul setengah dua. Tadi malam dialembur bikin makalah. Kelihatannya dia baru tidur jam setengah sepuluh tadi.Terus tolong nanti bilang sama dia untuk beli gula, dan minyak goreng. Hari inidia yang piket belanja. Oh ya, hampir lupa, nanti sore yang piket masak Hamdi.Dia paling suka masak oseng-oseng wortel campur kofta 9 . Kebetulan wortel dankoftanya habis. Bilang sama Rudi sekalian.”Sebagai yang dipercaya untuk jadi kepala keluarga—meskipun tanpaseorang ibu rumah tangga—aku harus jeli memperhatikan kebutuhan dankesejahteraan anggota. Dalam flat ini kami hidup berlima; aku, Saiful, Rudi,Hamdi dan Mishbah. Kebetulan aku yang paling tua, dan paling lama di Mesir.Secara akademis aku juga yang paling tinggi. Aku tinggal menunggupengumuman untuk menulis tesis master di Al Azhar. Yang lain masih programS.1. Saiful dan Rudi baru tingkat tiga, mau masuk tingkat empat. SedangkanMisbah dan Hamdi sedang menunggu pengumuman kelulusan untuk memperolehgelar Lc. atau Licence . Mereka semua telah menempuh ujian akhir tahun padaakhir Mei sampai awal Juni yang lalu. Awal-awal Agustus biasanya pengumumankeluar. Namun sampai hari ini, pengumuman belum juga keluar.Dan hari ini, kebetulan yang ada di flat hanya tiga orang, yaitu aku, Saifuldan Rudi. Adapun Hamdi sudah dua hari ini punya kegiatan di Dokki, tepatnya diMasjid Indonesia Cairo. Ia diminta untuk memberikan pelatihan kepemimpinanpada remaja masjid yang semuanya adalah putera-puteri para pejabat KBRI. Siangini katanya selesai, dan nanti sore dia pulang. Sedangkan Mishbah sedang beradadi Rab’ah El-Adawea, Nasr City. Katanya ia harus menginap di WismaNusantara, di tempatnya Mas Khalid, untuk merancang draft pelatihan ekonomiIslam bersama Profesor Maulana Husein Shahata, pertengahan September depan.Masing-masing penghuni flat ini punya kesibukan. Aku sendiri yang sudah tidak aktif di organisasi manapun, juga mempunyai jadwal dan kesibukan. Membacabahan untuk tesis, talaqqi qiraah sab’ah, menerjemah, dan diskusi intern denganteman-teman mahasiswa Indonesia yang sedang menempuh S.2. dan S.3. di Cairo. 9 Daging yang telah dicincang halus dengan mesin. AYAT AYAT CINTANovel Pembangun Jiwa— Habiburrahman Saerozi 5 Urusan-urusan kecil seperti belanja, memasak dan membuang sampah, jika tidak diatur dengan bijak dan baik akan menjadi masalah. Dan akan mengganggukeharmonisan. Kami berlima sudah seperti saudara kandung. Saling mencintai,mengasihi dan mengerti. Semua punya hak dan kewajiban yang sama. Tidak adayang diistimewakan. Semboyan kami, baiti jannati . Rumahku adalah surgaku.Tempat yang kami tinggali ini harus benar-benar menjadi tempat yangmenyenangkan. Dan sebagai yang paling tua aku bertanggung jawab untuk membawa mereka pada suasana yang mereka inginkan.Aku melangkah ke pintu.“Saif. Jangan lupa pesanku tadi!” kembali aku mengingatkan sebelummembuka pintu.“ Insya Allah , Mas.”Di luar sana angin terdengar mendesau-desau. Benar kata Saiful, cuacasebetulnya kurang baik.Ah, kalau tidak ingat bahwa kelak akan ada hari yang lebih panas darihari ini dan lebih gawat dari hari ini. Hari ketika manusia digiring di padang Mahsyar dengan matahari hanya satu jengkal di atas ubun-ubun kepala. Kalautidak ingat, bahwa keberadaanku di kota seribu menara ini adalah amanat. Danamanat akan dipertanggungjawabkan dengan pasti. Kalau tak ingat, bahwa masamuda yang sedang aku jalani ini akan dipertanyakan kelak. Kalau tak ingat,bahwa tidak semua orang diberi nikmat belajar di bumi para nabi ini. Kalau tidak ingat, bahwa aku belajar di sini dengan menjual satu-satunya sawah warisan darikakek. Kalau tidak ingat bahwa aku dilepas dengan linangan air mata dan selaksadoa dari ibu, ayah dan sanak saudara. Kalau tak ingat bahwa jadwal adalah janjiyang harus ditepati. Kalau tak ingat itu semua, shalat zhuhur di kamar saja lalutidur nyantai menyalakan kipas dan mendengarkan lantunan lagu El-Himl El- Arabi atau El-Hubb El-Haqiqi, atau untaian shalawatnya Emad Rami dari Syiriaitu, tentu rasanya nyaman sekali. Apalagi jika diselingi minum ashir 10 manggayang sudah didinginkan satu minggu di dalam kulkas atau makan buah semangkayang sudah dua hari didinginkan. Masya Allah , alangkah segarnya.Kubuka pintu apartemen perlahan. 10 Juice AYAT AYAT CINTANovel Pembangun Jiwa— Habiburrahman Saerozi 6 Wuss!Angin sahara kembali menerpa wajahku. Aku melangkah keluar lalumenuruni tangga satu per satu. Flat kami ada di tingkat tiga. Gedung apartemenini hanya enam tingkat dan tidak punya lift. Sampai di halaman apartemen, jilatanpanas matahari seakan menembus topi hitam dan kopiah putih yang menempel dikepalaku. Seandainya tidak memakai kaca mata hitam, sinarnya yang benderangakan terasa perih menyilaukan mata.Kulangkahkan kaki ke jalan.“Psst..psst...Fahri! Fahri!”Kuhentikan langkah. Telingaku menangkap ada suara memanggil-manggilnamaku dari atas. Suara yang sudah kukenal. Kupicingkan mataku mencari asalsuara. Di tingkat empat. Tepat di atas kamarku. Seorang gadis Mesir berwajahbersih membuka jendela kamarnya sambil tersenyum. Matanya yang beningmenatapku penuh binar.“Hei Fahri, panas-panas begini keluar, mau ke mana?”“Shubra.”“ Talaqqi Al-Qur’an ya?”Aku mengangguk.“Pulangnya kapan?”“Jam lima, insya Allah .”“Bisa nitip?”“Nitip apa?”“Belikan disket. Dua. Aku malas sekali keluar.”“Baik, insya Allah .”Aku membalikkan badan dan melangkah.“Fahri, istanna suwayya ! 11 ”“ Fi eh kaman ? 12 ”Aku urung melangkah.“Uangnya.”“Sudah, nanti saja, gampang.”“ Syukran Fahri.” 13 11 Tunggu sebentar. 12 Ada apa lagi? AYAT AYAT CINTANovel Pembangun Jiwa— Habiburrahman Saerozi 7 “ Afwan .”Aku cepat-cepat melangkah ke jalan menuju masjid untuk shalat zhuhur.Panasnya bukan main.Gadis Mesir itu, namanya Maria. Ia juga senang dipanggil Maryam. Duanama yang menurutnya sama saja. Dia puteri sulung Tuan Boutros Rafael Girgis.Berasal dari keluarga besar Girgis. Sebuah keluarga Kristen Koptik yang sangattaat. Bisa dikatakan, keluarga Maria adalah tetangga kami paling akrab. Ya, palingakrab. Flat atau rumah mereka berada tepat di atas flat kami. Indahnya, merekasangat sopan dan menghormati kami mahasiswa Indonesia yang sedang belajar diAl Azhar.Maria gadis yang unik.Ia seorang Kristen Koptik atau dalam bahasa asli Mesirnya qibthi , namunia suka pada Al-Qur’an. Ia bahkan hafal beberapa surat Al-Qur’an. Di antaranyasurat Maryam. Sebuah surat yang membuat dirinya merasa bangga. Akumengetahui hal itu pada suatu kesempatan berbincang dengannya di dalam metro .Kami tak sengaja berjumpa. Ia pulang kuliah dari Cairo University , sedangkanaku juga pulang kuliah dari Al Azhar University . Kami duduk satu bangku. Suatukebetulan.“Hei namamu Fahri, iya ‘kan?”“Benar.”“Kau pasti tahu namaku, iya ‘kan?”“Iya. Aku tahu. Namamu Maria. Puteri Tuan Boutros Girgis.”“Kau benar.”“Apa bedanya Maria dengan Maryam?”“Maria atau Maryam sama saja. Seperti David dengan Daud. Yang jelasnamaku tertulis dalam kitab sucimu. Kitab yang paling banyak dibaca umatmanusia di dunia sepanjang sejarah. Bahkan jadi nama sebuah surat. Suratkesembilan belas, yaitu surat Maryam. Hebat bukan?”“Hei, bagaimana kau mengatakan Al-Qur’an adalah kitab suci palingbanyak dibaca umat manusia sepanjang sejarah? Dari mana kamu tahu itu?”selidikku penuh rasa kaget dan penasaran. 13 Terima kasih. AYAT AYAT CINTANovel Pembangun Jiwa— Habiburrahman Saerozi 8 “Jangan kaget kalau aku berkata begitu. Ini namanya objektif. Memangkenyataannya demikian. Charles Francis Potter mengatakan seperti itu. Bahkan jujur kukatakan, ‘Al-Qur’an jauh lebih dimuliakan dan dihargai daripada kitabsuci lainnya. Ia lebih dihargai daripada Perjanjian Baru dan Perjanjian Lama.Pendeta J. Shillidy dalam bukunya The Lord Jesus in The Koran memberikankesaksian seperti itu. Dan pada kenyataannya tak ada buku atau kitab di dunia iniyang dibaca dan dihafal oleh jutaan manusia setiap detik melebihi Al-Qur’an. DiMesir saja ada sekitar sepuluh ribu Ma’had Al Azhar. Siswanya ratusan ribubahkan jutaan anak. Mereka semua sedang menghafalkan Al-Qur’an. Karenamereka tak akan lulus dari Ma’had Al Azhar kecuali harus hafal Al-Qur’an. Akusaja, yang seorang Koptik suka kok menghafal Al-Qur’an. Bahasanya indah danenak dilantunkan,” cerocosnya santai tanpa ada keraguan.“Kau juga suka menghafal Al-Qur’an? Apa aku tidak salah dengar?”heranku.“Ada yang aneh?”Aku diam tidak menjawab.“Aku hafal surat Maryam dan surat Al-Maidah di luar kepala.”“Benarkah?”“Kau tidak percaya? Coba kau simak baik-baik!”Maria lalu melantunkan surat Maryam yang ia hafal. Anehnya ia terlebihdahulu membaca ta’awudz 14 dan basmalah . Ia tahu adab dan tata cara membacaAl-Qur’an. Jadilah perjalanan dari Mahattah 15 Anwar Sadat Tahrir sampai TuraEl-Esmen kuhabiskan untuk menyimak seorang Maria membaca surat Maryamdari awal sampai akhir. Nyaris tak ada satu huruf pun yang ia lupa. Bacaannyacukup baik meskipun tidak sebaik mahasiswi Al Azhar. Dari Tura El-Esmenhingga Hadayek Helwan Maria mengajak berbincang ke mana-mana. Aku tak menghiraukan tatapan orang-orang Mesir yang heran aku akrab dengan Maria.Itulah Maria, gadis paling aneh yang pernah kukenal. Meskipun aku sudahcukup banyak tahu tentang dirinya, baik melalui ceritanya sendiri saat tak sengajabertemu di metro , atau melalui cerita ayahnya yang ramah. Tapi aku masihmenganggapnya aneh. Bahkan misterius. Ia gadis yang sangat cerdas. Nilai ujian 14 Yaitu membaca A’udzubillahi minasy syaithaanir rajiim . 15 Stasiun, terminal. AYAT AYAT CINTANovel Pembangun Jiwa— Habiburrahman Saerozi 9 akhir Sekolah Lanjutan Atasnya adalah terbaik kedua tingkat nasional Mesir. Iamasuk Fakultas Komunikasi, Universitas Cairo. Dan tiap tingkat selalu meraihpredikat mumtaz atau cumlaude . Ia selalu terbaik di fakultasnya. Ia pernahditawari jadi reporter Ahram, koran terkemuka di Mesir. Tapi ia tolak. Ia lebihmemilih jadi penulis bebas. Ia memang gadis Koptik yang aneh. Menurutpengakuannya sendiri, ia paling suka dengar suara azan, tapi pergi ke gereja tidak pernah ia tinggalkan. Sekali lagi, ia memang gadis Koptik yang aneh. Aku tidak tahu jalan pikirannya.Selama ini, aku hanya mendengar dari bibirnya yang tipis itu hal-hal yangpositif tentang Islam. Dalam hal etika berbicara dan bergaul ia terkadang lebihIslami daripada gadis-gadis Mesir yang mengaku muslimah. Jarang sekalikudengar ia tertawa cekikikan. Ia lebih suka tersenyum saja. Pakaiannya longgar,sopan dan rapat. Selalu berlengan panjang dengan bawahan panjang sampai tumit.Hanya saja, ia tidak memakai jilbab. Tapi itu jauh lebih sopan ketimbang gadis-gadis Mesir seusianya yang berpakaian ketat dan bercelana ketat, dan tidak jarangbagian perutnya sedikit terbuka. Padahal mereka banyak yang mengakumuslimah. Maria suka pada Al-Qur’an. Ia sangat mengaguminya, meskipun iatidak pernah mengaku muslimah. Penghormatannya pada Al-Qur’an bahkanmelebihi beberapa intelektual muslim.Ia pernah cerita, suatu kali ia ikut diskusi tentang aspek kebahasaan Al-Qur’an di Fakultas Sastra Universitas Cairo. Pemakalahnya adalah seorang doktorfilsafat jebolan Sorbonne Perancis. Maria merasa risih sekali dengan kepongahandoktor itu yang mengatakan Al-Qur’an tidak sakral karena dilihat dari aspek kebahasaan ada ketidakberesan. Doktor itu mencontohkan dalam Al-Qur’an adarangkaian huruf yang tidak diketahui maknanya. Yaitu, alif laam miim, alif laamra, haa miim, yaa siin, thaaha nuun, kaf ha ya ‘ain shaad, dan sejenisnya.Maria berkata padaku,“Fahri, aku geli sekali mendengar perkataan doktor dari Sorbonne itu. Diaitu orang Arab, juga muslim, tapi bagaimana bisa mengatakan hal yang stupid begitu. Aku saja yang Koptik bisa merasakan betapa indahnya Al-Qur’an dengan alif laam miim -nya. Kurasa rangkaian huruf-huruf seperti alif laam miim, alif laam ra, haa miim, yaa siin, nuun, kaf ha ya ‘ain shaad adalah rumus-rumus AYAT AYAT CINTANovel Pembangun Jiwa— Habiburrahman Saerozi 10 Tuhan yang dahsyat maknanya. Susah diungkapkan maknanya, tapikeagungannya bisa ditangkap oleh mereka yang memiliki cita rasa bahasa Arabyang tinggi. Jika susunan itu dianggap sebagai suatu ketidakberesan, orang-orangkafir Quraisy yang sangat tidak suka pada Al-Qur’an dan memusuhinya sejak dahulu tentu akan mengambil kesempatan adanya ketidakberesan itu untuk menghancurkan Al-Qur’an. Dan tentu mereka sudah mencela bahasa Al-Qur’anhabis-habisan sepanjang sejarah. Namun kenyataannya, justru sebaliknya. Merekamengakui keindahan bahasanya yang luar biasa. Mereka menganggap bahasa Al-Qur’an bukan bahasa manusia biasa tapi bahasa yang datang dari langit. Jadikukira doktor itu benar-benar stupid . Tidak semestinya seorang doktor sekelas diamengatakan hal seperti itu.”Aku lalu menjelaskan kepada Maria segala hal berkaitan dengan alim laammiim dalam Al-Qur’an. Lengkap dengan segala rahasia yang digali oleh paraulama dan ahli tafsir. Maknanya, hikmahnya, dan pengaruhnya dalam jiwa. Jugakuterangkan bahwa pendapat Maria yang mengatakan huruf-huruf itu tak lainadalah rumus-rumus Tuhan yang maha dahsyat maknanya, dan hanya Tuhan yangtahu persis maknanya, ternyata merupakan pendapat yang dicenderungi mayoritasulama tafsir. Maria girang sekali mendengarnya.“Wah pendapat yang terlintas begitu saja dalam benak kok bisa samadengan pendapat mayoritas ulama tafsir ya?” komentarnya sambil tersenyumbangga.Aku ikut tersenyum.Di dunia ini memang banyak sekali rahasia Tuhan yang tidak bisadimengerti oleh manusia lemah seperti diriku. Termasuk kenapa ada gadis sepertiMaria. Dan aku pun tidak merasa perlu untuk bertanya padanya kenapa tidak mengikuti ajaran Al-Qur’an. Pertanyaan itu kurasa sangat tidak tepat ditujukanpada gadis cerdas seperti Maria. Dia pasti punya alasan atas pilihannya. Inilahyang membuatku menganggap Maria adalah gadis aneh dan misterius. Di duniaini banyak sekali hal-hal misterius. Masalah hidayah dan iman adalah masalahmisterius. Sebab hanya Allah saja yang berhak menentukan siapa-siapa yang patutdiberi hidayah. Abu Thalib adalah paman nabi yang mati-matian membeladakwah nabi. Cinta nabi pada beliau sama dengan cinta nabi pada ayah AYAT AYAT CINTANovel Pembangun Jiwa— Habiburrahman Saerozi 11 kandungnya sendiri. Tapi masalah hidayah hanya Allah yang berhak menentukan.Nabi tidak bisa berbuat apa-apa atas nasib sang paman yang amat dicintainya itu.Juga hidayah untuk Maria. Hanya Allah yang berhak memberikannya.Mungkin, sejak azan berkumandang Maria telah membuka daun jendelakayunya. Dari balik kaca ia melihat ke bawah, menunggu aku keluar. Begitu akutampak keluar menuju halaman apartemen, ia membuka jendela kacanya, danmemanggil dengan suara setengah berbisik. Ia tahu persis bahwa aku dua kali tiapdalam satu minggu keluar untuk talaqqi Al-Qur’an. Tiap hari Ahad dan Rabu.Berangkat setelah azan zhuhur berkumandang dan pulang habis Ashar. Dan inihari Rabu. Seringkali ia titip sesuatu padaku. Biasanya tidak terlalu merepotkan.Seperti titip membelikan disket, memfotocopykan sesuatu, membelikan tinta print , dan sejenisnya yang mudah kutunaikan. Banyak toko alat tulis, tempat fotocopy dan toko perlengkapan komputer di Hadayek Helwan. Jika tidak ada di sana,biasanya di Shubra El-Khaima ada.Suhu udara benar-benar panas. Wajar saja Maria malas keluar. Toko alattulis yang juga menjual disket hanya berjarak lima puluh meter dari apartemen.Namun ia lebih memilih titip dan menunggu sampai aku pulang nanti. Inimemang puncak musim panas. Laporan cuaca meramalkan akan berlangsungsampai minggu depan, rata-rata 39 sampai 41 derajat celcius . Ini baru di Cairo. DiMesir bagian selatan dan Sudan entah berapa suhunya. Tentu lebih menggila.Ubun-ubunku terasa mendidih.Panggilan iqamat 16 terdengar bersahut-sahutan. Panggilan mulia itu sangatmenentramkan hati. Pintu-pintu meraih kebahagiaan dan kesejahteraan masihterbuka lebar-lebar. Kupercepat langkah. Tiga puluh meter di depan adalah MasjidAl-Fath Al-Islami. Masjid kesayangan. Masjid penuh kenangan tak terlupakan.Masjid tempat aku mencurahkan suka dan deritaku selama belajar di sini. Tempataku menitipkan rahasia kerinduanku yang memuncak, tujuh tahun sudah akuberpisah dengan ayah ibu. Tempat aku mengadu pada Yang Maha Pemberi rizkisaat berada dalam keadaan kritis kehabisan uang. Saat hutang pada teman-temanmenumpuk dan belum terbayarkan. Saat uang honor terjemahan terlambat datang. 16 Tanda bahwa shalat berjamaah segera didirikan. AYAT AYAT CINTANovel Pembangun Jiwa— Habiburrahman Saerozi 12 Tempat aku menata hati, merancang strategi, mempertebal azam dan keteguhan jiwa dalam perjuangan panjang.Begitu masuk masjid...Wusss!Hembusan udara sejuk yang dipancarkan lima AC dalam masjidmenyambut ramah. Alhamdulillah . Nikmat rasanya jika sudah berada di dalammasjid. Puluhan orang sudah berjajar rapi dalam shaf shalat jamaah. Kuletakkantopi dan tas cangklongku di bawah tiang dekat aku berdiri di barisan shaf kedua.Kedamaian menjalari seluruh syaraf dan gelegak jiwa begitu kuangkat takbir.Udara sejuk yang berhembus terasa mengelus-elus leher dan mukaku. Jugamengusap keringat yang tadi mengalir deras. Aku merasa tenteram dalam elusankasih sayang Tuhan Yang Mahapenyayang. Dia terasa begitu dekat, lebih dekatdari urat leher, lebih dekat dari jantung yang berdetak. AYAT AYAT CINTANovel Pembangun Jiwa— Habiburrahman Saerozi 13 2. Peristiwa di dalam Metro Usai shalat, aku menyalami Syaikh Ahmad. Nama lengkapnya SyaikhAhmad Taqiyyuddin Abdul Majid. Imam muda yang selama ini sangat dekatdenganku. Beliau tidak pernah menyembunyikan senyumnya setiap kali berjumpadenganku. Beliau masih muda, umurnya baru tiga puluh satu, dan baru setengahtahun yang lalu ia meraih Magister Sejarah Islam dari Universitas Al Azhar.Anaknya baru satu, berumur dua tahun. Kini beliau bekerja di KementerianUrusan Wakaf sambil menempuh program doktoralnya. Beliau juga menjadidosen Sejarah Islam di Ma’had I’dadud Du’at 17 yang dikelola oleh Jam’iyyahSyar’iyyah bekerjasama dengan Fakultas Dakwah, Universitas Al Azhar. Diseluruh Mesir sampai sekarang ma’had ini baru ada dua: di Ramsis dan diHadayek Helwan.Meskipun masih muda, namun kedalaman ilmu agama dan kefashihannyamembaca serta mentafsirkan Al-Qur’an membuat masyarakat memanggilnya“Syaikh”. Kerendahan hati, dan komitmennya yang tinggi membela kebenaranmembuat sosoknya dicintai dan dihormati semua lapisan masyarakat Hadayek Helwan dan sekitarnya. Yang menarik, dia dekat dengan kawula muda. Panggilan‘Syaikh’ tidak membuatnya lantas merasa canggung untuk ikut sepak bola setiapJum’at pagi bersama anak-anak muda. Jika Maria adalah gadis Koptik yang aneh.Aku merasa Syaikh Ahmad adalah ulama muda yang unik.