Senin, 30 Januari 2012

Novel Ayat-Ayat Cinta (Part 2)

Ni part 2 nya .. selamat membaca :)

6. Hadiah Perekat Jiwa Senja musim panas sungguh indah meskipun tetap tidak seindah musimsemi. Aku membuka jendela kamar lebar-lebar. Semburat mega kemerahanmenghiasi langit. Bau uap pasir masih terasa. Angin bertiup semilir seolahmenghapus hawa panas. Jendela Maria kelihatannya juga terbuka. Habis maghribpaling enak memang membuka jendela. Membiarkan angin semilir mengalir.Sayup-sayup aku mendengar Maria bernyanyi. Kalimatin laisat kal kalimaat! Ia melantunkan lagu Majida Rumi dengan sangat indah. Suara Mariamemang seindah suara penyanyi tersohor dari Lebanon itu.Di kamar sebelah Saiful masih membaca An-Naml . Spontan akumenangkap makna ayat-ayat yang dibaca Saiful. Seekor semut berseru padateman-temannya, “Hai semut-semut sekalian cepat masuklah ke dalam liangkalian. Sebentar lagi Sulaiman dan bala tentaranya akan lewat, kalian bisa terinjak kaki mereka dan mereka sama sekali tidak merasa menginjak kalian!” NabiSulaiman ternyata mendengar dan mengerti apa yang diucapkan semut itu. NabiSulaiman tersenyum. Aku pun tersenyum.Aku duduk di depan meja belajar. Menulis beberapa baris kalimat indahuntuk Yousef dan Madame Nahed dalam dua kertas berbeda. Masing-masingkumasukkan amplop. Dan kumasukkan dalam dua kardus kecil yang siapkubungkus. Hamdi dan Rudi masuk.“Katanya mau membuat konferensi pers Mas?” canda Hamdi. Rudicengar-cengir.“Panggil Saiful sekalian!” sahutku tenang. Agaknya Saiful mendengarpembicaraan kami. Dia menyudahi bacaan Al-Qur’annya dan menyahut, “ I’mcoming! ”“Rud, tolong sambil kau bantu membungkus yang satu! Kau ‘kan jagonyamembungkus kado,” pintaku pada Rudi.“Beres Mas.”Sambil membungkus kado aku menjelaskan untuk siapa kado inisebenarnya. “Kita mengamalkan hadits Nabi, Tahaadu tahaabbu! Salinglah kalian AYAT AYAT CINTANovel Pembangun Jiwa— Habiburrahman Saerozi 78 memberi hadiah maka kalian akan saling mencintai! Ini waktu yang tepat untuk memberikan kejutan pada tetangga kita yang baik itu. Mereka sering sekalimemberi makanan dan minuman kepada kita. Mereka juga perhatian pada kita.Jadi begitu sesungguhnya. Bukan untuk calon isteri. Jangan berprasangka sebabsebagian prasangka itu dosa!”Mereka semua menganggukkan kepala. Rudi minta maaf. Kubalas dengansenyum.“Kapan kado ini akan disampaikan Mas?” tanya Saiful.“ Insya Allah nanti menjelang mereka tidur,” jawabku.“Bagaimana kita tahu mereka mau tidur?” sahut Hamdi.“Jika aku mendengar Maria menutup jendela, biasanya dia siap untuk tidur. Dan Maria bilang mamanya selalu tidurnya lebih lambat darinya.”* * *Kira-kira pukul sebelas kudengar suara jendela ditutup. Itu Maria. Duamenit kemudian kukirim pesan ke nomor handphone -nya: “Kalau mau tidur jangan lupa doa! Semoga mimpi bertemu Al-Masih.” Tak lama kemudian datang balasan, “Bagaimana kamu tahu aku akan tidur?” Kujawab, “Firasat orang beriman banyak benarnya.”“Kau benar. Selamat malam.” Saatnya telah tiba.Kuajak teman-teman semua ke atas. Ke rumah Maria. Aku yakin Yousef dan Madame Nahed belum tidur. Tuan Boutros mungkin baru akan tidur. Kamimenekan bel dua kali. Yousef membuka pintu dan melongok.“Oh kalian. Ada perlu?” tanya Yousef. Ia belum melihat hadiah yang kamibawa.“Mama ada? Kami perlu bicara dengan beliau,” tukasku.“Ayo masuk.”Yousef ke dalam memanggil mamanya. Tak lama kemudian Madame Nahed keluar dengan sedikit kaget. Biasanya kami selalu berurusan dengan TuanBoutros atau Maria. Jarang sekali dengan beliau. AYAT AYAT CINTANovel Pembangun Jiwa— Habiburrahman Saerozi 79 “Malam-malam begini mencari saya ada apa ya? Apa ada yang sakit?”tanya beliau yang memang seorang dokter, tapi tidak praktek di rumah.“Maafkan kami Madame , jika kedatangan kami mengganggu. Kamidatang untuk mengungkapkan rasa cinta dan hormat kami pada keluarga ini.Kebetulan kami telah menyiapkan hadiah ala kadarnya. Ini untuk Madame danyang satunya untuk Yousef. Hadiah sederhana untuk ulang tahun Madame danYousef. Kami mendoakan semoga Madame dan Yousef bahagia dan berjaya.”Aku menjelaskan maksud kedatanganku dan teman-teman. Madame Nahed benar-benar terkejut. Ia menerima hadiah itu dengan mataberkaca-kaca. Yousef mengucapkan terima kasih tiada terhingga. Setelah itu kamimohon diri meskipun Madame Nahed ingin kami minum kopi dulu.“Kami tahu sudah saatnya istirahat. Kami