“ Akh 18 Fahri, mau ke mana?” tanya Syaikh ramah dengan senyummenghiasi wajahnya yang bersih. Jenggotnya tertata rapi. Kutatap wajah beliausesaat. Sejatinya Syaikh Ahmad memang tampan. Tak kalah dengan KazemSaheer, penyanyi tenar asal Irak yang digandrungi gadis-gadis remaja seanteroTimur Tengah. Nada suaranya juga indah berwibawa. Tak heran jika beliaudisayangi semua orang. Seandainya suara indah Kazem Saheer digunakan untuk membaca Al-Qur’an seperti Syaikh Ahmad mungkin akan lain cerita belantikaselebritis Mesir.“Seperti biasa Syaikh, ke Shubra,” jawabku datar. 17 Sekolah Tinggi Juru Dakwah. 18 Saudara. AYAT AYAT CINTANovel Pembangun Jiwa— Habiburrahman Saerozi 14 Beliau langsung paham aku mau ke mana dan mau apa. Sebab SyaikhAhmad dulu juga belajar qiraah sab’ah pada Syaikh Utsman di Shubra. Sesekalibahkan masih datang ke sana.“Cuacanya buruk. Sangat panas. Apa tidak sebaiknya istrirahat saja? Jarak yang akan kau tempuh itu tidak dekat. Pikirkan juga kesehatanmu, Akh ,” lanjutbeliau sambil meletakkan tangan kanannya dipundak kiriku.“Semestinya memang begitu Syaikh. Tapi saya harus komitmen dengan jadwal. Jadwal adalah janji. Janji pada diri sendiri dan janji pada Syaikh Utsmanuntuk datang.”“ Masya Allah , semoga Allah menyertai langkahmu.”“Amin,” sahutku pelan sambil melirik jam dinding di atas mihrab.Waktunya sudah mepet.“Syaikh, saya pamit dulu,” kataku sambil bangkit berdiri. Syaikh Ahmadikut berdiri. Kucangklong tas, kupakai topi dan kaca mata.Syaikh Ahmad tersenyum melihat penampilanku.“Dengan topi dan kaca mata hitammu itu kau seperti bintang film HongKong saja. Tak tampak sedikit pun kau seorang mahasiswa pascasarjana Al Azharyang hafal Al-Qur’an.”“Syaikh ini bisa saja,” sahutku sambil tersenyum, “mohon doanya. Assalamu’alaikum .”“ Wa’alaikumussalam warahmatullah wa barakatuh .”Di luar masjid, terik matahari dan gelombang angin panas langsungmenyerang. Cepat-cepat kuayunkan kaki, berlari-lari kecil menuju mahathah metro yang berada tiga puluh lima meter di hadapanku. Ups, sampai jugaakhirnya. Aku langsung menuju loket penjualan tiket.“ Ya Kapten , wahid Shubra! ” 19 seruku pada penjaga loket berkepala botak dan gemuk. Wajahnya penuh keringat, meskipun tepat di belakangnya ada kipasangin kecil berputar-putar. Ia tampak berkenan kusapa dengan kapten. Memanguntuk menyapa lelaki yang tidak dikenal cukup memakai ‘ya kapten’ bisa juga ‘yabasya’ atau kalau agak tua ‘ya ammu’. Jika kira-kira sudah haji memakai ‘yahaj’.” 19 Kapten, Shubra satu! AYAT AYAT CINTANovel Pembangun Jiwa— Habiburrahman Saerozi 15 “ Masyi ya Andonesy ,” 20 jawab penjaga loket sambil mengulurkan karciskecil warna kuning kepadaku. Ia mengambil uang satu pound yang kuberikan danmemberi kembalian 20 piesters. Di pintu masuk karcis aku masukkan untuk membuka pintu penghalang. Setelah melewati pintu penghalang karcis itukuambil lagi. Sebab tanpa karcis itu saya tidak akan bisa keluar di Shubra nanti.Dan jika ada pemeriksaan di dalam metro karcis itu harus aku tunjukkan. Jikatidak bisa menunjukkan, akan kena denda. Biasanya sepuluh pound. Itu punsetelah dimaki-maki oleh petugas pemeriksa.Bagi penduduk Mesir, khususnya Cairo, metro bisa dikatakan transportasikebanggaan. Lumayan canggih. Mahattah bawah tanah yang ada di Attaba, Tahrirdan Ramsis kelihatan modern dan canggih. Itu wajar. Sebab arsiteknya, semuanyaorang Perancis. Orang-orang Mesir sering menyombongkan diri begini,‘Kalau Anda berada di mahattah metro Tahrir atau Ramsis itu sama sajaAnda berada di salah satu mahattah metro kota Paris.’Benarkah?Aku tidak tahu, sebab aku tidak pernah pergi ke Paris. Tapi aku pernahmembaca sebuah majalah, memang ada stasiun bawah tanah di kota Paris yangdibuat bernuansa Mesir kuno. Dinding-dindingnya diukir dengan Hieroglyph,huruf-huruf Mesir kuno. Beberapa sisinya dihiasi dengan patung-patung dansimbol-simbol Mesir kuno, seperti tugu Alexandria, kunci pyramid yang sekilastampak seperti salib, patung Tutankhmoun, Tutmosis, Ramses III, Amenophis III,Cleopatra dan lain sebagainya. Nuansa seperti itu sangat kental di mahattah metro Anwar Sadat-Tahrir, yang berada tepat di jantung kota Cairo.Sebuah metro biru kusam datang. Pintu-pintunya terbuka perlahan.Beberapa orang turun. Setelah itu, barulah para penumpang yang menunggu naik.Aku masuk gerbong nomor lima. Aku yakin sekali akan dapat tempat duduk.Dalam cuaca panas seperti ini pasti penumpang sepi. Begitu sampai di dalam, akulangsung mengedarkan pandangan mencari tempat duduk. Sayang, semua tempatduduk telah terisi. Bahkan ada lima penumpang yang berdiri. Sungguhmengherankan, bagaimana mungkin ini terjadi? Di hari-hari biasa yang tidak panas saja seringkali ada tempat duduk kosong. 20 Baik, Orang Indonesia. AYAT AYAT CINTANovel Pembangun Jiwa— Habiburrahman Saerozi 16 Aku mengerutkan kening.Dapat tempat duduk adalah juga rizki. Jika tidak dapat tempat duduk berarti belum rizkinya. Aku menggeser diri ke dekat pintu di mana ada kipasangin berputar-putar di atasnya. Namun kipas itu nyaris tak berguna. Udara panasyang diputar tetap saja panas. Metro melaju kencang. Udara yang masuk dari jendela juga panas. Padang pasir seperti mendidih. Semua penumpang basah olehair peluh.Seorang pemuda berjenggot tipis yang berdiri tak jauh dari tempat akuberdiri memandangi diriku dengan tersenyum. Aku membalas senyumnya. Iamendekat dan mengulurkan tangannya.“ Ana akhukum, 21 Ashraf,” ia memperkenalkan diri dengan sangat sopan.Ia menggunakan kalimat ‘akhukum’ berarti ia sangat yakin aku seorang muslimseperti dirinya.“ Ana akhukum, Fahri,” jawabku.“ Min Shin ?” 22 Orang Mesir terlalu susah membedakan orang Asia Tenggara denganorang China.“ La. Ana Andonesy .” 23 Kami pun lantas berbincang-bincang. Mula-mula aku memancingnyadengan masalah bola. Orang Mesir paling suka berbicara masalah bola. Terutamamembicarakan persaingan tiga klub besar Mesir yaitu Ahli, Zamalek dan Ismaili.Ia ternyata pendukung Zamalek. Dengan bangga ia berkata, “Syaikh MuhammadJibril juga pendukung setia Zamalek.” Aku hanya tersenyum. Aku tidak perlumempertanyakan lebih lanjut kebenaran kata-katanya. Tidak penting. Pendukungfanatik sebuah klub akan mencari banyak data untuk mendukung klubkesayangannya. Maka aku langsung menyambungnya dengan memuji kehebatanbeberapa pemain andalan Zamalek. Terutama Hosam Hasan. Ia tampak senang.Tujuanku memang membuat dia merasa senang. Tak lebih. Aku merasa tak rugimembaca buku-buku Syaikh Abbas As-Sisi tentang bagaimana caranyamengambil hati orang lain. Pembicaraan terus melebar ke mana-mana. Ia sangat 21 Aku saudaramu. 22 Dari China? 23 Tidak. Aku orang Indonesia. AYAT AYAT CINTANovel Pembangun Jiwa— Habiburrahman Saerozi 17 senang ketika tahu bahwa aku mahasiswa pascasarjana Al Azhar. Lebih kagetketika ia tahu aku hendak ke Shubra untuk talaqqi pada Syaikh Utsman.Ia berkata,“Di Helwan saya belajar qiraah riwayat Imam Hafsh pada Syaikh Hasanyang tak lain adalah murid Syaikh Utsman. Berkali-kali Syaikh Hasan memintakuuntuk ikut belajar qiraah sab’ah langsung pada Syaikh Utsman, tapi aku tak adawaktu. Aku sudah terlalu sibuk dengan pekerjaan dan keluarga. Jadi, kautermasuk orang yang beruntung, orang Indonesia.” Metro terus berjalan. Tak terasa sudah sampai daerah Thakanat Maadi.“ Akh Ashraf, kamu mau turun di mana?” tanyaku ketika metro perlahanberhenti dan beberapa orang bersiap turun.“Sayyeda Zaenab. Insya Allah .”Pintu metro terbuka. Beberapa orang turun. Dua kursi kosong. Kalau mau,aku bisa mengajak Ashraf mendudukinya. Namun ada seorang bapak setengahbaya masih berdiri. Dia memandang ke luar jendela, tidak melihat ada dua bangkukosong. Kupersilakan dia duduk. Dia mengucapkan terima kasih. Kursi masihkosong satu. Sangat dekat denganku. Kupersilakan Ashraf duduk. Dia tidak mau,malah memaksaku duduk. Tiba-tiba mataku menangkap seorang perempuanberabaya biru tua, dengan jilbab dan cadar biru muda naik dari pintu yang satu,bukan dari pintu dekat yang ada di dekatku. Kuurungkan niat untuk duduk. Masihada yang lebih berhak. Perempuan bercadar itu kupanggil dengan lambaiantangan. Ia paham maksudku. Ia mendekat dan duduk dengan mengucapkan,“ Syukran! ” Metro atau kereta listrik terus melaju.Ashraf kembali mengajakku berbincang. Kali ini tentang Amerika. Iageram sekali pada Amerika. Seribu alasan ia beberkan. Kata-katanya menggebuseperti Presiden Gamal Abdul Naser berorasi memberi semangat dunia Arabdalam perang 1967.“Ayatollah Khomeini benar, Amerika itu setan! Setan harus dienyahkan!”katanya berapi-api. Orang Mesir memang suka bicara. Kalau sudah bicara iamerasa paling benar sendiri. Aku diam saja. Kubiarkan Ashraf berbicara sepuas-puasnya. Hanya sesekali, pada saat yang tepat aku menyela. Sesekali aku AYAT AYAT CINTANovel Pembangun Jiwa— Habiburrahman Saerozi 18 menyapukan pandangan melihat keadaan sekeliling. Juga ke luar jendela agar tahu metro sudah melaju sampai di mana. Sekilas ujung mataku menangkapperempuan bercadar biru mengeluarkan mushaf dari tasnya, dan membacanyadengan tanpa suara. Atau mungkin dengan suara tapi sangat lirih sehingga akutidak mendengarnya. Orang-orang membaca Al-Qur’an di metro , di bis, di stasiundan di terminal adalah pemandangan yang tidak aneh di Cairo. Apalagi jika bulanpuasa tiba. Metro sampai di Maadi, kawasan elite di Cairo setelah Heliopolis, Dokki,El-Zamalek dan Mohandesen. Sebagian orang malah mengatakan Maadi adalahkawasan paling elite. Lebih elite dari Heliopolis. Tidak terlalu pentingmembandingkan satu sama lain. Nama-nama itu semuanya nama kawasan elite.Masing-masing punya kelebihan. Dokki terkenal sebagai tempatnya para diplomattinggal. Mohandesen tempatnya para pengusaha dan selebritis. Sedangkan Maadimungkin adalah kawasan yang paling teratur tata kotanya. Dirancang olehkolonial Inggris. Jalan-jalannya lebar. Setiap rumah ada tamannya. Dan dekatsungai Nil. Tinggal di Maadi memiliki prestise sangat tinggi. Prestise -nyaseumpama tinggal di Paris dibandingkan dengan tinggal di kota-kota besar lainnyadi Eropa. Itu keterangan yang aku dapat dari Tuan Boutros, ayahnya Maria yangbekerja di sebuah bank swasta di Maadi. Masalah prestise memang sangatsubjektif. Orang yang tinggal di kawasan agak kumuh Sayyeda Zaenab merasalebih prestise dibandingkan dengan tinggal di kawasan lain di Cairo. Alasanmereka karena dekat dengan makam Sayyeda Zaenab, cucu Baginda Nabi Saw.Demikian juga yang tinggal di dekat masjid Amru bin Ash. Mereka merasa lebihberuntung dan selalu bangga bisa tinggal di dekat masjid pertama yang didirikandi benua Afrika itu.Begitu pintu metro terbuka, beberapa penumpang turun. Lalu beberapaorang naik-masuk. Mataku menangkap ada tiga orang bule masuk. Yang seorangnenek-nenek. Ia memakai kaos dan celana pendek sampai lutut. Wajahnya tampak pucat. Mungkin karena kepanasan. Ia diiringi seorang pemuda dan seorangperempuan muda. Mungkin anaknya atau cucunya. Keduanya memakai ransel.Pemuda bule itu memakai topi berbendera Amerika dan berkaca mata hitam. Ia juga hanya berkaos sport putih dan celana pendek sampai lutut. Yang perempuan AYAT AYAT CINTANovel Pembangun Jiwa— Habiburrahman Saerozi 19 memakai kaos ketat tanpa lengan, you can see . Dan bercelana pendek ketat.Semua bagian tubuhnya menonjol. Lekak-lekuknya jelas. Bagian pusarnyakelihatan. Ia seperti tidak berpakaian. Mereka berdua mengitarkan pandangan.Mencari tempat duduk. Sayang, tak ada yang kosong. Beberapa orang justruberdiri termasuk diriku.Aku tersenyum pada Ashraf sambil berkata,“Ashraf kau mau titip pesan pada Presiden Amerika nggak?”“Apa maksudmu?”“Itu, mumpung ada orang Amerika. Minggu depan mereka mungkin sudahkembali ke Amerika. Kau bisa titip pesan pada mereka agar presiden mereka tidak bertindak bodoh seperti yang kau katakan tadi.”Ashraf menoleh ke kanan dan memandang tiga bule itu dengan raut tidak senang. Tiba-tiba ia berteriak,“ Ya Amrikaniyyun, la’natullah ‘alaikum !” 24 Kontan para penumpang yang mendengar perkataan Ashraf itu melongok ke arah tiga bule yang baru masuk itu. Gerakan persis anak-anak ayam yang kagetatas kedatangan musang di kandangnya. Kusisir wajah orang-orang Mesir. Raut-raut kurang simpati dan tidak senang. Apalagi pakaian perempuan muda Amerikaitu bisa dikatakan tidak sopan. Orang-orang Mesir memang menganggap Amerikasebagai biang kerusakan di Timur Tengah. Orang-orang Mesir sangat marah padaAmerika yang mencoba mengadu domba umat Islam dengan umat Kristen Koptik.Amerika pernah menuduh pemerintah Mesir dan kaum muslimin berlaku semena-mena pada umat Koptik. Tentu saja tuduhan itu membuat gerah seluruh penduduk Mesir. Bapa Shnouda, pemimpin tertinggi dan kharismatik umat Kristen Koptik serta merta memberikan keterangan pers bahwa tuduhan Amerika dusta belaka.Sebuah tuduhan yang bertujuan hendak menghancurkan sendi-sendi persaudaraanumat Islam dan umat Koptik yang telah kuat mengakar berabad-abad lamanya dibumi Kinanah . 25 Untung ketiga orang Amerika itu tidak bisa bahasa Arab. Merekakelihatannya tidak terpengaruh sama sekali dengan kata-kata yang diucapkanAshraf. Memang, kalau sedang jengkel orang Mesir bisa mengatakan apa saja. Di 24 Hai orang-orang Amerika, laknat Allah untuk kalian! 25 Kinanah: salah satu julukan untuk bumi Mesir. AYAT AYAT CINTANovel Pembangun Jiwa— Habiburrahman Saerozi 20 pasar Sayyeda Zainab aku pernah melihat seorang penjual ikan marah-marah padaisterinya. Entah karena apa. Ia menghujani isterinya dengan sumpah serapah yangsangat kasar dan tidak nyaman di dengar telinga. Di antara kata-kata kasar yangkudengar adalah: Ya bintal haram, ya syarmuthah, ya bintal khinzir...! 26 Buluromaku sampai berdiri. Ngeri mendengarnya. Sang isteri juga tak mau kalah. Iamembalas dengan caci maki dan serapah yang tak kalah keras dan kotornya. Dansumpah serapah yang mengandung laknat adalah termasuk paling kasar.Telingaku paling tidak suka mendengar caci mencaci, apalagi umpatanmelaknat. Tak ada yang berhak melaknat manusia kecuali Tuhan. Manusia jelas- jelas telah dimuliakan oleh Tuhan. Tanpa membedakan siapa pun dia. Semuamanusia telah dimuliakan Tuhan sebagaimana tertera dalam Al-Qur’an, Wa laqad karramna banii Adam. Dan telah Kami muliakan anak keturunan Adam! JikaTuhan telah memuliakan manusia, kenapa masih ada manusia yang mencaci danmelaknat sesama manusia? Apakah ia merasa lebih tinggi martabatnya daripadaTuhan?Tindakan Ashraf melaknat tiga turis Amerika itu sangat aku sesalkan.Tindakannya jauh dari etika Al-Qur’an, padahal dia tiap hari membaca Al-Qur’an.Ia telah menamatkan qiraah riwayat Imam Hafsh. Namun ia berhenti pada caramembacanya saja, tidak sampai pada penghayatan ruh kandungannya. SemogaAllah memberikan petunjuk di hatinya.Yang aku herankan, dalam kondisi panas seperti ini, kenapa bule-bule ituada di dalam metro . Seandainya mau bepergian kenapa tidak memakai limousinatau taksi yang ber-AC. Dalam hati aku merasa kasihan pada mereka. Merekaseperti tersiksa. Basah oleh keringat. Wajah dan kulit mereka kemerahan. Yangpaling kasihan adalah yang nenek-nenek. Beberapa kali ia menenggak air mineral.Mukanya tetap saja pucat. Mereka tidak biasa kepanasan seperti ini. Aku jaditeringat Majidov, teman dari Rusia. Ia sangat tidak tahan dengan panasnya Mesir.Ia tinggal di Madinatul Bu’uts , atau biasa disebut Bu’uts saja. Yaitu asramamahasiswa Al Azhar dari seluruh penjuru dunia. Di Bu’uts tidak ada AC-nya. Jikamusim panas tiba dia akan hengkang dari Bu’uts dan menyewa flat bersamabeberapa temannya di kawasan Rab’ah El-Adawea. Mencari yang ada AC-nya. 26 Ya bintal haram (Hai anak haram/anak hasil perzinaan), Ya Syarmuthah (Hai pelacur), Yabintal khinzir (Hai anak babi). AYAT AYAT CINTANovel Pembangun Jiwa— Habiburrahman Saerozi 21 Tapi tidak semua mahasiswa dari Rusia seperti Majidov. Banyak juga yang tahandengan musim panas.Tak ada yang bergerak mempersilakan nenek bule itu untuk duduk. Iniyang aku sesalkan. Beberapa lelaki muda atau setengah baya yang masih kuattetap saja tidak mau berdiri dari tempat duduk mereka. Biasanya, begitu melihatorang tua, apalagi nenek-nenek, beberapa orang langsung berdiri menyilakanduduk. Tapi kali ini tidak. Lelaki bule itu mengajak bicara seorang pemuda Mesirberbaju kotak-kotak lengan pendek yang duduk di dekatnya. Sekilas di antara deru metro kutangkap maksud perkataan si bule. Ia minta kepada pemuda Mesir itumemberi kesempatan pada ibunya yang sudah tua untuk duduk. Mereka bertigaakan turun di Tahrir. Tapi pemuda Mesir itu sama sekali tidak menanggapinya.Entah kenapa. Apa karena dia tidak paham bahasa Inggris, atau karenaketidaksukaannya pada orang Amerika? Aku tidak tahu.Nenek bule itu kelihatannya tidak kuat lagi berdiri. Ia hendak duduk menggelosor di lantai. Belum sampai nenek bule itu benar-benar menggelosor,tiba-tiba perempuan bercadar yang tadi kupersilakan duduk itu berteriak mencegah,“ Mom, wait! Please, sit down here! ”Perempuan bercadar biru muda itu bangkit dari duduknya. Sang nenek dituntun dua anaknya beranjak ke tempat duduk. Setelah si nenek duduk,perempuan bule muda berdiri di samping perempuan bercadar. Aku melihatpemandangan yang sangat kontras. Sama-sama perempuan. Yang satu auratnyatertutup rapat. Tak ada bagian dari tubuhnnya yang membuat jantung lelakiberdesir. Yang satunya memakai pakaian sangat ketat, semua lekak-lekuk tubuhnya kelihatan, ditambah basah keringatnya bule itu nyaris seperti telanjang.“ Thank you. It’s very kind of you! ” Perempuan bule muda mengungkapkanrasa terima kasih pada perempuan bercadar.“ You’re welcome, ” lirih perempuan bercadar. Bahasa Inggrisnya bagus.Sama sekali tak kuduga. Keduanya lalu berkenalan dan berbincang-bincang.Perempuan bercadar minta maaf atas perlakuan saudara seiman yang mungkinkurang ramah. Ternyata lebih dari yang kunilai. Perempuan bercadar itu benar-benar berbicara sefasih orang Inggris. Biasanya orang Mesir sangat susah AYAT AYAT CINTANovel Pembangun Jiwa— Habiburrahman Saerozi 22 berbahasa Inggris dengan fasih. Kata ‘friend’ selalu mereka ucapan ‘bren’. Huruf ‘f’ jadi ‘b’. Aku sering geli mendengarnya. Tapi perempuan bercadar ini sungguhfasih. Lebih fasih dari pembaca berita Nile TV. Perempuan bule tersenyum danberkata,“ Oh not at all. It’s all right. Cuaca memang panas dan melelahkan.Semuanya lelah. Dalam keadaan lelah terkadang susah untuk mengalah. Dan itusangat manusiawi.”“ Busyit! Hei perempuan bercadar, apa yang kau lakukan!”Pemuda berbaju kotak-kotak bangkit dengan muka merah. Ia berdiri tepatdi samping perempuan bercadar dan membentaknya dengan kasar. Rupanya iamendengar dan mengerti percakapan mereka berdua.Perempuan bercadar kaget. Namun aku tidak bisa menangkap rautkagetnya sebab mukanya tertutup cadar. Yang bisa kutangkap adalah gerakankepalanya yang terperangah, kedua matanya yang sedikit menciut, kulit putihantara dua matanya sedikit mengkerut, alisnya seperti mau bertemu.“ Hal a..ana khata’ ?” 27 Ucap perempuan bercadar tergagap. Ia memakaibahasa fusha 28 , bukan bahasa ‘amiyah . 29 Maksudnya bisa dipahami, tapisusunannya janggal. Apakah mungkin karena dirinya terlalu kaget atas bentakanpemuda Mesir itu.Mendengar jawaban seperti itu si pemuda malah semakin naik pitam. Iakembali membentak dan memaki-maki secara kasar dengan bahasa ‘amiyah ,“ Yakhrab baitik! 30 Kau telah menghina seluruh orang Mesir yang ada di metro ini. Kau sungguh keterlaluan! Kelihatannya saja bercadar, sok alim, tapisebetulnya kau perempuan bangsat! Kau kira kami tidak tahu sopan-santun apa?Sengaja kami mengacuhkan orang Amerika itu untuk sedikit memberi pelajaran.Ee..bukannya kau mendukung kami. Kau malah mempersilakan setan-setan buleitu duduk. Dan seolah paling baik, kau sok jadi pahlawan dengan memintakanmaaf atas nama kami semua. Kau ini siapa, heh?” 27 Hal ana khata’ ? Maksudnya, apakah saya salah? Susunannya yang tepat adalah Hal anamukhthi’ah? 28 Bahasa Arab yang fashih secara gramatikal, bukan bahasa pergaulan. 29 Bahasa Arab pergaulan, yang biasa digunakan dalam percakapan harian. 30 Yakhrab baitik! (Artinya secara bahasa semoga rumahmu roboh, biasanya digunakan untuk mengumpat dalam bahasa Jawa senada dengan kata-kata: Bajingan! Dancouk! Dan sejenisnya). AYAT AYAT CINTANovel Pembangun Jiwa— Habiburrahman Saerozi 23 Pemuda itu sudah keterlaluan. Aku berharap ada yang bertindak. Ashraf dan seorang lelaki setengah baya berpakaian abu-abu mendekati pemuda danperempuan bercadar. Aku sedikit lega.“Kau memang sungguh kurang ajar perempuan! Kau membela bule-buleAmerika yang telah membuat bencana di mana-mana. Di Afganistan. DiPalestina. Di Irak dan di mana-mana. Mereka juga tiada henti-hentinyamenggoyang negara kita. Kau ini muslimah macam apa, hah!?” Ashraf marahsambil menuding-nuding perempuan bercadar itu.Aku kaget bukan main. Aku tak mengira Ashraf akan berkata sekasar itu.Kelegaanku berubah jadi kekecewaan mendalam.“Meski kau bercadar dan membawa mushaf ke mana-mana, nilaimu tak lebih dari seorang syarmuthah!” 31 umpat lelaki berpakaian abu-abu.Ini sudah keterlaluan. Menuduh seorang perempuan baik-baik sehinapelacur tidak bisa dibenarkan.Aku membaca istighfar dan shalawat berkali-kali. Aku sangat kecewapada mereka. Perempuan bercadar itu diam seribu bahasa. Matanya berkaca-kaca.Bentakan, cacian, tudingan dan umpatan yang ditujukan padanya memang sangatmenyakitkan. Aku tak bisa diam. Kucopot topi yang menutupi kopiah putihku.Lalu aku mendekati mereka sambil mencopot kaca mata hitamku.“ Ya jama’ah, shalli ‘alan nabi, shalli ‘alan nabi! ” 32 ucapku pada merekasehalus mungkin. Cara menurunkan amarah orang Mesir adalah dengan mengajak membaca shalawat. Entah riwayatnya dulu bagaimana. Di mana-mana, di seluruhMesir, jika ada orang bertengkar atau marah, cara melerai dan meredamnyapertama-tama adalah dengan mengajak membaca shalawat. Shalli ‘alan nabi ,artinya bacalah shalawat ke atas nabi. Cara ini biasanya sangat manjur.Benar, mendengar ucapanku spontan mereka membaca shalawat. Jugapara penumpang metro lainnya yang mendengar. Orang Mesir tidak maudikatakan orang bakhil. Dan tiada yang lebih bakhil dari orang yang mendengarnama nabi, atau diminta bershalawat tapi tidak mau mengucapkan shalawat.Begitu penjelasan Syaikh Ahmad waktu kutanyakan ihwal cara aneh orang Mesir 31 Syarmuthah : Pelacur. 32 Wahai Jamaah (untuk menyapa orang banyak)! Bacalah shalawat ke atas nabi, bacalahshalawat ke atas nabi! AYAT AYAT CINTANovel Pembangun Jiwa— Habiburrahman Saerozi 24 dalam meredam amarah. Justru jika ada orang sedang marah lantas kita bilangpadanya, La taghdhab! (yang artinya: jangan marah!) terkadang malah akanmembuat ia semakin marah.Lalu aku menjelaskan pada mereka bahwa yang dilakukan perempuanbercadar itu benar. Bukanya menghina orang Mesir, justru sebaliknya. Danumpatan-umpatan yang ditujukan padanya itu sangat tidak sopan dan tidak bisadibenarkan. Aku beberkan alasan-alasan kemanusiaan. Mereka bukannya sadar,tapi malah kembali naik pitam. Si pemuda marah dan mencela diriku dengansengit. Juga si bapak berpakaian abu-abu. Sementara Ashraf bilang, “OrangIndonesia, sudahlah, kau jangan ikut campur urusan kami!”Aku kembali mengajak mereka membaca shalawat. Aku nyaris kehabisanakal. Akhirnya kusitir beberapa hadits nabi untuk menyadarkan mereka. Tapiorang Mesir seringkali muncul besar kepalanya dan merasa paling menangsendiri.Pemuda Mesir malah menukas sengak, “Orang Indonesia, kau tahu apasok mengajari kami tentang Islam, heh! Belajar bahasa Arab saja baru kemarinsore. Juz Amma entah hafal entah tidak. Sok pintar kamu! Sudah kau diam saja,belajar baik-baik selama di sini dan jangan ikut campur urusan kami!”Aku diam sesaat sambil berpikir bagaimana caranya menghadapi anak turun Fir’aun yang sombong dan keras kepala ini. Aku melirik Ashraf. Mata kamibertatapan. Aku berharap dia berlaku adil. Dia telah berkenalan denganku tadi.Kami pernah akrab meskipun cuma sesaat. Kupandangi dia dengan bahasa matamencela. Ashraf menundukkan kepalanya, lalu berkata,“Kapten, kau tidak boleh berkata seperti itu. Orang Indonesia ini sudahmenyelesaikan licence- nya di Al Azhar. Sekarang dia sedang menempuh programmagisternya. Walau bagaimana pun, dia seorang Azhari. Kau tidak bolehmengecilkan dia. Dia hafal Al-Qur’an. Dia murid Syaikh Utsman Abdul Fattahyang terkenal itu.”Pembelaan Ashraf ini sangat berarti bagiku. Pemuda berbaju kotak-kotak itu melirik kepadaku lalu menunduk. Mungkin dia malu telah berlaku tidak sopankepadaku. Tetapi lelaki berpakaian abu-abu kelihatannya tidak mau menerimabegitu saja. AYAT AYAT CINTANovel Pembangun Jiwa— Habiburrahman Saerozi 25 “Dari mana kau tahu? Apa kau teman satu kuliahnya?” tanyanya.Ashraf tergagap, “Tidak. Aku tidak teman kuliahnya. Aku tahu saatberkenalan dengannya tadi.”“Kau terlalu mudah percaya. Bisa saja dia berbohong. Program magister diAl Azhar tidak mudah. Jadi murid Syaikh Utsman juga tidak mudah.” Lelaki itumencela Ashraf. Dia lalu berpaling ke arahku dan berkata, “Hei orang Indonesia,kalau benar kau S.2. di Al Azhar mana kartumu!?”Lelaki itu membentak seperti polisi intel. Berurusan dengan orang awamMesir yang keras kepala memang harus sabar. Tapi jika mereka sudah tersentuhhatinya, mereka akan bersikap ramah dan luar biasa bersahabat. Itulah salah satukeistimewaan watak orang Mesir. Terpaksa kubuka tas cangklongku. Kuserahkandua kartu sekaligus. Kartu S.2. Al Azhar dan kartu keanggotaan talaqqi qiraahsab’ah dari Syaikh Utsman. Tidak hanya itu, aku juga menyerahkan selembar tashdiq 33 resmi dari universitas. Tasdiq yang akan kugunakan untuk memperpanjang visa Sabtu depan.Lelaki setengah baya lalu meneliti dua kartu dan tashdiq yang masih gresitu dengan seksama. Ia manggut-manggut, kemudian menyerahkannya padapemuda berbaju kotak-kotak yang keras kepala yang ada di sampingnya.“Kebetulan saat ini saya sedang menuju masjid Abu Bakar Ash-Shiddiquntuk talaqqi . Kalau ada yang mau ikut menjumpai Syaikh Utsman bolehmenyertai saya.” Ujarku tenang penuh kemenangan.Kulihat wajah mereka tidak sepitam tadi. Sudah lebih mencair. Bahkanada gurat rasa malu pada wajah mereka. Jika kebenaran ada di depan mata, orangMesir mudah luluh hatinya.“Maafkan kelancangan kami, Orang Indonesia. Tapi perempuan bercadarini tidak pantas dibela. Ia telah melakukan tindakan bodoh!” kata pemuda Mesirberbaju kotak-kotak sambil menyerahkan kembali dua kartu dan tashdiq kepadaku. 33 Tashdiq adalah surat keterangan resmi dari Universitas, bahwa pemiliknya benar-benarmahasiswa pada fakultas, jurusan dan program tertentu di universitas itu. Tashdiq biasanyadiperlukan untuk urusan-urusan resmi. Misalnya perpanjangan visa belajar, pengambilan visa haji,meminta atau memperpanjang beasiswa pada suatu lembaga dan lain sebagainya. AYAT AYAT CINTANovel Pembangun Jiwa— Habiburrahman Saerozi 26 Aku menghela nafas panjang. Metro melaju kencang menembus udarapanas. Sesekali debu masuk berhamburan.“Terus terang, aku sangat kecewa pada kalian! Ternyata sifat kalian tidak seperti yang digambarkan baginda Nabi. Beliau pernah bersabda bahwa orang-orang Mesir sangat halus dan ramah, maka beliau memerintahkan kepadashahabatnya, jika kelak membuka bumi Mesir hendaknya bersikap halus danramah. Tapi ternyata kalian sangat kasar. Aku yakin kalian bukan asli orangMesir. Mungkin kalian sejatinya sebangsa Bani Israel. Orang Mesir asli itu sepertiSyaikh Muhammad Mutawalli Sya’rawi yang ramah dan pemurah,” ucapku datar.Aku yakin akan membuat hati orang Mesir yang mendengarnya bagaikantersengat aliran listrik.“Maafkan kami, Orang Indonesia. Kami memang emosi tadi. Tapi jangankau katakan kami bukan orang Mesir. Jangan pula kau katakan kami ini sebangsaBani Israel. Kami asli Mesir. Kami satu moyang dengan Syaikh Sya’rawi rahimahullah, ” lelaki setengah baya itu tidak terima. Syaikh Sya’rawi memangseorang ulama yang sangat merakyat. Sangat dicintai orang Mesir. Hampir semuaorang Mesir mengenal dan mencintai beliau. Mereka sangat bangga memilikiseorang Sya’rawi yang dihormati di seantero penjuru Arab.“Yang aku tahu, selama ini, orang Mesir asli sangat memuliakan tamu.Orang Mesir asli sangat ramah, pemurah, dan hatinya lembut penuh kasih sayang.Sifat mereka seperti sifat Nabi Yusuf dan Nabi Ya’qub. Syaikh Sya’rawi, SyaikhAbdul Halim Mahmud, Syaikh Muhammad Ghazali, Syaikh Muhammad Hasan,Syaikh Kisyk, Syaikh Muhammad Jibril, Syaikh Athea Shaqr, Syaikh IsmailDiftar, Syaikh Utsman dan ulama lainnya adalah contoh nyata orang Mesir asliyang berhati lembut, sangat memuliakan tamu dan sangat memanusiakanmanusia. Tapi apa yang baru saja kalian lakukan?! Kalian sama sekali tidak memanusiakan manusia dan tidak punya rasa hormat sedikit pun pada tamukalian. Orang bule yang sudah nenek-nenek itu adalah tamu kalian. Merekabertiga tamu kalian. Tetapi kenapa kalian malah melaknatnya. Dan ketika saudarikita yang bercadar ini berlaku sebagai seorang muslimah sejati dan sebagaiseorang Mesir yang ramah, kenapa malah kalian cela habis-habisan!? Kalian AYAT AYAT CINTANovel Pembangun Jiwa— Habiburrahman Saerozi 27 bahkan menyumpahinya dengan perkataan kasar yang sangat menusuk perasaandan tidak layak diucapkan oleh mulut orang yang beriman! ”“Tapi Amerika sudah keterlaluan! Apa salah jika kami sedikit sajamengungkapkan kejengkelan kami dengan memberi pelajaran sedikit saja padaorang-orang Amerika itu?!” Lelaki setengah baya masih berusaha membenarkantindakannya. Aku tidak merasa aneh. Begitulah orang Mesir, selalu merasa benar.Dan nanti akan luluh jika berhadapan dengan kebenaran yang seterang matahari.“Kita semua tidak menyukai tindak kezhaliman yang dilakukan siapa saja.Termasuk yang dilakukan Amerika. Tapi tindakan kalian seperti itu tidak benardan jauh dari tuntunan ajaran baginda Nabi yang indah.”“Lalu kami harus berbuat apa dan bagaimana? Ini mumpung ada orangAmerika. Mumpung ada kesempatan. Dengan sedikit pelajaran mereka akan tahubahwa kami tidak menyukai kezhaliman mereka. Biar nanti kalau pulang kenegaranya mereka bercerita pada tetangganya bagaimana tidak sukanya kami padamereka!”“Justru tindakan kalian yang tidak dewasa seperti anak-anak ini akanmenguatkan opini media massa Amerika yang selama ini beranggapan orangIslam kasar dan tidak punya perikemanusiaan. Padahal baginda Rasulmengajarkan kita menghormati tamu. Apakah kalian lupa, beliau bersabda, siapayang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hormatilah tamunya. Merekabertiga adalah tamu di bumi Kinanah ini. Harus dihormati sebaik-baiknya. Itu jikakalian merasa beriman kepada Allah dan hari akhir. Jika tidak, ya terserah!Lakukanlah apa yang ingin kalian lakukan. Tapi jangan sekali-kali kalianmenamakan diri kalian bagian dari umat Islam. Sebab tindakan kalian yang tidak menghormati tamu itu jauh dari ajaran Islam.”Lelaki setengah baya itu diam. Pemuda berbaju kotak-kotak menunduk.Ashraf membisu. Para penumpang yang lain, termasuk perempuan bercadar jugadiam. Metro terus berjalan dengan suara bergemuruh, sesekali mencericit.“Coba kalian jawab pertanyaanku ini. Kenapa kalian berani menyakitiRasulullah?!” tanyaku sambil memandang ketiga orang Mesir bergantian. Merekaagak terkejut mendengar pertanyaanku itu. AYAT AYAT CINTANovel Pembangun Jiwa— Habiburrahman Saerozi 28 “ Akhi , mana mungkin kami berani menyakiti Rasulullah yang kamicintai,” jawab Ashraf.“Kenapa kalian kelak di hari akhir berani berseteru di hadapan Allahmelawan Rasulullah?” tanyaku lagi.“ Akhi , kau melontarkan pertanyaan gila. Kita semua di hari akhir kelak mengharap syafaat Rasulullah, bagaimana mungkin kami berani berseteru denganbeliau di hadapan Allah!” jawab Ashraf.“Tapi kalian telah melakukan tindakan sangat lancang. Kalian telahmenyakiti Rasulullah. Kalian telah menantang Rasulullah untuk berseteru dihadapan Allah kelak di hari akhir!” ucapku tegas sedikit keras.Lelaki setengah baya, Ashraf, pemuda berbaju kotak-kotak dan beberapapenumpang metro yang mendengar ucapanku semuanya tersentak kaget.“Apa maksudmu, Andonesy ? Kau jangan bicara sembarangan!” jawablelaki setengah baya sedikit emosi.“Paman, aku tidak berkata sembarangan. Aku akan sangat malu padadiriku sendiri jika berkata dan bertindak sembarangan. Baiklah, biar aku jelaskan.Dan setelah aku jelaskan kalian boleh menilai apakah aku berkata sembaranganatau bukan. Harus kalian mengerti, bahwa ketiga orang bule ini selain tamu kalianmereka sama dengan ahlu dzimmah . Tentu kalian tahu apa itu ahlu dzimmah .Disebut ahlu dzimmah karena mereka berada dalam jaminan Allah, dalam jaminan Rasul-Nya, dan dalam jaminan jamaah kaum muslimin. Ahlu dzimmah adalah semua orang non muslim yang berada di dalam negara tempat kaummuslimin secara baik-baik, tidak ilegal, dengan membayar jizyah dan mentaatiperaturan yang ada dalam negara itu. Hak mereka sama dengan hak kaummuslimin. Darah dan kehormatan mereka sama dengan darah dan kehormatankaum muslimin. Mereka harus dijaga dan dilindungi. Tidak boleh disakiti sedikitpun. Dan kalian pasti tahu, tiga turis Amerika ini masuk ke Mesir secara resmi.Mereka membayar visa. Kalau tidak percaya coba saja lihat paspornya. Makamereka hukumnya sama dengan ahlu dzimmah . Darah dan kehormatan merekaharus kita lindungi. Itu yang diajarkan Rasulullah Saw. Tidakkah kalian dengarsabda beliau, ‘Barangsiapa menyakiti orang zhimmi (ahlu zhimmah) maka akuakan menjadi seterunya. Dan siapa yang aku menjadi seterunya dia pasti kalah di AYAT AYAT CINTANovel Pembangun Jiwa— Habiburrahman Saerozi 29 hari kiamat.’ 34 Beliau juga memperingatkan, ‘Barangsiapa yang menyakiti orangdzimmi, dia telah menyakiti diriku dan barangsiapa menyakiti diriku berarti diamenyakiti Allah.’ 35 Begitulah Islam mengajarkan bagaimana memperlakukan nonmuslim dan para tamu asing yang masuk secara resmi dan baik-baik di negarakaum muslimin. Imam Ali bahkan berkata, ‘Begitu membayar jizyah, hartamereka menjadi sama harus dijaganya dengan harta kita, darah mereka samanilainya dengan darah kita.’ Dan para turis itu telah membayar visa dan ongkosadministrasi lainnya, sama dengan membayar jizyah . Mereka menjadi tamu resmi,tidak ilegal, maka harta, kehormatan dan darah mereka wajib kita jaga bersama-sama. Jika tidak, jika kita sampai menyakiti mereka, maka berarti kita telahmenyakiti baginda Nabi, kita juga telah menyakiti Allah. Kalau kita telah lancangberani menyakiti Allah dan Rasul-Nya, maka siapakah diri kita ini? Masihpantaskan kita mengaku mengikuti ajaran baginda Nabi?”Lelaki setengah baya itu tampak berkaca-kaca. Ia beristighfar berkali-kali.Lalu mendekati diriku. Memegang kepalaku dengan kedua tangannya danmengecup kepalaku sambil berkata, “ Allah yaftah ‘alaik, ya bunayya! Allah yaftah ‘alaik! Jazakallah khaira! ” 36 Ia telah tersentuh. Hatinya telah lembut.Setelah itu giliran Ashraf merangkulku.“Senang sekali aku bertemu dengan orang sepertimu, Fahri!” katanya.Aku tersenyum, ia pun tersenyum. Pemuda berbaju kotak-kotak lalumempersilakan pria bule yang berdiri di dekat neneknya untuk duduk di tempatduduknya. Dua pemuda Mesir yang duduk di depan nenek bule berdiri danmempersilakan pada perempuan bercadar dan perempuan bule untuk duduk.Begitulah.Salah satu keindahan hidup di Mesir adalah penduduknya yang lembuthatinya. Jika sudah tersentuh mereka akan memperlakukan kita seumpama raja.Mereka terkadang keras kepala, tapi jika sudah jinak dan luluh mereka bisamelakukan kebaikan seperti malaikat. Mereka kalau marah meledak-ledak tapikalau sudah reda benar-benar reda dan hilang tanpa bekas. Tak ada dendam di 34 Diriwayatkan oleh Al-Khathib dengan sanad baik. 35 Diriwayatkan oleh Imam Thabrani dengan sanad baik. 36 Semoga Allah membuka hatimu (menambahkan ilmumu) Anakku! Dan semoga Allahmembalasmu dengan kebaikan! AYAT AYAT CINTANovel Pembangun Jiwa— Habiburrahman Saerozi 30 belakang yang diingat sampai tujuh keturunan seperti orang Jawa. Mereka mudahmenerima kebenaran dari siapa saja. Metro terus melaju. Tak terasa sudah sampai mahattah Mar Girgis. Ashraf mendekatkan diri ke pintu. Ia bersiap-siap. Mahattah depan adalah El-Malik El-Saleh, setelah itu Sayyeda Zeinab dan ia akan turun di sana. Aku menghitungmasih ada tujuh mahattah baru sampai di Ramsis. Setelah itu aku akan pindah metro jurusan Shubra El-Khaima. Perjalanan masih jauh. Metro kembali berjalan.Pelan-pelan lalu semakin kencang. Tak lama kemudian sampai di El-Malik El-Saleh. Metro berhenti. Pintu dibuka. Beberapa orang turun. Lelaki setengah bayahendak turun. Sebelum turun ia menyalami diriku dan mengucapkan terima kasihsambil mulutnya tiada henti mendoakan diriku. Aku mengucapkan amin berkali-kali. Topi dan kaca mata hitamku kembali aku pakai. Tak jauh dariku, perempuanbercadar nampak asyik berbincang dengan perempuan bule. Sedikit-sedikittelingaku menangkap isi perbincangan mereka. Rupanya perempuan bercadarsedang menjelaskan semua yang tadi terjadi. Kejengkelan orang-orang Mesir padaAmerika. Kekeliruan mereka serta pembetulan-pembetulan yang aku lakukan.Perempuan bercadar juga menjelaskan maksud dari hadits-hadits nabi yang tadiaku ucapkan dengan bahasa Inggris yang fasih. Perempuan bule itu mengangguk-anggukkan kepala. Sampai di Sayyeda Zeinab, Ashraf turun setelah terlebihdahulu melambaikan tangan padaku. Seorang ibu yang duduk di samping nenek bule turun. Kursinya kosong. Aku bisa duduk di sana kalau mau. Tapi kulihatseorang gadis kecil membawa tas belanja masuk. Langsung kupersilakan diaduduk. Metro kembali melaju. Perempuan bercadar dan perempuan bule masihberbincang-bincang dengan akrabnya. Tapi kali ini aku tidak mendengar dengan jelas apa yang mereka perbincangkan. Angin panas masuk melalui jendela. Akumemandang ke luar. Rumah-rumah penduduk tampak kotak-kotak tak teraturseperti kardus bertumpukan tak teratur. Metro masuk ke lorong bawah tanah.Suasana gelap sesaat. Lalu lampu-lampu metro menyala. Tak lama kemudian metro sampai mahattah Saad Zaghloul dan berhenti. Beberapa orang turun dannaik. Tiga bule itu bersiap hendak turun, juga perempuan bercadar. Berarti merekamau turun di Tahrir. Perempuan bercadar masih bercakap dengan perempuan AYAT AYAT CINTANovel Pembangun Jiwa— Habiburrahman Saerozi 31 bule. Keduanya sangat dekat denganku. Aku bisa mendengar dengan jelas apayang mereka bicarakan. Tentang asal mereka masing. Perempuan bercadar ituternyata lahir di Jerman, dan besar juga di Jerman. Namun ia berdarah Jerman,Turki dan Palestina. Sedangkan perempuan bule lahir dan besar di Amerika. Iaberdarah Inggris dan Spanyol. Keduanya bertukar kartu nama.Perempuan bule tepat berada di depanku. Wajahnya masih menghadapperempuan bercadar. Metro bercericit mengerem. Gerbong sedikit goyang. Tubuhperempuan bule bergoyang. Saat itulah dia melihat diriku. Ia tersenyum sambilmengulurkan tangannya kepadaku dan berkata,“ Hai Indonesian, thank’s for everything. My name’s Alicia.”“Oh, you’re welcome. My name is Fahri, ” jawabku sambil menangkupkankedua tanganku di depan dada, aku tidak mungkin menjabat tangannya.“Ini bukan berarti saya tidak menghormati Anda. Dalam ajaran Islam,seorang lelaki tidak boleh bersalaman dan bersentuhan dengan perempuan selainisteri dan mahramnya.” Aku menjelaskan agar dia tidak salah faham.Alicia tersenyum dan berseloroh, “Oh, never mind. And this is my namecard, for you.” Ia memberikan kartu namanya.“ Thank’s, ” ujarku sambil menerima kartu namanya.“ It’s a pleasure .” Metro berhenti.Alicia, neneknya dan saudaranya mendekati pintu hendak keluar.Perempuan bercadar masih berdiri di tempatnya. Ia melihat ke arah orang-orangyang hendak turun. Perlahan pintu dibuka. Ketika orang-orang mulai turun,perempuan bercadar itu bergerak melangkah, ia menyempatkan untuk menyapaku,“ Indonesian, thank you .”Aku teringat dia orang Jerman. Aku iseng menjawab dengan bahasaJerman,“ Bitte!” Agaknya perempuan bercadar itu kaget mendengar jawabanku denganbahasa Jerman. Ia urung melangkah ke pintu. Ia malah menatap diriku dengansorat mata penuh tanda tanya. AYAT AYAT CINTANovel Pembangun Jiwa— Habiburrahman Saerozi 32 “ Sprechen Sie Deutsch ?” 37 tanyanya dengan bahasa Jerman. Ia mungkiningin langsung meyakinkan dirinya bahwa apa yang tadi ia dengarkan darikubenar-benar bahasa Jerman. Bahwa aku bisa berbahasa Jerman. Bahwa ia tidak salah dengar.“ Ja, ein wenig . 38 Alhamdulillah!” jawabku tenang. Kalau sekadarbercakap dengan bahasa Jerman insya Allah tidak terlalu susah. Kalau aku disuruhmembuat tesis dengan bahasa Jerman baru menyerah.“ Sind Sie Herr Fahri ?” 39 Aku tersenyum mendengar pertanyaannya. Ia bertanya seperti itu. Berartiia benar-benar mendengarkan dengan baik pendebatanku dengan tiga orang Mesirtadi sehingga tahu namaku. Atau dia mendengarkan aku berkenalan denganAlicia.“ Ja. Mein name ist Fahri .” 40 Jawabku.“ Mein name ist Aisha ,” sahutnya sambil menyerahkan kartu nama. Ia lalumenyodorkan buku notes kecil dan pulpen.“ Bitte, schreiben Sie ihren namen !” 41 katanya.Kuterima buku notes kecil dan pulpen itu. Aku paham maksud Aisha,tentu tidak sekadar nama tapi dilengkapi dengan alamat atau nomor telpon.Masinis metro membunyikan tanda alarm bahwa sebentar lagi pintu metro akanditutup dan metro akan meneruskan perjalanan. Aku hanya menuliskan nama dannomor handphone -ku. Lalu kuserahkan kembali padanya. Aisha langsungbergegas turun sambil berkata,“ Danke, auf wiedersehn !” 42 “ Auf wiedersehn !” jawabku. Metro kembali berjalan. Ada tempat kosong. Saatnya aku duduk. Sudahseparuh perjalanan lebih. Sudah setengah dua lebih lima menit. Waktu masihcukup. Insya Allah sampai di hadapan Syaikh Utsman tepat pada waktunya.Kalaupun terlambat hanya beberapa menit saja. Masih dalam batas yang bisa 37 Kau berbicara bahasa Jerman. 38 Ya. Sedikit-sedikit. 39 Apakah Anda tuan Fahri. 40 Ya nama saya Fahri. 41 Maaf, bisa tuliskan nama Anda. 42 Terima kasih, sampai bertemu lagi. AYAT AYAT CINTANovel Pembangun Jiwa— Habiburrahman Saerozi 33 dimaafkan. Dengan duduk aku merasa lebih tenang. Ini saatnya aku mengulangdan memperbaiki hafalan Al-Qur’an yang akan aku setorkan pada Syaikh Utsman. AYAT AYAT CINTANovel Pembangun Jiwa— Habiburrahman Saerozi 34 3. Keributan Tengah Malam Aku sampai di flat jam lima lebih seperempat. Siang yang melelahkan.Ubun-ubun kepalaku rasanya mendidih. Cuaca benar-benar panas. Yangberangkat talaqqi pada Syaikh Utsman hanya tiga orang. Aku, Mahmoud danHisyam. Syaikh Utsman jangan ditanya. Disiplin beliau luar biasa. Meskipuncuma tiga yang hadir, waktu talaqqi tetap seperti biasa. Jadi, kami bertigamembaca tiga kali lipat dari biasanya. Jatah membaca Al-Qur’an sepuluh orangkami bagi bertiga. Untungnya masjid Abu Bakar Ash-Shiddiq ber-AC. Jika tidak,aku tak tahu seperti apa menderitanya kami. Mungkin konsentrasi kami akanberantakan, dan kami tidak bisa membaca seperti yang diharapkan.Seperti mengerti keinginan kami, begitu selesai talaqqi , Amu Farhat,takmir masjid yang baik hati itu membawakan empat gelas tamar hindi 43 dingin.Bukan main segarnya ketika minuman segar itu menyentuh lidah dantenggorokan. Selesai minum aku pulang. Mahmoud, Hisyam, Amu Farhat danSyaikh Utsman meneruskan perbincangan menunggu ashar.Perjalanan pulang ternyata lebih panas dari berangkat. Antara pukulsetengah empat hingga pukul lima adalah puncak panas siang itu. Berada di dalam metro rasanya seperti berada dalam oven. Kondisi itu nyaris membuatku lupaakan titipan Maria. Aku teringat ketika keluar dari mahattah Hadayek Helwan.Ada dua toko alat tulis. Kucari di sana. Dua-duanya kosong.. Aku melangkah ke Pyramid Com . Sebuah rental komputer yang biasanya juga menjual disket.Malang! Rental itu tutup. Terpaksa aku kembali ke mahattah dan naik metro keHelwan. Di kota Helwan ada pasar dan toko-toko cukup besar. Di sanakudapatkan juga disket itu. Aku beli empat. Dua untuk Maria. Dan dua untuk diriku sendiri. Kusempatkan mampir ke masjid yang berada tepat di sebelah barat mahattah Helwan untuk shalat ashar.Terik matahari masih menyengat ketika aku keluar masjid untuk pulang.Di tengah perjalanan aku melewati Universitas Helwan yang lengang. Hanyaseorang polisi berpakaian lusuh yang menjaga gerbangnya. Tampangnyamengenaskan. Masih muda, tapi kurus kering. Seperti pohon pisang kering. Atau 43 Air buah asam. AYAT AYAT CINTANovel Pembangun Jiwa— Habiburrahman Saerozi 35 seperti dendeng di Saudi kala musim haji. Mukanya tampak kering. Panas saharaseperti menghisap habis darahnya. Ia pasti prajurit wajib militer yang biasadisebut duf’ah . Polisi paling menderita karena bertugas dengan sangat terpaksa.Tanpa gaji memadai. Hanya beberapa pound saja. Wajar jika tampangnyamengenaskan. Bisa jadi ia masih berstatus mahasiswa. Karena memang seluruhlaki-laki Mesir terkena wajib militer. Seorang kumsari 44 mendekat. Ia gemuk,kepalanya bulat penuh keringat. Perutnya buncit seperti balon mau meletus. Bedasekali dengan polisi penjaga gerbang universitas itu. Dunia ini memang penuhperbedaan-perbedaan dan hal-hal kontras yang terkadang tidak mudah dimengerti. Metro terus melaju.Sampai di flat, tenagaku nyaris habis. Kulepas sepatu dan kaos kaki lalumasuk kamar. Sampai di kamar langsung kunyalakan kipas angin, kulepas tas,topi, kaca mata hitam, dan kemeja putihku. Kuusap mukaku dengan tissu. Hitam.Banyak debu menempel. Aku lalu beranjak ke ruang tengah, membuka lemari es,mencari yang dingin-dingin untuk menyegarkan badan. Begitu membuka pintulemari es mataku membelalak berbinar. Ada sebotol ashir ashab . 45 Dingin.Kutuangkan untuk satu gelas. Sambil membawa gelas berisia ashir ashab akuberteriak,“Siapa nih yang beli ashir ashab . Pengertian sekali. Syukran ya. Semogaumurnya diberkahi Allah.”Rudi keluar dari kamarnya dengan wajah ceria.“Mas. Ashir ashab itu bukan kami yang beli.”“Terus dapat dari mana?”“Tadi diberi oleh Maria.”“Apa? Diberi oleh Maria?”“Iya. Katanya untuk Mas. Makanya masih utuh satu botol. Kami tidak menyentuhnya sebelum dapat izin dari Mas. Sekarang kami boleh ikut mencicipi‘kan Mas?”“Ah kamu ini ada-ada saja. Kalau ambil ya ambil saja. Yang penting akudisisain. Pakai menunggu izin segala.” 44 Kondektur. 45 Sari air tebu. (Minuman paling memasyarakat di Mesir saat musim panas). AYAT AYAT CINTANovel Pembangun Jiwa— Habiburrahman Saerozi 36 “Masalahnya ini dari Maria, Mas. Sepertinya puteri Tuan Boutros ituperhatian sekali sama Mas. Jangan-jangan dia jatuh hati sama Mas.”“Hus jangan ngomong sembarangan! Mereka itu memang tetangga yangbaik. Sejak awal kita tinggal di sini mereka sudah baik sama kita. Bukan sekali inimereka memberi sesuatu pada kita.”“Tapi kenapa Maria bilang untuk Mas. Bukan untuk kita semua?”“Lha ketahuan ‘kan? Kau cemburu, jangan-jangan kau yang jatuh cinta.Ya udah nanti biar kusampaikan sama Maria dan Tuan Boutros ayahnya, kalaumemberi sesuatu biar yang disebut namamu hehehe.”“Jangan Mas. Bukan itu maksudku?”“Terus?”“Tapi Maria sepertinya punya perhatian lebih pada Mas.”“ Akh Rudi, kamu jangan berprasangka yang bukan-bukan. Kamu ‘kantahu. Maria berbuat begitu atas nama keluaganya, atas petunjuk ayahnya yangbaik hati itu. Dan karena kepala keluarga di rumah ini adalah aku, maka tiap kalimemberi makanan, minuman atau menyampaikan sesuatu ya selalu lewat aku, asa leader here . Dia menyampaikan sesuatu atas nama keluarganya dan akudianggap representasi kalian semua. Jadi ini bukan hanya interaksi dua personsaja, tapi dua keluarga. Bahkan lebih besar dari itu, dua bangsa dan dua penganutkeyakinan yang berbeda. Inilah keharmonisan hidup sebagai umat manusia yangberadab di muka bumi ini. Sudahlah kau jangan memikirkan hal yang terlalu jauh.Tugas kita di sini adalah belajar. Kita belajar sebaik-baiknya. Di antaranya adalahbelajar bertetangga yang baik. Karena kita telah diberi, ya nanti kita gantianmemberi sesuatu pada mereka. Wa idza huyyitum bi tahiyyatin fa hayyu biahasana minha! ” 46 “Saya mengerti, Mas. Afwan jika ucapan saya tadi ada yang kurangberkenan.”“Udah jangan dipikir. Emm..bagaimana makalahmu? Sudah selesai?”“ Alhamdulillah , Mas.”“Kapan dipresentasikan?”“Sabtu sore.” 46 Dan jika kamu diberi penghormatan dengan sesuatu penghormatan, maka balaslahpenghormatan itu dengan yang lebih baik daripadanya (QS. An-Nisaa’: 86) AYAT AYAT CINTANovel Pembangun Jiwa— Habiburrahman Saerozi 37 “Di mana?”“Di Wisma Nusantara.”“ Ma’at taufiq .” 47 Aku melangkah ke kamar sambil membawa segelas ashir ashab .Kuselonjorkan kakiku di atas karpet. Punggungku kusandarkan ke pinggir tempattidur. Untung tembok apartemen ini tebal. Jendelanya rapat. Sehingga udara panasdi luar apartemen tidak mudah menembus masuk. Meskipun agak hangat tapitidak sepanas di luar. Dan dengan kipas angin sudah cukup membuat udara yanghangat itu menjadi sejuk. Kuteguk ashir ashab. Perlahan. Dingin mengaliritenggorokan. Oh luar biasa nikmatnya. Di kawasan beriklim panas, seperti Mesirdan negara Timur Tengah lainnya, air dingin memang sangat menyenangkan. Jikaair dingin itu membasahi tenggorokan yang kering rasanya seperti meneguk airsejuk dari surga, tak dapat dilukiskan dengan kata-kata. Orang yang kehausan ditengah sahara yang paling ia damba dan ia cinta adalah air dingin penawardahaga. Tak ada yang lebih ia cinta dari itu. Di sinilah baru bisa kurasakan betapadahsyat doa baginda Nabi, ‘Ya Allah jadikanlah cintaku kepada-Mu melebihi cintaku pada harta,keluarga dan air yang dingin’. Beliau meminta agar cintanya kepada Allah melebihi cintanya pada airyang dingin, yang sangat dicintai, disukai, dan diingini oleh siapa saja yangkehausan di musim panas. Di daerah yang beriklim panas, cinta pada air yangsejuk dingin dirasakan oleh siapa saja, oleh semua manusia. Jika cinta kepadaAllah telah melebihi cintanya seseorang yang sekarat kehausan di tengah saharapada air dingin, maka itu adalah cinta yang luar biasa. Sama saja dengan melebihicinta pada nyawa sendiri. Dan memang semestinya demikianlah cinta sejatikepada Allah Azza Wa Jalla . Jika direnungkan benar-benar, baginda Nabisejatinya telah mengajarkan idiom cinta yang begitu indah.Setelah keringat hilang, dan ubun-ubun kepala mulai dingin aku bangkithendak mengambil handuk. Aku harus mandi, badan rasanya tidak nyaman. Harusdibersihkan dan disegarkan. Baru menyentuh handuk, handphone -ku memerik singkat. Ada sms masuk. Kubuka. Dari Maria, 47 Semoga sukses. AYAT AYAT CINTANovel Pembangun Jiwa— Habiburrahman Saerozi 38 “Sudah pulang ya? Bagaimana dengan titipanku, dapat?” Langsung kujawab, “Dapat. Terima kasih atas ashir ashab nya.” Kuletakkan handphone -ku di atas meja. Aku langsung bergegas mandi.Baru menutup kamar mandi yang bersebelahan dengan kamarku, kudengar si handphone memekik lagi. Maria pasti mengirim pesan balik. Ah, biar, nanti sajasetelah mandi. Kuputar kran wastafel. Aku ingin cuci tangan. Air mengalir.Kusentuh. Hangat sekali. Berarti pipa-pipa yang berada di dalam tanah berpasiryang mengalirkan air dari tandon raksasa itu telah panas. Aku jadi teringat saatumrah ke Saudi di puncak musim panas tahun lalu. Baik siang atau pun malam,kalau hendak mandi harus mendinginkan air dulu di ember besar. Sebab air yangkeluar dari kran sangat panas. Harus ditampung di ember besar dan ditunggusampai dingin. Kulihat bath-tub penuh dengan air. Alhamdulillah , teman-temansangat pengertian dan cerdas. Aku bisa langsung mandi tanpa menunggu airdingin. Ketika air menyiram seluruh tubuh rasa segar itu susah diungkapkandengan bahasa verbal. Habis mandi tenaga rasanya pulih kembali.Usai berganti pakaian kurebahkan diriku di atas kasur. Oh, alangkahnikmatnya. Ini saatnya istirahat. Kunyalakan tape kecil di samping tempat tidur.Enaknya adalah memutar murattal 48 Syaikh Abu Bakar Asy-Syathiri. Suaranyayang sangat lembut dan indah penuh penghayatan dalam membaca Al-Qur’ansering membawa terbang imajinasiku ke tempat-tempat sejuk. Ke sebuah danaubening di tengah hutan yang penuh buah-buahan. Kadang ke suasana senja yangindah di tepi pantai Ageeba, pantai laut Mediterania yang menakjubkan di MersaMathruh. Bahkan bisa membawaku ke dunia lain, dunia indah di dalam lautdengan ikan-ikan hias dan bebatuan yang seperti permata-permata di surga. Dalamkeadaan lelah selalu saja suara Syaikh Abu Bakar Asy-Syathiri menjadi musik pengantar tidur yang paling nikmat. Meski terkadang aku harus terlebih dahulumeneteskan air mata, kala mendengar Syaikh Syathiri sesengukan menangisdalam bacaannya. Kunyalakan murattal Syaikh Syatiri. Suaranya yang indahlangsung mengelus-elus syaraf-syarafku. Mataku mulai liyer-liyer hendak 48 Kaset yang merekam Al-Qur’an dibaca secara tartil. AYAT AYAT CINTANovel Pembangun Jiwa— Habiburrahman Saerozi 39 terpejam. Tiba-tiba handphone -ku kembali memekik. Aku teringat sesuatu.Titipan Maria. Kubaca pesan Maria.Ada tiga pesan: “Buka jendela sekarang. Aku akan turunkan keranjang.”“Kau sedang apa? Aku sudah turunkan keranjang. Lama sekali.”“Kenapa tidak ada respons?” Aduh, kasihan Maria. Dia tadi sudah lama membuka jendelanya danmenurunkan keranjang.Langsung kujawab, “Afwan. Tadi saya langsung mandi. Jadi tiga pesanmu terakhir barukubuka setelah mandi. Afwan. Sekarang bisa kau turunkan keranjang.” Kutunggu respons darinya. Tak lama pesannya masuk, “O, begitu. Tak apa-apa. Ini kuturunkan keranjangnya.” Aku bangkit dari tempat tidur. Mengambil dua disket dalam tas. Lalumenuju jendela. Kubuka jendela. Hawa panas langsung masuk. Sebuah keranjangkecil dijulurkan dengan tambang kecil putih dari atas. Ada uang sepuluh pound didalamnya. Kuletakkan dua disket itu dalam keranjang tanpa menyentuh uangsepuluh pound itu sama sekali.Kamar Maria memang tepat di atas kamarku, dan jendela kamarnya tepatdi atas jendela kamarku. Orang Mesir yang berada di atas lantai dua biasanyamemiliki keranjang kecil yang seringkali digunakan untuk suatu keperluan tanpaharus turun ke bawah. Jika ibu-ibu Mesir belanja buah-buahan atau sayur-sayuranpada penjual buah atau penjual sayur keliling, biasanya mereka menggunakankeranjang kecil itu, tanpa harus turun dari rumah mereka yang berada di atas.Mereka cukup pesan berapa kilo, setelah sepakat harganya mereka menurunkankeranjang kecil yang di dalamnya sudah ada uang untuk membayar barang yangdipesannya. Tukang buah atau tukang sayur akan mengisi keranjang itu denganbarang yang dipesan setelah mengambil uangnya. Jika uangnya lebih, merekaakan mengembalikannya sekaligus bersama barang yang dipesan. Barulah si ibumengangkat keranjangnya seperti orang menimba. Transaksi yang praktis.Pertama kali melihat aku heran. Yang aku herankan adalah begitu amanah- nya AYAT AYAT CINTANovel Pembangun Jiwa— Habiburrahman Saerozi 40 penjual buah itu. Mereka tidak curang. Tidak berusaha nakal. Maria atau ibunya juga biasa membeli sayur atau buah dengan cara seperti itu.Maria mengangkat keranjangnya. Aku menutup jendela. Tak lamakemudian handphone -ku kembali bertulalit. Maria lagi, “Harganya berapa? Uangnya kok tidak diambil, kenapa?” Kujawab, “Harganya zero, zero, zero pound. Jadi tak perlu dibayar.” Ia menjawab, “Jangan begitu. Itu tidak wajar.” Kujawab, “Harganya seperti biasa. Uangnya kau simpan saja.Kalau kau buat Ruzz bil laban 49 titip ya. Bolehkan?” Ia menjawab, “Baiklah kalau begitu. Dengan senang hati. Syukran !” Kujawab, “ Afwan.” Klik. Handphone kunonaktifkan. Aku ingin tidur. Pada saat yang sama,kudengar suara pintu terbuka. Lalu suara Hamdi mengucapkan salam. Kujawablirih. Alhamdulillah dia pulang. Dia nanti akan masak oseng-oseng wortel campur kofta . Aku senang bahwa teman-teman satu rumah ini mengerti dengan kewajibanmasing-masing. Kewajiban memasak sesibuk apa pun adalah hal yang tidak bolehditinggalkan. Sepertinya remeh tapi sangat penting untuk sebuah tanggung jawab.Masak tepat pada waktunya adalah bukti paling mudah sebuah rasa cinta sesamasaudara. Ya inilah persaudaraan. Hidup di negeri orang harus saling membantudan melengkapi. Tanpa orang lain mana mungkin kita bisa hidup dengan baik.Sambil rebahan kunikmati suara Syaikh Syathiri membaca Al-Qur’anmengalun indah. Maghrib masih lama. Dalam musim panas, siang lebih panjangdari malam. Aku harus beristirahat. Nanti malam harus kembali memeras otak.Menerjemah untuk biaya menyambung hidup. Ya, hidup ini—kata Syauqi, sangraja penyair Arab—adalah keyakinan dan perjuangan. Dan perjuangan seorang 49 Ruzz bil laban : Bubur dari beras yang dibuat dengan susu. Setelah dingin dimasukkandalam kulkas. AYAT AYAT CINTANovel Pembangun Jiwa— Habiburrahman Saerozi 41 mukmin sejati—kata Imam Ahmad bin Hanbal—tidak akan berhenti kecualiketika kedua kakinya telah menginjak pintu surga.* * *Seperti biasa, usai shalat maghrib berjamaah di masjid kami berkumpul diruang tengah untuk makan bersama. Kali ini kami hanya berempat. Masih kurangsatu, yaitu Si Mishbah. Ia belum pulang. Ia masih di Wisma Nusantara yangmenjadi sentral kegiatan mahasiswa Indonesia. Gedung yang diwakafkan olehYayasan Abdi Bangsa itu terletak di Rab’ah El-Adawea, Nasr City.Hamdi baru pulang dari Masjid Indonesia. Ia banyak bercerita tentanganak-anak para pejabat KBRI yang lucu-lucu dan manja-manja. Dibandingkanyang ada di negara lain, KBRI di Cairo bisa dibilang termasuk yang beruntung.Komunitas yang mereka urusi adalah mahasiswa Al Azhar. Kegiatan keislamandan pengajian antaribu-ibu KBRI juga berjalan lancar. Tiap Ramadhan adatarawih bersama. Juga ada pesantren kilat untuk putera-puteri mereka. Semuanyadipandu oleh mahasiswa dan mahasiswi Al Azhar. Masalah yang dihadapi KBRICairo tidak serumit yang dihadapi oleh KBRI di Saudi Arabia misalnya, yangsetiap hari berurusan dengan TKI atau TKW dengan setumpuk masalahnya yangsangat memuakkan. Misalnya, tidak dibayar majikan, disiksa majikan, diperkosamajikan, diperlakukan seperti budak oleh majikan, dihamili oleh sesama tenagakerja dari Indonesia, ditangkap polisi karena tidak punya izin tinggal resmi, danlain sebagainya, dan lain sebagainya.Masjid Indonesia yang dibangun oleh para pejabat KBRI bahkan telahmemiliki perpustakaan yang cukup mengasyikkan bagi putera-puteri mereka.Manajemen masjidnya lumayan baik. Teks khutbah Jum’atnya dibukukan tiaptahun. Masjid Indonesia bahkan biasa menjadi tempat rekreasi para mahasiswayang ingin melepas penat pikiran. Mereka yang mayoritasnya tinggal di NasrCity, jika merasa bosan bisa main ke Dokki. Silaturrahmi ke rumah pejabat KBRIyang dikenal. Atau ke Masjid Indonesia yang terletak di Mousadda Street. Pergike Dokki pada hari Jum’at sangat tepat. Selain shalat Jum’at bersama danbersilaturrahim dengan sesama orang Indonesia, usai shalat Jum’at biasanya adamakan bersama di belakang masjid. Makanan disediakan oleh para pejabat KBRI AYAT AYAT CINTANovel Pembangun Jiwa— Habiburrahman Saerozi 42 muslim secara bergiliran. Jika keadaan ini terus bertahan niscaya sangat indahuntuk dikisahkan dan dikenang.Usai makan, aku melakukan rutinitasku di depan komputer.Mengalihbahasakan kitab berbahasa Arab ke dalam bahasa Indonesia. Kali iniyang aku garap adalah kitab klasik karya Ibnu Qayyim, yaitu kitab Miftah DarisSa’adah . Dua jilid besar. Kitab berat. Menggarap kitab ini benar-benar menguraspikiran dan tenaga. Aku harus ekstra serius dan hati-hati pada saat Ibnu Qayyimmembahas masalah ilmu perbintangan, horoskop, pengaruh planet-planet, ramalannasib, dan lain sebagainya. Bahasa ilmu falak dan astronomi adalah bahasa yangtidak mudah. Aku terpaksa membuka kamus klasik berkali-kali. Apalagi bahasayang dipakai Ibnu Qayyim adalah bahasa Arab klasik. Itu saja tidak cukup, harus juga didampingi dengan kamus dan buku astronomi modern. Dan tatkala yangditulis Ibnu Qayyim telah terang maksudnya, aku bagaikan menemukan mutiaratidak ternilai harganya. Ibnu Qayyim ternyata juga seorang astronom yang luarbiasa.Menerjemahkan sebuah kitab klasik terkadang terasa sangat menjemukan.Namun ketika rasa jemu bisa teratasi kegiatan itu akan berubah menjadi sebuahrekreasi yang sangat mengasyikkan. Andaikan Ibnu Rusyd masih hidup, aku inginbertanya, rasanya seperti apa ketika dia sedang menerjemahkan karya-karyaAristoteles. Dan seperti apa rasanya ketika telah selesai semuanya?Malam ini jadwalku sampai jam dua belas. Berhenti ketika shalat Isya.Akhir bulan naskah harus sudah aku kirim ke Jakarta. Setelah itu ada dua bukuyang siap diterjemah. Buku kontemporer, bahasanya lebih mudah. Seorang temanpernah mencibir diriku, bahwa menjadi penerjemah sama saja menjadi mesinpengalih bahasa. Aku tak peduli dengan segala cibiran mereka. Aku merasanikmat dengan apa yang aku kerjakan. Aku bisa belajar menambah ilmu,mentransfer ilmu pengetahuan dan berarti ikut serta mencerdaskan bangsa. Akubisa berkarya, sekecil apa pun bentuknya. Berdakwah, dengan kemampuanseadanya. Dan yang terpenting aku bisa hidup mandiri dengan royalti yang akuterima. Tidak seperti mereka yang bisanya mencibir saja. Menuruti kata orangtidak akan pernah ada habisnya. Kamu tidak akan mungkin bisa memenuhi segala AYAT AYAT CINTANovel Pembangun Jiwa— Habiburrahman Saerozi 43 kesesuaian dengan hati semua manusia! Kata-kata Imam Syafii mengingatkandiriku.* * *Pukul 22.00 waktu Cairo. Handphone -ku berdering. Ada sms masuk. DariMusthafa, teman Mesir satu kelas di pasca. Ia memberikan kabar gembira, “Mabruk. Kamu lulus. Kamu bisa nulis tesis. Tadi sore pengumumannyakeluar.” Aku merasa seperti ada hawa dingin turun dari langit. Menetes deras kedalam ubun-ubun kepalaku lalu menyebar ke seluruh tubuh. Seketika itu akusujud syukur dengan berlinang air mata. Aku merasa seperti dibelai-belai tanganTuhan. Setelah puas sujud syukurku aku mengungkapkan rasa gembiraku padateman-teman satu rumah. Mereka semua menyambut dengan riang gembira.Dengan tasbih, tahmid dan istighfar. Dengan mata yang berbinar-binar.Kukatakan pada mereka,“Malam ini juga kita syukuran. Kita beli firoh masywi 50 dua. Lengkapdengan ashir mangga. Kita makan nanti tengah malam, bersama-sama di sutuhsana. Bagaimana. Eh ra’yukum 51 ?”“Kalau ini sih usul yang susah ditolak!” sahut Saiful senang. Siapa yangtidak senang diajak makan ayam bakar gratis.Kukeluarkan uang lima puluh pound.“Biar aku sama Saiful saja yang beli. Mas Fahri sama Hamdi di rumahsaja. Kalian masih capek ‘kan karena perjalanan tadi siang. Okay ?” Rudimenawarkan diri.“ Okay . Oh ya jangan cuma ashir mangga, beli juga tamar hindi ya?Jangan lupa!” sahut Hamdi. Ia memang paling suka sama tamar hindi. Waktumusim dingin saja ia mencari tamar hindi , apa tidak aneh.“Beres bos,” seru Saiful.Keduanya membuka pintu dan keluar.“Mas aku buat sambal sama menanak sedikit nasi ya?” kata Hamdi.“Sip. Kita buat bareng,” sambutku sambil mengacungkan kedua jempolku.Memang, tanpa membuat sambal ala Indonesia kurang mantap. Ayam bakar Mesir 50 Ayam bakar. 51 Apa pendapat kalian. AYAT AYAT CINTANovel Pembangun Jiwa— Habiburrahman Saerozi 44 tidak pakai sambal. Padahal kami berempat adalah orang yang doyan sambal,terutama Hamdi. Dia jebolan pesantren Lirboyo, harus pakai sambal.Saat melangkah ke dapur aku teringat Mishbah. Tidak adil rasanya kamiberempat berpesta tampa mengikutsertakan dia. Namanya keluarga, ketika senangharus dirasakan bersama. Aku tersenyum. Masalah yang mudah. KutelponWisma. Aku minta disambungkan pada Mishbah. Kuberitahukan padanya orangsatu rumah akan syukuran atas kelulusanku. Ia berteriak gembira,“Mas apa aku pulang saja sekarang? Pakai taksi ‘kan cepat!”“Kerjamu sudah selesai?” tanyaku.“Belum sih sekarang aku lagi membuat estimasi dana sama Mas Khalid.”“Kalau begitu kau selesaikan saja pekerjaanmu. Kalau kau pulang keHadayek Helwan kau akan terlalu capek. Begini saja Akhi , kau ajak saja MasKhalid istirahat ke Babay atau ke mana terserah. Ajak makan firoh masywi . Pakaiuangmu atau uangnya Mas Khalid dulu. Nanti aku ganti. Jadi adil, bagaimana?”“Kalau begitu siiip- lah Mas. Pokoknya alfu mabruk deh.” Suaranyaterdengar girang. Aku tersenyum. Ah, musim panas yang menyenangkan,meskipun melelahkan.Dalam segala musim, Tuhan selalu Penyayang.Itu yang aku rasakan.* * *Tepat tengah malam kami pergi ke suthuh. 52 Membawa tikar, nampanbesar, empat gelas plastik, ashir mangga, tamar hindi, dan dua bungkus firohmasywi yang masih hangat dan sedap baunya.Kami benar-benar berpesta. Dua ciduk nasi hangat digelar di atas nampan.Sambal ditumpahkan. Lalu dua ayam bakar dikeluarkan dari bungkusnya. Tak lupa acar dan lalapan timun. Satu ayam untuk dua orang.“Sekali-kali kita jadi orang Mesir beneran, satu ayam untuk dua orang,”komentar Rudi.“Kalau ini bukan makan nasi lauk ayam. Ini makan ayam lauk nasi.Nasinya dikit sekali. Mbok ditambah dikit,” sambung Saiful. 52 Lantai apartemen paling atas dan menghadap langit (atap apartemen). AYAT AYAT CINTANovel Pembangun Jiwa— Habiburrahman Saerozi 45 “Tujuannya memang kita makan ayam bakar. Nasi pelengkap saja untuk melestarikan budaya Indonesia. Bagi yang mau tambah nasi ambil saja sendiri.Benar nggak Mas?” sahut Hamdi.“Sekarang bukan saatnya diskusi. Kalau mau diskusi besok Sabtu diWisma Nusantara. Rudi presentatornya. Bismillah, ayo jangan banyak cingcong langsung kita ganyang saja!” ucapku sambil mencomot daging ayam dihadapanku. Serta merta mereka melakukan hal yang sama. Kami makan sambilngobrol, di belai udara malam yang tidak dingin dan tidak panas. Semilir sejuk.Keindahan musim panas memang pada waktu malam. Kala langit cerah. Bulanterang. Bintang-bintang gemerlapan. Dan debu tidak berhamburan. Menikmatisuasana alam di atas suthuh apartemen sangat menyenangkan. Nun jauh di sanacahaya lampu-lampu rumah dan gedung-gedung dekat sungai Nil tampak berkerlap-kerlip diterpa angin. Sayup-sayup kami mendengar bunyi irama musik rakyat mengalun di kejauhan sana. Mungkin ada yang sedang pesta. Alunan ituditingkahi puja-puji syair sufi. Sangat khas senandung malam di delta Nil.Suasana nyaman ini akan jadi kenangan tiada terlupakan. Dan kelak ketikakami sudah kembali ke Tanah Air, kami pasti akan merindukan suasana indahmalam musim panas di Mesir seperti ini.Usai makan kami tidak langsung turun. Kami tetap bercengkeramaditemani semilir angin dari sungai Nil dan satu botol air segar tamar hindi . Kamibercerita tentang malam-malam berkesan yang pernah kami lewati. RudiMarpaung yang berasal dari Medan menceritakan pengalamannya menginapbersama teman-temannya ketika masih aliyah di Brastagi. Menyewa vila danmengadakan shalat tahajjud bersama dalam dinginnya malam. Suasana jadisemakin asyik ketika Hamdi mengisahkan pengalamannya yang menegangkanselama tersesat di lereng Gunung Lawu selama dua hari.“Kami berempat belas. Dibagi dalam dua kelompok. Kami mencoba jalurbaru. Kelompok kami istirahat terlalu lama. Kami mengejar kelompok pertama.Sayang kurang kompak. Kami bertiga tertinggal dan terlunta selama dua haridalam hutan Gunung Lawu. Hanya pertolongan dari Allah yang membuat kamitetap hidup.” AYAT AYAT CINTANovel Pembangun Jiwa— Habiburrahman Saerozi 46 Sedangkan Saiful yang waktu SMP pernah diajak ayahnya ke Turkibercerita tentang indahnya malam di teluk Borporus. Ia bercerita detil teluk Borporus. Lalu mengajak kami membayangkan bagaimana Sultan MuhammadAl-Fatih merebut Konstantinopel dengan memindahkan puluhan kapal di malamhari lewat daratan dan menjadikan kapal itu jembatan untuk menembus bentengpertahanan Konstantinopel.Di tengah asyiknya bercengkerama, tiba-tiba kami mendengar suara orangribut. Suara lelaki dan perempuan bersumpah serapah berbaur dengan suara jeritdan tangis seorang perempuan. Suara itu datang dari bawah. Kami ke tepi suthuh dan melihat ke bawah.Benar, di gerbang apartemen kami melihat seorang gadis diseret olehseorang lelaki hitam dan ditendangi tanpa ampun oleh seorang perempuan. Gadisyang diseret itu menjerit dan menangis. Sangat mengibakan. Gadis itu diseretsampai ke jalan.“Jika kau tidak mau mendengar kata-kata kami, jangan sekali-kali kauinjak rumah kami. Kami bukan keluargamu!” sengit perempuan yangmenendangnya.Kami kenal gadis itu. Kasihan benar dia. Malang nian nasibnya. NamanyaNoura. Nama yang indah dan cantik. Namun nasibnya selama ini tak seindahnama dan paras wajahnya. Noura masih belia. Ia baru saja naik ke tingkat akhir Ma’had Al Azhar puteri. Sekarang sedang libur musim panas. Tahun depan jikalulus dia baru akan kuliah. Sudah berulang kali kami melihat Noura dizhalimioleh keluarganya sendiri. Ia jadi bulan-bulanan kekasaran ayahnya dan duakakaknya. Entah kenapa ibunya tidak membelanya. Kami heran dengan apa yangkami lihat. Dan malam ini kami melihat hal yang membuat hati miris. Nouradisiksa dan diseret tengah malam ke jalan oleh ayah dan kakak perempuannya.Untung tidak musim dingin. Tidak bisa dibayangkan jika ini terjadi pada puncak musim dingin.Noura sesengukan di bawah tiang lampu merkuri. Ia duduk sambilmendekap tiang lampu itu seolah mendekap ibunya. Apa yang kini dirasakanibunya di dalam rumah. Tidakkah ia melihat anaknya yang menangis tersedudengan nada menyayat hati. Tak ada tetangga yang keluar. Mungkin sedang lelap AYAT AYAT CINTANovel Pembangun Jiwa— Habiburrahman Saerozi 47 tidur. Atau sebenarnya terjaga tapi telah merasa sudah sangat bosan dengankejadian yang kerap berulang itu. Ayah Noura yang bernama Bahadur itu memangketerlaluan. Bicaranya kasar dan tidak bisa menghargai orang. Seluruh tetangga diapartemen ini dan masyarakat sekitar jarang yang mau berurusan dengan Si HitamBahadur. Kulitnya memang hitam meskipun tidak sehitam orang Sudan. Hanyakami yang mungkin masih sesekali menyapa jika berjumpa. Itu pun kamiterkadang merasa jengkel juga, sebab ketika disapa ekspresi Bahadur tetap dinginseperti algojo kulit hitam yang berwajah batu. Sejak kami tinggal di apartemen inibelum pernah Si Muka Dingin Bahadur tersenyum pada kami. Kalau suaratawanya yang terbahak-bahak memang sering kami dengar.Aku paling tidak tahan mendengar perempuan menangis. Kuajak teman-teman turun kembali ke flat. Mereka bertanya apa yang harus dilakukan untuk menolong Noura. Aku diam belum menemukan jawaban. Aku masuk kamar,kubuka jendela, angin malam semilir masuk. Noura masih terisak-isak di bawahtiang lampu. Aku dan teman-teman tidak mungkin turun ke bawah menolongNoura. Meskipun dengan sepatah kata untuk menghibur hatinya. Atau untuk memberitahukan padanya bahwa sebenarnya ada yang peduli padanya. Tidak mungkin. Jika ada yang salah persepsi urusannya bisa penjara. Apalagi Si HitamBahadur bisa melakukan apa saja tanpa pertimbangan akal sehatnya.Aku teringat Maria. Ia gadis yang baik hatinya. Rasa ibaku pada Nouramenggerakkan tanganku untuk mencoba mengirim sms pada Maria. “Maria. Apa kau bangun. Kau dengar suara tangis di bawah sana?” Kutunggu. Lima menit. Tak ada jawaban. Kuulangi lagi. Kutunggu lagi.Ada jawaban. “Ya aku bangun. Aku mendengarnya. Aku lihat dari jendela Nouramemeluk tiang lampu.”“Apa kau tidak kasihan padanya?”“Sangat kasihan.”“Apa kau tidak tergerak untuk menolongnya.”“Tergerak. Tapi itu tidak mungkin.”“Kenapa?” AYAT AYAT CINTANovel Pembangun Jiwa— Habiburrahman Saerozi 48 “Si Hitam Bahadur bisa melakukan apa saja. Ayahku tidak mau berurusandengannya.”“Tidakkah kau bisa turun dan menyeka air matanya. Kasihan Noura. Diaperlu seseorang yang menguatkan hatinya.”“Itu tidak mungkin.”“Kau lebih memungkinkan daripada kami.”“Sangat susah kulakukan!” Maria menolak. “Kumohon turunlah dan usaplah air matanya. Aku paling tidak tahan jikaada perempuan menangis. Aku tidak tahan. Kumohon. Andaikan aku halalbaginya tentu aku akan turun mengusap air matanya dan membawanyake tempat yang jauh dari linangan air mata selama-lamanya.”“Untuk yang ini jangan paksa aku, Fahri! Aku tidak bisa!”“Kumohon, demi rasa cintamu pada Al-Masih. Kumohon!”“Baiklah, demi cintaku pada Al-Masih akan kucoba. Tapi kau harus tetapmengawasi dari jendelamu. Jika ada apa-apa kau harus berbuat sesuatu.”“Jangan kuatir. Tuhan menyertai orang yang berbuat kebajikan.” Benar dugaanku. Sebenarnya banyak tetangga yang terbangun olehteriakan-teriakan Bahadur dan jeritan Noura. Tapi mereka tidak tahu harus berbuatapa. Pernah seorang tetangga memanggil polisi, tapi Noura tidak mau ayahnyadiperkarakan, Noura malah mengaku dia yang salah dan ayahnya berhak marah.Mau bagaimana? Noura sepertinya tidak mau dibela padahal apa yang dilakukanayahnya padanya telah melewati batas. Tuan Boutros, ayah Maria pernah menegurSi Hitam Bahadur atas perlakuannya yang tidak baik pada anak bungsunya. Tapiapa yang terjadi? Bahadur malah melontarkan sumpah serapah yang tidak enak didengar telinga.Dari jendela aku melihat Maria berjalan mendekati Maria. Ia memakai jubah biru tua. Rambutnya yang hitam tergerai ditiup angin malam. Maria lalududuk di samping Noura. Ia kelihatannya berbicara pada Noura sambil mengelus-elus kepalanya. Noura masih memeluk tiang lampu. Maria terus berusaha.Akhirnya kulihat Noura memeluk Maria dengan tersedu-sedu. Mariamemperlakukan Noura seolah adiknya sendiri. Sambil memeluk Noura Mariamenengok ke arahku. Aku menganggukkan kepala. Kulihat jam dinding, pukul AYAT AYAT CINTANovel Pembangun Jiwa— Habiburrahman Saerozi 49 dua empat puluh lima menit. Teman-teman sudah terlelap. Mereka kekenyanganmakan. Maria masih memeluk Noura. Cukup lama mereka berpelukan. Mariamelepaskan pelukannya. Tangan kanannya memenjet handphone- nya danmeletakkan di telingannya. Handphone ku menjerit. Maria bertanya,“Sekarang apa yang harus kulakukan?”“Tidak bisakah kau ajak dia ke kamarmu?”“Aku kuatir Bahadur tahu.”“Aku yakin dia sudah terlelap. Dan biasanya akan bangun sekitar jamsepuluh pagi. Dia pekerja malam. Tadi jam setengah dua baru pulang terusmembuat keributan.”“Baiklah akan kucoba.”“Tunggu! Sekalian kau bujuk Noura menceritakan apa yang sebenarnyadialaminya selama ini, agar kita semua para tetangga yang peduli pada nasibnyabisa menolongnya dengan bijaksana.”“Akan kucoba.”Sebenarnya Maria bisa bicara langsung tanpa melalui handphone . Tapi diaharus bersuara sedikit keras, dan itu akan mengganggu tetangga yang tidur. Mariamemang tidak seperti Mona dan Suzana, dua kakak perempuan Noura yang genitdan keras bicaranya. Seringkali Mona atau Suzana memanggil orang di rumahmereka dari bawah dengan suara keras. Tidak siang tidak malam. Padahal rumahmereka hanya di lantai dua tapi suaranya seperti memanggil orang di lantai tujuh.Kulihat Maria berhasil membujuk Noura untuk ikut dengannya danberjalan memasuki gerbang apartemen. Hatiku sedikit lega. Masih ada waktu satu jam setengah sampai subuh tiba. Kupasang beker. Aku ingin melelapkan matasebentar saja.* * * AYAT AYAT CINTANovel Pembangun Jiwa— Habiburrahman Saerozi 50 4. Air Mata Noura Meskipun cuma terlelap satu jam setengah, itu sudah cukup untuk meremajakan seluruh syaraf tubuhku. Setelah satu rumah shalat shubuh berjamaahdi masjid, kami membaca Al-Qur’an bersama. Tadabbur sebentar, bergantian.Teman-teman sangat melestarikan kegiatan rutian tiap pagi ini. Selama ada dirumah, membaca Al-Qur’an dan tadabbur tetap berjalan, meskipun pagi inikulihat mata Saiful dan Rudi melek merem menahan kantuk.Usai tadabbur Saiful, Rudi, dan Hamdi merebahkan diri di tempat tidurmasing-masing. Di musim panas, karena malamnya pendek, tidur selepas shubuhadalah hal biasa bagi kebanyakan mahasiswa Indonesia. Tidak putera, tidak puteri, semua sama. Wa bilkhusus para aktivis yang sering begadang sampaishubuh. Mereka para raja dan para ratu tidur pagi hari. Orang Mesir pun jugabanyak melakukan hal yang sama. Begitu mendengar azan shubuh mereka yangtidak mau berjamaah langsung shalat lalu tidur dan bangun sekitar pukul setengahsembilan. Kantor-kantor dan instansi benar-benar membuka pelayanan setelah jam sembilan. Toko-toko juga banyak yang baru buka jam sembilan. Meskipuntidak semua. Ada beberapa instansi dan toko yang telah buka sejak jam tujuh.Yang paling disiplin buka pagi adalah warung penjual roti isy dan ful. 53 Merekatelah buka sejak pagi-pagi sekali.Kebiasaan tidur setelah shalat shubuh kurang baik ini sering disindir paraImam. Dalam sebuah khutbah Jum’at, imam muda kami, yaitu Syaikh AhmadTaqiyyuddin pernah mengatakan, ‘Seandainya Israel menggempur Mesir pada jam setengah tujuh pagimaka mereka tidak akan mendapatkan perlawanan apa-apa. Mereka akan sangat mudah sekali memasuki kota Cairo dan membunuh satu per satu penduduknya.Karena pada saat itu seluruh rakyat Mesir sedang terlelap dalam tidurnya danbaru akan benar-benar bangun pukul sembilan.’ Kata-kata itu mungkin tidak seratus persen benar, tapi cukup mewakiliuntuk menggambarkan kelengangan kota Cairo pada jam setengah tujuh di musim 53 Roti Isy dan Ful adalah makanan pokok orang Mesir. AYAT AYAT CINTANovel Pembangun Jiwa— Habiburrahman Saerozi 51 panas. Padahal pada saat yang sama, di Jakarta sedang sibuk-sibuknya orangberangkat kerja, dan kemacetan terjadi di mana-mana.Aku termasuk orang yang anti tidur langsung setelah shalat shubuh. Akutidak mau berkah yang dijanjikan baginda Nabi di waktu pagi lewat begitu saja.Hal ini juga kutanamkan pada teman-teman satu rumah. Jadi seandainya semalambegadang dan mata sangat lelah, tetaplah diusahakan shalat shubuh berjamaah,membaca Al-Qur’an, dan sedikit tadabbur. Semoga yang sedikit itu menjadiberkah. Barulah tidur. Jika bisa tahan dulu sampai waktu dhuha datang, shalatdhuha baru tidur.Kunyalakan komputer untuk kembali menerjemah. Baru setengah halamanbel berbunyi. Ada tamu. Ternyata Tuan Boutros dan Maria. Kupersilakankeduanya duduk.“Fahri, maaf menganggu. Ada yang perlu kita bicarakan,” kata TuanBoutros.“Apa itu Tuan?”“Noura.”Maria langsung menyahut,“Begini Fahri. Aku sudah berusaha keras. Tapi Noura tidak maumenceritakan segalanya. Dia hanya bilang telah diusir oleh ayah dan kakaknyakarena tidak bisa melakukan hal yang ia tidak bisa melakukannya.”“Hal yang ia tidak bisa melakukan itu maksudnya apa?” tanyaku.“Ia tidak mau mengaku. Hanya itu yang bisa kudapat. Kami sekeluargahanya bisa membantu sampai di sini.”“Terus terang sebelum Si Bahadur bangun, Noura harus sudahmeninggalkan rumah kami?” sahut Tuan Boutros.“Bukannya kami tidak peduli. Kau tentu tahu sifat Si Bahadur itu. Disamping itu Noura memang ingin pergi untuk sementara. Ia kelihatan ketakutandan cemas sekali. Ia tidak mau ayahnya tahu kalau ia ada di rumah kami,”sambung Maria.“Lantas apa yang harus kita lakukan?” tanyaku.“Untuk itulah kami berdua kemari. Mau tidak mau, pagi ini Nouramemang harus pergi. Untuk kebaikan dirinya, dan untuk kebaikan seluruh AYAT AYAT CINTANovel Pembangun Jiwa— Habiburrahman Saerozi 52 penghuni apartemen ini. Jika sampai ia masih ada di sini, ayahnya akan kembalimembuat keributan. Noura akan jadi bulan-bulanan. Masalahnya, semua orangsudah bosan. Yang jadi pikiran kami adalah Noura harus pergi ke mana. Kamitidak tega dia pergi tanpa tujuan dan tanpa rasa aman,” jelas Tuan Boutros.“Anda benar Tuan Boutros. Dia harus pergi ke suatu tempat yang amandan tinggal di sana beberapa waktu sampai keadaan membaik. Hmm..apakah diatidak punya sanak saudara. Paman, bibi, atau nenek misalnya?”“Di Cairo ini dia tidak memiliki siapa-siapa selain keluarga yang telahmengusirnya. Dia masih punya paman dan bibi. Tapi sangat jauh di Mesir selatan,dekat Aswan sana. Tepatnya di daerah Naq El-Mamariya yang terletak beberapapuluh kilo di sebelah selatan Luxor. Bahadur dan isterinya yaitu Madame Syaimaberasal dari sana. Tapi Noura tidak bisa ke sana. Katanya, seingatnya ia baru duakali ke sana dan tidak tahu jalannya. Ia tidak bisa sendirian ke sana,” jawab Maria.“Teman sekolahnya?” tanyaku.“Kami sudah memberikan saran itu padanya. Tapi Noura tidak mau. Iaingin pergi ke tempat yang tidak akan ditemukan ayah dan kedua kakaknyasementara waktu. Seluruh rumah temannya telah diketahui ayahnya. Dia pernahdiseret ayahnya saat tidur di rumah salah seorang temannya di Thakanat Maadi.Itu akan membuatnya malu pada setiap orang. Begitu katanya.”Aku mengerutkan kening.“Bagaimana dengan saudara atau kenalan kalian? Pasti kalian punyasaudara dan kenalan yang tidak akan terlacak oleh ayahnya Noura. Dan itu bisamembantu Noura,” selorohku.Tuan Boutros dan Maria sedikit kaget mendengar usulku. Keduanyaberpandangan.“Fahri, mohon kau mengertilah posisi kami. Sungguh kami inginmenolong Noura. Tapi menempatkan Noura di rumah kami, atau rumah saudaradan kenalan kami itu tidak mungkin kami lakukan. Karena ini akan menambahmasalah?”“Maksud Tuan Boutros?”“Fahri, sebetulnya bisa saja kami membawa Noura ke tempat saudarakami. Tapi kalau nanti sampai ketahuan Bahadur masalahnya akan runyam. AYAT AYAT CINTANovel Pembangun Jiwa— Habiburrahman Saerozi 53 Bahkan kalau ada orang tidak bertanggung jawab yang suka memancing ikan diair keruh masalahnya bisa berkembang tidak hanya antara kami dan Bahadur. Bisalebih gawat dari itu. Kau ‘kan tahu, kami sekeluarga ini penganut Kristen Koptik.Bahadur sekeluarga adalah muslim. Seluruh sanak saudara dan kolega kami yangpaling dekat adalah orang-orang Koptik. Jika Noura bersembunyi di rumah kamiatau rumah saudara kami bisa mendatangkan masalah. Meskipun kami tidak melakukan apa-apa kecuali menyediakan tempat dia berlindung. Kami nanti bisadianggap merekayasa meng-Kristen-kan Noura. Kami harus menjaga perasaanNoura sendiri dan perasaan semuanya. Kau tentu tahu Noura siswi Ma’had AlAzhar. Dia tentu akan merasa asing di rumah orang yang bukan satu keyakinandengannya. Dia akan merasa canggung untuk shalat, membaca Al-Qur’an dan lainsebagainya. Di rumah kami saja yang tetangganya, yang kenal baik dengannya,dia merasa canggung. Untuk shalat dia merasa tidak enak. Tadi kami yangmempersilakan dia untuk shalat. Kami tidak ingin ini terjadi pada Noura. Apa punalasannya, yang paling bijak adalah menempatkan Noura di tempat orang yangsatu keyakinan dengannya. Yang bisa mengerti keadaannya. Terus terang untuk ini kami minta bantuanmu. Meskipun kamu bukan orang Mesir tapi kamu tentupunya kenalan orang Mesir yang muslim. Menurut kami semua orang muslim itubaik kecuali Si Bahadur itu,” jelas Maria panjang lebar.Aku merenungkan penjelasan Maria. Sungguh bijak dia. Kata-kata adalahcerminan isi hati dan keadaan jiwa. Kata-kata Maria menyinarkan kebersihan jiwanya. Sebesar apa pun keikhlasan untuk menolong tapi masalah akidah,masalah keimanan dan keyakinan seseorang harus dijaga dan dihormati.Menolong seseorang tidak untuk menarik seseorang mengikuti pendapat,keyakinan atau jalan hidup yang kita anut. Menolong seseorang itu karena kitaberkewajiban untuk menolong. Titik. Karena kita manusia, dan orang yang kitatolong juga manusia. Kita harus memanusiakan manusia tanpa menyentuh sedikitpun kemerdekaannya meyakini agama yang dianutnya. Tak lebih dan tak kurang.Ah, andaikan umat beragama sedewasa Maria dalam memanusiakan manusia,dunia ini tentu akan damai dan tidak ada rasa saling mencurigai. Diam-diam akubersimpati pada sikap Maria. AYAT AYAT CINTANovel Pembangun Jiwa— Habiburrahman Saerozi 54 Aku lalu berpikir sejenak mencari jalan keluar. Sebenarnya aku bisa ketempat Syaikh Ahmad. Tapi masalahnya, waktu sangat mendesak. Noura harussegera pergi sebelum keluarganya bangun. Dan dia harus pergi sendiri, agar tidak ada yang disalahkan, atau terseret ke dalam pusaran masalahnya dengankeluarganya. Aku teringat sesuatu.“Oh ya aku ada ide,” kataku.“Apa itu?” tuan Boutros dan Maria menyahut bareng.“Bagaimana kalau sementara waktu Noura tinggal di salah satu rumahmahasiswi Indonesia di Nasr City.”“Saya kira ini usul yang bagus. Mungkin mahasiswi Indonesia itu bisamendekatinya dan Noura bisa menceritakan semua derita yang dialaminya.Setelah itu bisa dicarikan pemecahan bersama yang lebih baik. Sebab diakelihatannya sudah benar-benar dimusuhi keluarganya. Noura berkata, bahkanibunya sendiri yang dulu sering membelanya kini berbalik ikut memusuhinya.Kita tidak tahu apa yang terjadi pada Noura sebenarnya,” ujar Maria.“Baiklah aku akan menghubungi seorang mahasiswi Indonesia di NasrCity.”“Lebih cepat lebih baik. Waktunya semakin sempit.”Aku langsung bergegas mengambil gagang telpon dan memutar nomorrumah Nurul, Ketua Wihdah, induk organisasi mahasiswi Indonesia di Mesir.Seorang temannya bernama Farah yang menerima, memberitahukan Nurul barusepuluh menit tidur, sebab tadi malam ia bergadang di sekretariat Wihdah.“Tolong, ini sangat mendesak!” paksaku.Akhirnya beberapa menit kemudian Nurul berbicara,“Ada apa sih Kak. Tumben nelpon kemari?”Aku lalu mengutarakan maksudku, meminta bantuannya, agar bisamenerima Noura bersembunyi di rumahnya beberapa hari. Mula-mula Nurulmenolak. Ia takut kena masalah. Di samping itu, tinggal bersama gadis Mesirbelum tentu mengenakkan. Aku jelaskan kondisi Noura. Akhirnya Nurulmenyerah dan siap membantu.“Begini saja Kak Fahri. Si Noura suruh turun di depan Masjid Rab’ah.Aku dan Farah akan menjemputnya tepat pukul setengah sembilan.” AYAT AYAT CINTANovel Pembangun Jiwa— Habiburrahman Saerozi 55 “Baiklah.”Hasil pembicaraanku dengan Nurul aku jelaskan pada Tuan Boutros danMaria. Mereka tersenyum lega. Mereka mengajakku ke atas ke flat mereka untuk menjelaskan segalanya pada Noura. Di ruang tamu rumah Tuan Boutros, Nouramenunduk dengan wajah sedih. Ada bekas biru lebam di pipinya yang putih.Matanya memerah karena terlalu banyak menangis. Aku meyakinkan, dia akanaman di tempat Nurul. Mereka semua mahasiswi Al Azhar dari Indonesia yanghalus perasaannya dan baik-baik semua. Noura mengucapkan terima kasih ataspertolongan dan meminta maaf karena merepotkan. Kujelaskan di mana dia akandijemput Nurul dan Farah.“Biar cepat, kau naik metro sampai Ramsis. Setelah itu naik Eltramco jurusan Hayyul Asyir atau Hayyu Sabe’ yang lewat masjid Rab’ah. Turun dimasjid Rab’ah dan cari dua mahasiswi Indonesia. Kau tentu tahu ‘kan muka orangIndonesia. Nurul memakai kaca mata jilbabnya panjang. Farah tidak pakai kacamata, dia suka jilbab kecil. Ditunggu setengah sembilan tepat. Ini nomor telponrumahnya,” kataku sambil menyerahkan selembar kertas bertuliskan nomor telpondan selembar uang dua puluh pound. “Terimalah untuk ongkos perjalanan danuntuk menelpon kalau ada apa-apa.”Noura terlihat ragu.“Jangan ragu. Aku tidak bermaksud apa-apa. Kita ini satu atap dalampayung Al Azhar. Sudah selayaknya saling menolong,” kataku meyakinkan.“Noura, terimalah. Fahri ini orang yang baik. Dia hafal Al-Qur’an. Apakamu tidak percaya dengan orang yang hafal Al-Qur’an?” ucap Mariameyakinkan Noura.Akhirnya Noura mau menerima kertas dan uang dua puluh pound itudengan mata berlinang. Bibirnya bergetar mengucapkan rasa terima kasih. Pagi itu juga Noura pergi ke Nasr City dengan langkah gontai. Saat menatap Maria iamengucapkan rasa terima kasih dan berusaha tersenyum.* * *Pukul sembilan Nurul menelpon, Noura sudah berada di tempatnya. Diaminta saya datang, sebab ada seorang anggota rumahnya yang belum bisamenerima Noura tinggal di sana. Terpaksa saat itu juga aku meluncur ke Nasr AYAT AYAT CINTANovel Pembangun Jiwa— Habiburrahman Saerozi 56 City. Sampai di sana aku menjelaskan panjang lebar apa yang menimpa Noura.Aku jelaskan penderitaannya seperti yang telah berkali-kali aku lihat. Tentangayahnya, ibunya dan kakak perempuannya yang tiada henti menyiksa fisik danbatinnya. Tentang betapa baiknya keluarga Maria dan betapa dewasanya merekamenyarankan agar Noura tinggal di rumah orang yang seiman dengannya agarlebih at home . Mendengar itu semua mereka menitikkan air mata dan siapmenerima Noura.Dari Nasr City aku langsung ke kampus Al Azhar di Maydan Husein.Langsung ke syu’un thullab dirasat ulya . 54 Mereka mengucapkan selamat ataskelulusanku. Aku diminta segera mempersiapkan proposal tesis. Setelah itu akuke toko buku Dar El-Salam yang berada di sebelah barat kampus, tepat di sampingKhan El-Khalili yang sangat terkenal itu. Untuk melihat buku-buku terbaru DarEl-Salam adalah tempat yang paling tepat dan nyaman. Buku terbaru Prof. Dr. M.Said Ramadhan El-Bouthi menarik untuk dibaca. Kuambil satu.Keluar dari Dar El-Salam matahari sudah sangat tinggi mendekati pusarlangit. Udara sangat panas. Tak jauh dari Dar El-Salam ada penjual tamar hindi .Aku tak bisa mengekang keinginanku untuk minum. Satu gelas saja rasanya luarbiasa segarnya. Aku pulang lewat Attaba. Aku teringat jadwal belanja.Kusempatkan mampir di pasar rakyat Attaba. Dua kilo rempelo ayam, satu kilo kibdah 55 dan dua kilo suguq 56 kukira cukup untuk lauk beberapa hari.Begitu masuk mahattah metro , azan zhuhur berkumandang. Dalamperjalanan, panas matahari kembali memanggang. Sampai di rumah pukul duakurang seperempat. Aku masuk kamar dengan ubun-ubun kepala terasa mendidih.Musim panas memang melelahkan. Sampai di flat aku langsung teler . Telentangdi karpet dengan dada telanjang menikmati belaian hawa sejuk yang dipancarkankipas angin kesayangan yang membuatku terlelap sesaat.Dalam lelap, aku melihat Noura di pucak Sant Catherin, Jabal Tursina. Iamelepas jilbabnya, rambutnya pirang, wajahnya bagai pualam, ia tersenyumpadaku. Aku kaget, bagaimana mungkin Noura berambut pirang, padahal ayahdan ibunya mirip orang Sudan. Hitam dan rambutnya negro. Aku menatap Noura 54 Syuun thullab dirasat ulya : Bagian yang mengurusi mahasiswa pascasarjana. 55 Hati. 56 Semacam sausage, bentuknya bundar memanjang. AYAT AYAT CINTANovel Pembangun Jiwa— Habiburrahman Saerozi 57 dengan heran. Lalu Nurul datang. Ia menangis padaku, lalu marah-marah padaNoura. Aku terbangun membaca ta’awudz dan beristighfar berkali-kali. Jamsetengah tiga. Aku belum shalat. Setan memang suka memanfaatkan kelemahanmanusia. Tak pernah merasa kasihan. Untung waktu zhuhur masih panjang. Akuberanjak untuk shalat.Usai shalat aku kembali menelentangkan badan. Kali ini di atas tempattidur, entah kenapa kepalaku terasa nyut-nyut . Atau mungkin karena kelelahan duahari ini. Mimpi bertemu Noura masih ada dipikiran. Juga Nurul, kenapa iamenangis dan marah. Apakah ini hanya kebetulan, atau jangan-jangan betulan.Aku jarang sekali bermimpi yang bukan-bukan. Mimpi bertemu perempuanbagiku adalah mimpi yang bukan-bukan. Aku masih bisa menghitung berapa kaliaku bermimpi bertemu perempuan. Tak ada sepuluh kali. Semuanya bertemuperempuan yang satu, yaitu ibuku. Kali ini aku bertemu Noura yangmemperlihatkan rambutnya yang pirang dan Nurul yang menangis dan marah.Yang kupikirkan adalah Nurul. Apakah Nurul sejatinya menerima kehadiranNoura dengan terpaksa. Hatiku tidak tenang. Aku bangkit. Tidak jadi tidur lagi.Kutelpon Nurul.“Tidak ada acara Nur?”“Sore ini tidak ada Kak. Jadwalnya istirahat.”“Bagaimana dengan Noura?”“Baik. Dia sekarang sedang tidur di kamarku. Benar katamu Kak, diamemang patut di kasihani. Punggungnya penuh luka cambuk.”“Benarkah?”“Ya.”“Apa dia sudah bercerita banyak pada kalian?”“Belum. Masih dalam taraf mencoba saling kenal. Tapi dia tidak tahanmerasakan sakit di punggungnya akhirnya dia sedikit bercerita kalau ayahnyasuka mencambuknya dengan ikat pinggang. Ayah yang kejam!”“Sudah dibawa ke dokter?”“Belum, rencananya nanti sore.”“Nur, boleh aku tanya sedikit. Ini soal pribadi.”“Apa itu Kak?” AYAT AYAT CINTANovel Pembangun Jiwa— Habiburrahman Saerozi 58 “Apa kau sedang marah?”“Marah kenapa?”“Karena Noura. Apa kalian menerimanya dengan terpaksa?”“Jangan suudhan pada saya dan teman-teman Kak. Keberadaan Noura disini tidak ada masalah kok. Kenapa sih Kakak terlalu berprasangka begitu?”“Ya aku kuatir saja kalian merasa terganggu dan direpotkan.”“Nggak. Nggak apa-apa. Sure nggak apa-apa. Jangan kuatir!”“ Syukran kalau begitu.”“ Afwan .”Benar, tadi itu yang datang dalam lelapku dari setan.Nurul tidak apa-apa.Suaranya juga bening ceria seperti biasa. Tidak ada rasa jengkel ataumarah sedikit pun. Sekarang Noura berambut pirang. Benarkah? Selama ini akutidak pernah melihat Noura lepas jilbab. Dari mana aku akan cari info. Tanya padaibu atau kedua kakaknya, gila apa. Tanya Maria. Ya Maria, mungkin dia tahu.Aku balik ke kamar. Mengambil handphone dan mengirim pesan pada Maria. “Maria boleh tanya?” Lima menit kemudian, “Boleh. Tanya apa?”“Jangan kaget ya? Mungkin pertanyaan aneh.”“Apa itu?”“Apa Noura berambut pirang?”“Pertanyaanmu memang aneh. Jawabnya ya, dia berambut pirang.Kenapa kau tanyakan itu?”“Ingin tahu saja. Tapi jika dia berambut pirang memang aneh.”“Aneh bagaimana? Orang Mesir biasa berambut pirang.”“Bukan itu maksudku. Bukankah ayah dan ibunya seperti orang Sudan?Hitam dan berambut negro?”“Kau ingin mengatakan Noura bukan anak mereka.”“Entahlah. Ini hanya firasat.”“Tapi firasatmu mungkin ada benarnya.”“Hanya Tuhan yang tahu.” AYAT AYAT CINTANovel Pembangun Jiwa— Habiburrahman Saerozi 59 Aku kembali menelentangkan badan di atas kasur. Saatnya tidur. Baru duadetik mata terpejam, handphone ku menjerit. Nomor tak kukenal. Siapa ya?Kuangkat,“ Assalamu’alaikum. ”Suara bening perempuan. Logatnya agak aneh. Siapa ?“ Wa ‘ailakumussalam . Ini siapa ya?” jawabku balik bertanya.“ Sind Sie Herr Fahri ?” 57 Dia malah balik bertanya dengan bahasa Jerman.Aku langsung teringat perempuan bercadar biru muda yang kemarin bertemu didalam metro . Dia pasti Aisha.“ Ja. Sie Aisha ?” jawabku dengan bahasa Jerman.“ Ja. Herr Fahri, haben Sie zeit ? 58 ” Pertanyaannya mengandung maksudmengajak bertemu.“ Heute ?” 59 “ Ja. Heute, ba’da shalat el ashr .” 60 Aku ingin tertawa mendengar dia mencampur bahasa Jerman denganbahasa Arab. Tapi memang tepat. Kata-kata shalat sejatinya susah diterjemahkanke dalam bahasa lain secara pas.“ Nein danke, heute ba’da shalat el ashr habe ich leider keine Zeit! Ichhabe schon eine verabredung! ” 61 Maksudku adalah janji pada jadwal untuk menerjemah.Aisha lalu menjelaskan ia ingin bertemu denganku secepatnya. Ia mintaaku bisa meluangkan sedikit waktu. Karena sangat penting. Berkaitan denganAlicia yang katanya ingin berbincang seputar Islam dan ajaran moral yangdibawanya. Alicia ingin sekali bertanya banyak hal padaku sejak kejadian di atas metro itu. Aisha memohon dengan sangat, sebab menurutnya ini kesempatan yangbaik untuk menjelaskan Islam yang sebenarnya pada orang Barat. Aishamengatakan Alicia seorang reporter berita. Ia wartawan dan ini kesempatan emas.Mau tak mau aku mengiyakan dan menawarkan bagaimana jika bertemu besok. Iasenang sekali mendengarnya. Kami membuat kesepakatan bertemu di mahattah 57 Apakah Anda Tuan Fahri. 58 Tuan Fahri, apakah kau punya waktu? 59 Hari ini? 60 Ya. Hari ini setelah shalat ashar. 61 Tidak, terima kasih, sayang aku tidak ada waktu selepas shalat ashar! Aku punya janji. AYAT AYAT CINTANovel Pembangun Jiwa— Habiburrahman Saerozi 60 metro bawah tanah Maydan Tahrir tepat jam setengah sebelas. Aku minta padanyauntuk datang tepat waktu. Ia tertawa. Sedikit ia meledek, bukankah seharusnya diayang meminta padaku untuk datang tepat waktu. Aku tersenyum kecut. Memangorang Indonesia terkenal jam karetnya. Aku tidak sangka kalau orang sepertiAisha tahu akan hal itu. Aku tidak perlu bertanya padanya dari mana ia tahu itu.Sebuah pertanyaan bodoh di dunia global seperti sekarang ini. Bukankah dengankecanggihan teknologi jarum jatuh di pelosok Merauke sana bisa terdengarsampai ke New York dan ke seluruh penjuru dunia?Aku langsung menulis janji bertemu Aisha pada planning kegiatan esok hari. Ternyata padat. Besok jadwal khutbah di masjid Indonesia. Berarti nantimalam mempersiapkan bahan khutbah. Pagi diketik dan langsung di- print . Lantasistirahat. Tidak ke mana-mana. Tidak juga sepak bola. Untak stamina khutbah.Kalaupun ingin melakukan sesuatu lebih baik menerjemah beberapa halaman. Jamsembilan berangkat. Sampai di Tahrir kira-kira jam sepuluh. Kalau misalnya metro sedikit terlambat, aku bisa tetap datang tepat waktu. Lantas berbincangdengan Aisha dan Alicia sampai jam sebelas. Setelah itu pergi ke Dokki untuk khutbah. Aku harus datang di awal waktu biar tidak gugup. Begitu rencananya.Jika tidak dibuat outline yang jelas seperti itu akan membuat hidup tidak terarahdan banyak waktu terbuang percuma.Kulihat kalender. Melihat kalender adalah hal yang paling kusuka. Karenabagiku dengan melihatnya optimisme hidup itu ada.Jum’at tanggal sembilan dan Sabtu tanggal sepuluh. Ada tanda padatanggal sepuluh. Hmm..kapan aku memberi tanda dan untuk apa? Jangan-janganaku ada janji dengan seseorang. Aku berusaha mengingat-ingat. Rancangankegiatan satu bulan aku lihat. Juga tidak ada janji khusus. Terus itu tanda apa ya?Hari Minggunya, tanggal sebelas juga ada tanda yang sama. Dua hari berturut-turut. Aku teringat sesuatu. Ya itu tanda yang aku bubuhkan tiga bulan lalu begitutahu tanggal lahir seluruh keluarga Tuan Boutros. Aku berniat memberikan hadiahuntuk mereka, tepat di hari ulang tahun mereka. Madame Nahed, ibunya Maria,ulang tahun tanggal 10 Agustus. Si Yousef adik lelaki Maria tanggal 11 Agustus,satu hari setelah ibunya. Sedangkan Tuan Boutros 26 Oktober, dan Maria 24Desember. Tanggal-tanggal itu telah aku beri tanda. Aku paling suka memberi AYAT AYAT CINTANovel Pembangun Jiwa— Habiburrahman Saerozi 61 kejutan pada teman atau kenalan. Teman satu rumah sudah mendapatkan hadiahmereka pada hari istimewa mereka. Berarti besok kegiatannya bertambah satu,mencarikan hadiah untuk Madame Nahed dan Yousef. Hadiah yang sederhanasaja. Sekadar untuk memberikan rasa senang di hati tetangga. Tiba-tiba akuberpikir ingin memberikan hadiah pada Si Muka Dingin Bahadur, ayah Nourayang mirip orang Sudan itu. Apa reaksinya kira-kira?* * * AYAT AYAT CINTANovel Pembangun Jiwa— Habiburrahman Saerozi 62 5. Pertemuan di Tahrir Jam 10.10 aku sampai di mahattah metro bawah tanah Maydan Tahrir.Sesuai dengan janji, kami akan bertemu di jalur metro menuju Giza Suburban.Tempatnya lebih nyaman. Lebih indah. Aku mencari tempat duduk yang palingmudah dilihat. Janjinya tepat setengah sebelas. Aku datang dua puluh menit lebihawal. Sambil menunggu aku membaca kembali bahan khutbah yang telahkupersiapkan. Keadaan mahattah tidak terlalu ramai. Menjelang shalat Jum’atseperti ini biasanya memang agak lengang. Seorang polisi bersiaga dengan senjatadi pinggang. Petugas kebersihan berseragam menyapu pelan-pelan. Seorangperempuan berjubah hitam bercadar hitam datang. Kukira dia Aisha, ternyatabukan. Perempuan itu tidak melihat ke arahku sama sekali. Begitu metro datang,ia langung naik dan hilang.Sudah pukul sebelas Aisha belum juga datang. Aku akan menunggusampai seperempat jam ke depan jika ia tidak datang aku akan langsung pergi keDokki. Pukul sebelas lima menit ada seorang perempuan berabaya cokelat tuadengan jilbab dan cadar di kepalanya. Ia melangkah tergesa ke arahku. Iamengucapkan salam dan aku menjawabnya.“ Nehmen Sie platz!” 62 kupersilakan dia duduk.“ Danke schon. ” 63 Selorohnya sambil bergerak duduk di samping kananku.“ Bitte .” 64 Aisha melihat jam tangannya. Dia minta maaf datang terlambat. Akuhanya tersenyum. Kami lalu mulai berbincang-bincang. Aisha memilih pakaibahasa Jerman.“ Wo ist Alicia?” 65 Tanyaku karena aku tidak juga melihat bule Amerikaitu datang.“ Insya Allah , dia akan datang sepuluh menit lagi. Dia sedang dalamperjalanan dari wawancara dengan Ibrahem Nafe’, Pemimpin Redaksi HarianAhram.” 62 Silakan duduk. 63 Terima kasih banyak. 64 Kembali. 65 Di mana Alicia? AYAT AYAT CINTANovel Pembangun Jiwa— Habiburrahman Saerozi 63 Aku bisa memaklumi, namun aku perlu menjelaskan padanya bahwa tepatsetengah dua belas aku harus meninggalkan Tahrir. Sekali lagi Aisha minta maaf atas keterlambatannya dan keterlambatan Alicia. Dalam hati aku senang, bahwamemang perlu sekali-kali orang Barat minta maaf pada orang Indonesia, karenamereka datang tidak tepat waktu. Makanya, jangan main-main dengan muridSyaikh Utsman yang terkenal disiplin.“Semoga lima belas menit cukup bagi Alicia untuk mendapatkan jawabanatas ketidaktahuannya akan Islam,” kata Aisha dengan nada sedikit menyesal.“Sebetulnya saya senang diajak berbincang untuk menjelaskan keindahanIslam. Tapi kali ini saya ada jadwal khutbah. Maafkan saya.”“Kalau waktunya tidak cukup, anggaplah ini pertemuan pengantar saja.Semoga Anda tidak keberatan seandainya Alicia minta waktu lagi, entah kapan.”“ Insya Allah . Dengan senang hati.”Aisha lalu bertanya-tanya tentang saya. Tentang Indonesia. Tentang Jawa.Dia pun sempat sedikit mengenalkan dirinya. Dia baru empat bulan di Cairo.Tujuannya untuk belajar bahasa Arab dan memperbaiki bacaan Al-Qur’annya. DiJerman ia sudah tingkat akhir Fakultas Psikologi. Ayahnya asli Jerman. Ibunyaasli Turki. Dari ibunya ia memiliki darah Palestina. Sebab neneknya atau ibuibunya adalah wanita asli Palestina. Ibunya bilang, neneknya lahir di Giza. Akubertanya sejak kapan memakai jilbab dan cadar. Ia menjawab memakai jilbabsejak SMP dan memakai cadar sejak tiba di Mesir, mengikuti bibinya. Sementaraia memang tinggal di Maadi bersama bibi dan pamannya. Bibinya sedang S.2. diKuliyyatul Banat Universitas Al Azhar, beliau adik bungsu ibunya. Sedangkanpamannya sedang S.3., juga di Al Azhar. Aku mengenal beberapa orang Turkiyang ada di program pascasarjana. Aku teringat sebuah nama.“Aku kenal seorang mahasiswa Turki. Dia cukup akrab denganku. Diapernah bilang tinggal di dekat Kentucky Maadi, mungkin pamanmu kenal,”kataku.“Dekat Kentucky? Siapa namanya? Coba nanti aku tanyakan padapaman,” Aisha penasaran.“Namanya Eqbal Hakan Erbakan?”“Siapa?” AYAT AYAT CINTANovel Pembangun Jiwa— Habiburrahman Saerozi 64 “Eqbal Hakan Erbakan.”“ La ilaaha illallah! ”“Kenapa?”“Itu pamanku.”“ So ein zufall ! 66 ”“Dunia begitu sempit bukan? Tak kukira kau kenal pamanku.”“Sampaikan salamku untuknya. Katakan saja dari Fahri Abdullah Shiddiq,teman i’tikaf di masjid Helmeya Zaitun tahun lalu. Juga sampaikan salamku padabibimu dan kedua puteranya yang lucu; Amena dan Hasan.”“ Insya Allah dengan senang hati.Dari kejauhan aku melihat seorang perempuan bule datang.“Apakah dia Alicia?”“Kelihatannya.”Penampilannya memang berbeda dengan waktu aku melihatnya di metro dua hari yang lalu. Sekarang tampak lebih sopan. Memakai hem lengan panjang.Tidak kaos ketat dengan bagian perut terlihat. Ia menyapa kami dengantersenyum. Aisha menjelaskan waktu yang ada sangat sempit, karena jamsetengah dua belas aku harus cabut ke Masjid Indonesia di Dokki. Alicia bisamengerti dan minta maaf atas keterlambatan. Ia langsung membuka dengansebuah pertanyaan,“Begini Fahri, di Barat ada sebuah opini bahwa Islam menyuruh seorangsuami memukul isterinya. Katanya suruhan itu terdapat dalam Al-Qur’an. Ini jelastindakan yang jauh dari beradab. Sangat menghina martabat kaum wanita. Apakahkau bisa menjelaskan masalah ini yang sesungguhnya? Benarkah opini itu, ataubagaimana?”Aku menghela nafas panjang. Aku tidak kaget dengan pertanyaan Aliciaitu. Opini yang sangat mendiskreditkan itu memang seringkali dilontarkan olehmedia Barat. Dan karena ketidakmengertiannya akan ajaran Islam yangsesungguhnya banyak masyarakat awam di Barat yang menelan mentah-mentahopini itu. Dengan kemampuan yang ada aku berusaha menjelaskan sebenarnya.Aku berharap Alicia bisa memahami bahasa Inggrisku dengan baik, 66 Sungguh suatu kebetulan. AYAT AYAT CINTANovel Pembangun Jiwa— Habiburrahman Saerozi 65 “Tidak benar ajaran Islam menyuruh melakukan tindakan tidak beradabitu. Rasulullah Saw. dalam sebuah haditsnya bersabda, ‘La tadhribu imaallah! ’ 67 Maknanya, ‘Jangan kalian pukul kaum perempuan!’ Dalam hadits yang lain,beliau menjelaskan bahwa sebaik-baik lelaki atau suami adalah yang berbuat baik pada isterinya. 68 Dan memang, di dalam Al-Qur’an ada sebuah ayat yangmembolehkan seorang suami memukul isterinya. Tapi harus diperhatikan denganbaik untuk isteri macam apa? Dalam situasi seperti apa? Tujuannya untuk apa?Dan cara memukulnya bagaimana? Ayat itu ada dalam surat An-Nisa, tepatnyaayat 34: “Sebab itu, maka Wanita yang saleh ialah yang ta'at kepada Allah lagimemelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara(mereka). Wanita-wanita yang kamu kuatirkan nusyuznya, maka nasihatilahmereka dan pisahkanlah mereka dari tempat tidur dan pukullah mereka.Kemudian jika mereka mentaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari jalanuntuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Mahatinggi lagi Mahabesar.” Jadi seorang suami diperbolehkan untuk memukul isterinya yang telahterlihat tanda-tanda nusyuz .”Alicia menyela, “ Nusyuz itu apa?”“Nusyuz adalah tindakan atau perilaku seorang isteri yang tidak bersahabat pada suaminya. Dalam Islam suami isteri ibarat dua ruh dalam satu jasad. Jasadnya adalah rumah tangga. Keduanya harus saling menjaga, salingmenghormati, saling mencintai, saling menyayangi, saling mengisi, salingmemuliakan dan saling menjaga. Isteri yang nusyuz adalah isteri yang tidak lagimenghormati, mencintai, menjaga dan memuliakan suaminya. Isteri yang tidak lagi komitmen pada ikatan suci pernikahan. Jika seorang suami melihat ada gejalaisterinya hendak nusyuz , hendak menodai ikatan suci pernikahan, maka Al-Qur’anmemberikan tuntunan bagaimana seorang suami harus bersikap untuk mengembalikan isterinya ke jalan yang benar, demi menyelamatkan keutuhanrumah tangganya. Tuntunan itu ada dalam surat An-Nisaa ayat 34 tadi. Di situ Al-Qur’an memberikan tuntunan melalui tiga tahapan, 67 Hadits shahih diriwayatkan oleh Imam Abu Daud, Nasai dan Ibnu Majah. 68 Sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dan Ibnu Hibban. AYAT AYAT CINTANovel Pembangun Jiwa— Habiburrahman Saerozi 66 Pertama , menasihati isteri dengan baik-baik, dengan kata-kata yangbijaksana, kata-kata yang menyentuh hatinya sehingga dia bisa segera kembali ke jalan yang lurus. Sama sekali tidak diperkenankan mencela isteri dengan kata-katakasar. Baginda Rasulullah melarang hal itu. Kata-kata kasar lebih menyakitkandaripada tusukan pedang.Jika dengan nasihat tidak juga mempan, Al-Qur’an memberikan jalan kedua, yaitu pisah tempat tidur dengan isteri. Dengan harapan isteri yang mulai nusyuz itu bisa merasa dan interospeksi. Seorang isteri yang benar-benarmencintai suaminya dia akan sangat terasa dan mendapatkan teguran jika sangsuami tidak mau tidur dengannya. Dengan teguran ini diharapkan isteri kembalisalehah. Dan rumah tangga tetap utuh harmonis.Namun jika ternyata sang isteri memang bebal. Nuraninya telah tertutupioleh hawa nafsunya. Ia tidak mau juga berubah setelah diingatkan dengan duacara tersebut barulah menggunakan cara ketiga , yaitu memukul.Yang sering tidak dipahami oleh orang banyak adalah cara memukul yangdikehendaki Al-Qur’an ini. Tidak boleh sembarangan. Suami boleh memukuldengan syarat: Pertama , telah menggunakan dua cara sebelumnya namun tidak mempan.Tidak diperbolehkan langsung main pukul. Isteri salah sedikit main pukul. Ini jauh dari Islam, jauh dari tuntunan Al-Qur’an. Dan Islam tidak bertanggung jawabatas tindakan kelaliman seperti itu. Kedua , tidak boleh memukul muka. Sebab muka seseorang adalahsegalanya bagi manusia. Rasulullah melarang memukul muka. Ketiga , tidak boleh menyakitkan. Rasulullah Saw. bersabda, ‘Bertakwalahkepada Allah dalam masalah perempuan (isteri). Mereka adalah orang-orang yang membantu kalian. Kalian punya hak pada mereka, yaitu mereka tidak bolehmenyentuhkan pada tempat tidur kalian lelaki yang kalian benci. Jika merekamelakukan hal itu maka kalian boleh memukul mereka dengan pukulan yang tidak menyakitkan (ghairu mubrah). Dan kalian punya kewajiban pada mereka yaitumemberi rizki dan memberi pakaian yang baik.’ 69 Para ulama ahli fiqih dan ulamatafsir menjelaskan kriteria ‘ghairu mubrah’ atau ‘tidak menyakitkan’ yaitu tidak 69 Diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam kitab Shahihnya. AYAT AYAT CINTANovel Pembangun Jiwa— Habiburrahman Saerozi 67 sampai meninggalkan bekas, tidak sampai membuat tulang retak, dan tidak dibagian tubuh yang berbahaya jika kena pukulan.Dengan menghayati benar-benar kandungan ayat suci Al-Qur’an itu danmakna hadits-hadits Rasulullah itu akan jelas sekali seperti apa sebenarnya ajaranIslam. Apakah seperti yang dituduhkan dan diopinikan di Barat yangmenghinakan wanita? Apakah tuntunan mulia seperti itu, yang bertujuanmenyelamatkan bahtera rumah tangga karena ada gejala isteri hendak nusyuz ,tidak lagi bersahabat pada suaminya, hendak menodai ikatan suci pernikahandianggap tiada beradab?Kapan seorang suami diperbolehkan memukul? Pada isteri macam apa?Syaratnya memukulnya apa saja? Tujuannya apa? Itu semua haruslah diperhatikandengan seksama. Memukul seorang isteri jahat tak tahu diri dengan pukulan yangtidak menyakitkan agar ia sadar kembali demi keutuhan rumah tangga, apakah itutidak jauh lebih mulia daripada membiarkan isteri berbuat seenak nafsunya danmenghancurkan rumah tangga?Ya inilah ajaran Islam dalam mensikapi seorang isteri yang berperilakutidak terpuji. Islam sangat memuliakan perempuan, bahwa di telapak kaki ibulahsurga anak lelaki. Hanya seorang lelaki mulia yang memuliakan wanita. DemikianIslam mengajarkan.”Rasanya sudah cukup panjang aku menjelaskan. Alicia tampak mengangguk-anggukkan kepala. Sekilas kulihat mata Aisha berkaca-kaca. Entahkenapa. Sebenarnya aku ingin memaparkan ratusan data tentang perlakuan tidak manusiawi orang-orang Eropa pada isteri-isteri mereka. Namun kuurungkan.Biarlah suatu saat nanti sejarah sendiri yang membeberkan pada Alicia dan orang-orang seperti Alicia. Di Inggris, beberapa abad yang lalu isteri tidak hanya bolehdipukul tapi boleh dijual dengan harga beberapa poundsterling saja. Ada seorangPerdana Menteri Jepang yang mengatakan bahwa cara terbaik memperlakukanwanita adalah dengan menamparnya. Dengan bangga Perdana Menteri itumengaku sering menampar isteri dan anak perempuannya. Ia bahkan menasihatisuami puterinya agar tidak segan-segan menampar isterinya. Untungnya Inggrisdan Jepang bukan negara yang mayoritas penduduknya muslim. Jika merekanegara Islam atau mayoritas penduduknya muslim pastilah protes keras atas AYAT AYAT CINTANovel Pembangun Jiwa— Habiburrahman Saerozi 68 perlakuan tidak beradab pada perempuan itu akan datang bagaikan gelombangbadai.Aku menengok jam tangan. Pukul 11.35.“Maaf. Aku harus pergi sekarang. Aku sudah terlambat lima menit darirencana,” ucapku pada Alicia dan Aisha sambil bangkit dari duduk.“Dari jawaban yang kau berikan aku mendapatkan masukan yang samasekali baru aku mengerti. Sebenarnya masih ada banyak hal yang ingin akutanyakan kepadamu.Tentang Islam memperlakukan perempuan. Tentang Islammemperlakukan non-Islam. Tentang Islam dan perbudakan dan lain sebagainya.Dan aku berharap akan mendapatkan jawaban yang baik dalam perspektif yangadil,” Alicia mengungkapkan harapannya.“Saya senang berjumpa dengan orang seperti Anda Nona Alicia. Sebisamungkin saya akan memenuhi harapan Anda itu, insya Allah . Tapi terus terang,bulan ini saya sangat sibuk. Saya harus komitmen dengan jadwal yang telah ada.Anda tentu bisa memaklumi. Apalagi saya sedang menyelesaikan magister saya.Jadi terus terang saya akan berusaha mencuri-curi waktu. Saya ada ide.Bagaimana kalau semua pertanyaan yang ingin Anda sampaikan, Anda tulis sajadalam sebuah kertas. Anda print . Dan nanti serahkan pada saya. Saya akanmenjawabnya di sela-sela waktu senggang saya. Jika sudah terjawab semua akansaya serahkan kembali pada Anda. Lalu kita bertemu dalam suatu tempat dan kitadiskusikan masalah yang belum clear . Bagaimana?”“Saya kira ini ide yang bagus. Saya akan tuliskan pertanyaan sayasecepatnya. Dalam dunia jurnalistik wawancara tertulis lazim juga digunakan.Terus bagaimana kita bisa bertemu lagi. Meskipun cuma sebentar untuk menyerahkan pertanyaan-pertanyaan saya itu?”Aku berpikir sesaat. Mengingat jadwal aku keluar.“Anda sekarang tinggal di mana?” tanyaku setelah aku ingat jadwal keluardari Hadayek Helwan dalam waktu dekat.“Saya menginap di Nile Hilton Hotel.”“Sampai kapan?”“Kira-kira masih sembilan hari di Mesir.” AYAT AYAT CINTANovel Pembangun Jiwa— Habiburrahman Saerozi 69 “Baik. Bagaimana kalau kita berjumpa besok Senin, tepat pukul sebelaspagi?”“ Okey . Di mana?”“Di kafetaria National Library. Letaknya di Kornes Nil Street tak jauh darihotel Anda. Semua orang Mesir di hotel Anda, yang Anda tanya pasti tahu.”“Baiklah.”“Aku boleh datang ‘kan?” sela Aisha.“Tentu saja,” jawabku dan Alicia hampir bersamaan.“Kalau begitu aku pamit dulu. Bye !”Aku beranjak pergi meninggalkan keduanya tepat pada saat sebuah metro dari Shubra El-Khaima datang. Perlahan berhenti. Perlahan-lahan terbuka.Kutunggu orang-orang yang turun habis. Baru aku naik. Ada banyak tempatduduk kosong. Aku pilih paling dekat. Duduk melihat ke arah jendela. Masinismembunyikan tanda. Ding dung...ding dung! Tanda metro sebentar lagi berjalan.Tiba-tiba aku mendengar suara seseorang perempuan menyapaku denganbahasa Arab minta izin duduk, “ Hal tasmahuli an ajlis !”Aku menengok ke asal suara. Perempuan bercadar. Aisha! Aku sedikitkaget. Aku menggeser tempat dudukku. Aisha duduk di sampingku.“Mau ke mana?” tanyaku. Kali ini kami berbincang dalam bahasa Arab.Aku berusaha menggunakan kalimat-kalimat fusha yang mudah dipahamiolehnya. Kuhindari bahasa ‘ amiyah sama sekali.“Aku perlu ikut kamu ke Masjid Indonesia,” jawabnya.“Untuk apa?” Metro mulai berjalan. Dua menit lagi metro akan melintas di bawah sungaiNil. Sayangnya pemandangan di luar jendela hanya gelap berseling cahaya lampuneon menempel di dinding terowongan.“Aku ingin tahu komunitas orang Indonesia di Mesir. Siapa tahu aku bisadapat bahan untuk tesis psikologi sosial S.2.-ku kelak. Aku lagi melengkapi datatentang masyarakat Jawa. Jadi mumpung ada kesempatan. Aku tidak akanmelewatkan begitu saja. Siapa tahu nanti di masjid ada mahasiswi atau muslimahIndonesia, aku bisa kenalan. Dan besok-besok jika aku ada perlu, bisa datangsendiri.” AYAT AYAT CINTANovel Pembangun Jiwa— Habiburrahman Saerozi 70 “O, begitu. Kalau ingin bertemu mahasiswi Indonesia, seandainya dimasjid nanti tidak ada, namun semoga ada, insya Allah aku bisa bantu.”“Terima kasih. Aku dengar dari paman, di Nasr City banyak mahasiswiIndonesia.”“Benar. Mahasiswa Asia Tenggara mayoritas tinggal di sana.”“Tadi kau bilang mau buat proposal tesis. Boleh tahu rencananya tema apayang hendak kau garap?”“Mungkin Metodologi Tafsir Syaikh Badiuz Zaman Said An-Nursi.”“Ulama pembaru dari Turki itu?”“Benar.”“Pasti akan sangat menarik. Kebetulan keluarga kami di Turki adalahpengikut setia jamaah Syaikh Said An-Nursi rahimahullah .”“Aku tahu, Eqbal Hakan pernah cerita padaku.”“Di rumahnya banyak buku-buku karangan Syaikh An-Nursi.”“Ya. Suatu saat aku akan ke sana jika aku perlu data tambahan.”“Apa kau yakin sekarang tidak perlu data tambahan?”“Untuk sekadar proposal mengajukan judul, konsepnya sudah matang dantinggal saya ketik. Saya sudah punya empat ratus referensi. Jika diterima oleh timpenilai, barulah perlu bahan selengkap-lengkapnya untuk penyusunan tesis.”“Semoga diterima. Jika kelak tesismu jadi siapa tahu bisa diterbitkan diTurki.”“Amin.” Metro sampai di mahattah Dokki. “Kita turun?” tanya Aisha.“Tidak, mahattah depan. Tapi tidak ada salahnya siap-siap.”Kami beranjak ke dekat pintu. Kami berdiri berdekatan. Di kaca pintu metro aku melihat bayanganku sendiri. Sama tingginya dengan Aisha. Mungkinaku lebih tinggi sedikit. Satu atau dua sentimeter saja. Metro berjalan lagi. Tak lama kemudian sampai di mahattah El-Behous. Antara mahattah Dokki dan mahattah El-Behous jaraknya memang tidak terlalu jauh. Keduanya masih dalamsatu kawasan, yaitu kawasan Dokki. Metro berhenti. Kami turun. Mahattah El-Behous berada sekitar dua puluhlima meter di bawah tanah. Dengan eskalator kami naik ke atas. Kami keluar ke AYAT AYAT CINTANovel Pembangun Jiwa— Habiburrahman Saerozi 71 permukaan seperti vampire keluar dari sarangnya di siang bolong. Sinar matahariterasa sangat menyilaukan. Panasnya menyengat dan menyiksa. Cepat-cepatkuambil kaca mata hitam dari tas cangklongku. Lumayan, untuk menyejukkankornea mata. Aku berjalan dengan langkah cepat menuju Mousadda Street. Aishamengimbangi langkah dua meter di belakangku. Kami diam seribu bahasa.11.30.14 waktu Cairo, kami tiba di Masjid Indonesia yang tak lain adalahlantai dasar sebuah gedung yang disebut Sekolah Indonesia Cairo atau biasadisebut SIC. Lantai dasar itu cukup luas dan benar-benar layak disebut masjid.Beberapa kali Bapak Duta Besar Indonesia di Cairo mengundang diplomat negaralain yang muslim untuk shalat Jum’at di masjid ini. Dari gerbang masjid akumenangkap suara riuh anak-anak mengeja Al-Qur’an. Mereka adalah putera-puteripara pejabat KBRI yang belajar mengaji dibimbing oleh mahasiswa danmahasiswi Indonesia yang sedang belajar di Al Azhar. Kupersilakan Aisha masuk.Kulihat ada dua kelompok anak-anak mengaji. Di sebelah selatan dekatmihrab, kelompok putera dibimbing oleh Fathurrahman dan Hasyim, keduanyamahasiswa Al Azhar yang mengabdikan diri menjadi takmir. Di sebelah utara,kelompok puteri dibimbing oleh seorang perempuan bercadar, aku tidak tahunamanya dan seorang mahasiswi yang aku kenal yaitu Nurul, Ketua Wihdah.Diam-diam aku salut pada Nurul. Meskipun ia jadi ketua umum organisasimahasiswi Indonesia paling bergengsi di Mesir, tapi ia tidak pernah segan untuk menyempatkan waktunya mengajar anak-anak membaca Al-Qur’an. Setelahbersalaman dengan Fathurrahman dan Hasyim, kuajak Aisha menemui Nurulyang sedang mengajar, dan beberapa kali melihat ke arah kami. Mungkin ia heranmelihat aku datang bersama seorang perempuan bercadar. Selama ini aku dikenaltidak pernah jalan bersama seorang perempuan mana pun.Kukenalkan Aisha pada Nurul dan Nurul pada Aisha. Kujelaskan siapaAisha pada Nurul dan kujelaskan siapa Nurul pada Aisha. Nurul menyambutAisha dengan senyum mengembang. Setelah mereka berbincang beberapakalimat, barulah aku minta diri pada mereka untuk mempersiapkan khutbah.Sebelumnya aku jelaskan pada Aisha jika masih ingin berbincang, selepas shalatJum’at ada waktu, meskipun sebentar. AYAT AYAT CINTANovel Pembangun Jiwa— Habiburrahman Saerozi 72 Meskipun telah mandi, aku merasa perlu mandi lagi agar segar kembali.Musim panas selalu membuatku ingin mandi berkali-kali. Aku langsung ke ruangtakmir yang tidak asing lagi bagiku. Melepas pakaian ganti sarung dan mandi.Masjid ini bisa dikatakan sangat lengkap peralatannya. Mulai dari peralatanibadah, sound system , dan lain sebagainya. Bahkan peralatan dapur pun ada.Masjid memiliki dapur yang integral dengan dapur SIC. Memang kelebihanmateri jika dialirkan untuk ibadah membuat segalanya jadi indah. Usai mandi akukembali ke kamar takmir. Hasyim meminjamkan sarung baru, jas, serban dankopiah putih. Aku memang sudah memesannya Jum’at yang lalu. Hasyim sudahpaham, di antara sekian banyak mahasiswa yang mendapat jadwal khutbah hanyaaku yang paling aneh. Datang memakai pakaian santai. Mandi dan merapikan diridi masjid. Sebab perjalanan dari Hadayek Helwan sampai Dokki cukup memakanwaktu. Aku tidak mau ribet.Pukul 12.00 pengajian anak-anak selesai. Pukul 12.20 Hasyim membacaAl-Qur’an dengan mujawwad menunggu jamaah datang. Pukul 12.35 ritual ibadahshalat Jum’at di mulai. Bapak Duta ada di barisan ketiga. Beliau datang agak terlambat. Tema khutbah yang diberikan takmir kepadaku adalah ‘Indahnya CintaKarena Allah.’ Selesai pukul 13.20. Kami lalu makan bersama di belakangmasjid. Menunya adalah Coto Makasar dan Es Buah.Usai makan aku mendekati Aisha dan Nurul untuk pamitan. Kutanyakanpada Aisha apa masih ada yang bisa kubantu. Sebuah pertanyaan basa-basi. Diabilang tidak. Kutanyakan apa mau pulang bersama. Sebab jalurnya sama. Sekalilagi sebuah pertanyaan basa-basi. Dia jawab masih ada yang dibicarakan denganNurul. Lalu Aku teringat Noura.“Nur, bagaimana kabar Noura?”“Dia sudah mulai dekat dengan kita-kita dan bisa tertawa.”“Dia cerita tentang dirinya nggak?”“Ya. Tapi baru sebatas sekolahnya.”“Tentang perlakuan keluarganya padanya?”“Belum.”“Tolong dekati dia. Sepertinya dia memendam masalah serius. Perlakuankeluarganya selama ini tidak wajar. Kata Tuan Boutros, kita tidak akan bisa AYAT AYAT CINTANovel Pembangun Jiwa— Habiburrahman Saerozi 73 membantu kalau dia tidak jujur menjelaskan masalahnya. Kenapa malam-malamsampai dicambuk dan diusir ayahnya. Dia cerita pada Maria, ayah dan dua kakak perempuan menyuruh dia melakukan suatu pekerjaan yang dia tidak bisamelakukannya. Pekerjaan apa itu? Dan kenapa dia tidak bisa melakukannya? Apamasalah dia sesungguhnya. Kalau ayahnya menuntut dia harus kerja untuk dapatuang, Madame Nahed, ibunya Maria menawarkan dia bisa kerja di kliniknya sorehari. Tolong Nur, kau dekati dia dan bicaralah dari hati ke hati. Aku paling tidak tahan kalau melihat ada orang tertindas dan menderita di depan mataku.”“ Insya Allah Kak.”“Oh ya, ini, untuk biaya makan Noura satu bulan. Semoga cukup,” akumengulurkan amplop yang baru kuterima dari takmir.“Tidak usah Kak.”“Sudah jangan pakewuh . Kita sama-sama mahasiswa. Kita makan jugaiuran. Kalau uang dapur ngepres kita juga ketar-ketir . Ayo terimalah! ApalagiNoura orang Mesir, dia tidak bisa selalu makan masakan kalian. Dia harus makanmakanan Mesir dan itu perlu biaya ‘kan? Terimalah!”Akhirnya Nurul mau menerimanya.Bagaimana mungkin aku yang sudah merepotkan mereka masih jugamembebankan biaya pada mereka. Dakwah ya dakwah. Ibadah ya ibadah. Tapielokkah ongkos dakwah dan ibadah dibebankan orang lain?Aku jadi teringat sepenggal episode perjalanan hijrah Nabi. Ketika akanberangkat hijrah ke Madinah beliau diberi seekor onta oleh Abu Bakar. Namunbeliau tidak mau menerimanya dengan cuma-cuma. Beliau mau menerima dengansyarat onta itu beliau beli. Abu Bakar inginnya memberikan secara cuma-cumauntuk perjalanan hijrah Nabi. Tapi baginda Nabi tidak mau beban sarana dakwahdipikul oleh Abu Bakar yang tak lain adalah umatnya. Baginda Nabi tidak maumenggunakan kesempatan pengorbanan orang lain. Abu Bakar punya keluargayang harus dihidupi. Dakwah harus berjalan profesional meskipun pengorbanan-pengorbanan tetap diperlukan. Dan Nabi mencontohkan profesional dalamberdakwah. Beliau tidak mau menerima onta Abu Bakar kecuali dibayarharganya. Mau tak mau Abu Bakar pun mengikuti keinginan Nabi. Onta itudihargai sebagaimana umumnya dan Baginda Nabi membayar harganya. Barulah AYAT AYAT CINTANovel Pembangun Jiwa— Habiburrahman Saerozi 74 keduanya berangkat hijrah. Itulah pemimpin sejati. Tidak seperti para kiai diIndonesia yang menyuruh umat mengeluarkan shadaqah jariyah , bahkanmenyuruh santrinya berkeliling daerah mencari sumbangan dana dengan berbagaimacam cara termasuk menjual kalender, tapi dia sendiri cuma ongkang-ongkangkaki di masjid atau di pesantren.Ketika seseorang telah disebut ‘kiai’ dia lalu merasa malu untuk turun kekali mengangkat batu. Meskipun batu itu untuk membangun masjid ataupesantrennya sendiri. Dia merasa hal itu tugas orang-orang awam dan para santri.Tugasnya adalah mengaji. Baginya, kemampuan membaca kitab kuning di atassegalanya. Dengan membacakan kitab kuning ia merasa sudah memberikansegalanya kepada umat. Bahkan merasa telah menyumbangkan yang terbaik.Dengan khutbah Jum’at di masjid ia merasa telah paling berjasa. Banyak oranglalai, bahwa baginda Nabi tidak pernah membacakan kitab kuning. Dakwah nabidengan perbuatan lebih banyak dari dakwah beliau dengan khutbah dan perkataan. Ummul Mu’minin , Aisyah ra. berkata, “Akhlak Nabi adalah Al-Qur’an!” Nabiadalah Al-Qur’an berjalan. Nabi tidak canggung mencari kayu bakar untuk parasahabatnya. Para sahabat meneladani apa yang beliau contohkan. Akhirnyamereka juga menjadi Al-Qur’an berjalan yang menyebar ke seluruh penjuru duniaArab untuk dicontoh seluruh umat. Tapi memang, tidak mudah meneladani akhlak Nabi. Menuntut orang lain lebih mudah daripada menuntut diri sendiri.“Nanti kalau ada apa-apa, atau ada yang kurang bilang saja. Juga kalauNoura sudah menceritakan masalahnya, langsung kontak secepatnya!” katakupada Nurul.Nurul mengangguk. Aku minta diri. Aku berdoa semoga masalah Nourasegera selesai dan gadis malang itu tidak lagi menanggung derita yangmengenaskan. Bagaimana mungkin seorang ayah tega menyambuk anak gadisnyasampai mengelupas punggungnya. Di mana rasa kasih sayangnya? Apakah diatiada pernah mendengar sabda nabi, siapa yang tidak memiliki rasa kasih sayangdia tidak akan disayang oleh Allah ?* * * AYAT AYAT CINTANovel Pembangun Jiwa— Habiburrahman Saerozi 75 Dari El-Behous aku langsung ke Attaba. Aku harus mencari hadiah untuk Madame Nahed dan Yousef menyambut hari istimewa mereka. Meskipunsederhana, pasti akan jadi kejutan tersendiri, bahwa tetangganya dari Indonesiamemberikan hadiah yang tiada disangka.Aku ingat acara dunia wanita yang ditayangkan Nile TV. Di antara benda-benda yang disukai wanita adalah tas tangan. Kurasa tidak salah kalau akumenghadiahi Madame Nahed dengan tas tangan. Dan untuk Yousef aku akanbelikan kaset percakapan bahasa Perancis dan kamusnya. Kuharap dia senang.Sebab dia pernah bilang jika kuliah nanti ingin mengambil sastra Perancis.Attaba adalah pasar rakyat terbesar di Mesir. Semua ada. Harganya relatif lebih murah dibandingkan tempat yang lain. Meskipun begitu, seni menawar danbergurau tetap penting untuk memperoleh harga miring. Orang Mesir paling sukadengan lelucon dan guyonan. Teater rakyat di Mesir sampai sekarang masih eksis,penontonnya selalu penuh melebihi gedung bioskop. Itu karena sandiwarahumornya. Film Shaidi Fi Jamiah Amrika atau ‘Orang Kampung di UniversitasAmerika’ adalah film yang sukses besar karena kocaknya. Mona Zaki bintang LuxMesir itu tampil kocak di film itu. Aku sering mengumpulkan pepatah-pepatahkocak Mesir yang membuat orang Mesir akan terkaget dan tertawa saat kuajak bicara. Mereka akan terheran-heran aku dapat pepatah itu dari mana. UniversitasAl Azhar tidak mungkin mengajarkannya. Pernah, seorang pedagang gendut yangkelihatannya enak diajak guyon kusapa dengan ‘Ya Kapten, kaif hal waz zamansyurumburum!” 70 Ia kaget dan terheran-heran. Aku tertawa dia pun tertawa.Kata-kata syurumburum adalah kata-kata aneh. Cara menyapa aneh ini aku dapatdari seorang pemilik qahwaji 71 di Sayyeda Zaenab.Ohoi, sebetulnya hidup di Mesir sangat menyenangkan. Penuh seni danhal-hal mengejutkan.Di toko tas dan sepatu milik seorang lelaki muda bermuka bundar akuberhasil membawa tas tangan putih cantik dengan harga 50 pound. Padahal di tigatoko sebelumnya tas yang sama merk dan bentuknya tidak boleh 70 pound. Itukarena guyonan renyah. Ketika berbincang-bincang aku tahu dia penggemar aktorkomedi legendaris Ismael Yaseen. Kubilang padanya aku ini cucu Ismael Yaseen. 70 Hei Kapten, apa kabar, zaman kok syurumburum (nggak jelas begini). 71 Kedai kopi. AYAT AYAT CINTANovel Pembangun Jiwa— Habiburrahman Saerozi 76 Lalu aku perlihatkan tingkah, mimik dan gaya bicara seperti Ismael Yasin. Diaterpingkal. Dan tas itu pun kena. Setelah dapat tas aku mencari kaset dan kamusuntuk Yousef. Kutemukan yang murah di toko kaset Sono Cairo . Dalamperjalanan pulang di dalam metro ada anak kecil berjualan koran. Aku ambil dua, Ahram dan Akhbar El-Yaum .Menjelang Ashar aku tiba di flat dengan tenaga yang nyaris habis dandarah menguap kepanasan. Benar-benar lemas. Rudi tahu aku pulang dan sangatkelelahan. Ia membawakan segelas karikade dingin. Rasanya sangat segar.Meskipun Rudi orang Medan yang kalau berbicara tidak bisa sehalus orang Jawa,tapi hatinya halus dan penuh pengertian. Melihat bungkusan yang aku bawa diapenasaran. Ia minta izin membukanya. Dia kaget aku beli tas wanita.“Untuk siapa ini Mas? Sudah punya calon rupanya? Diam-diammenghanyutkan. Tapi memang sudah saatnya. Oh iya, tadi Nurul nelpon. Jangan- jangan dia nih calonnya. Terus ini beli kaset percakapan bahasa Perancis segala,memangnya mau S.3. ke Sorbonne apa? Aku jadi ingat wawancara di bulletinCitra bulan lalu, Si Ketua Wihdah itu katanya juga sedang kursus bahasa Perancisdi Ain Syams. Pas buanget. Benarlah kata orang Inggris, love and a cough cannot be hid. Cinta dan batuk tidak dapat disembunyikan!”“Sudahlah Akhi . Aku lagi capek sekali. Nanti habis maghrib aku jelaskansemua. Tidak usah berprasangka yang bukan-bukan.”Anak muda di mana-mana sama.Mataku sudah liyer-liyer . Rudi bangkit, “ Akh , aku istirahat sebentar. Jamlima seperempat dibangunkan ya?”“Kalau ada telpon dari Nurul bagaimana?”“Sudah jangan terus menggoda.”“ Congratulation Mas. She is the star, she is the true coise, she will be agood wife! ”Anak ini kalau menggoda tak ada habisnya. Agak keterlaluan sebenarnya.Tapi aku malas meladeninya. Aku memejamkan mata. Tak perlu kutanggapisekarang, nanti juga dia akan tahu yang sesungguhnya. AYAT AYAT CINTANovel Pembangun Jiwa— Habiburrahman Saerozi 77

0 komentar:

Posting Komentar

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More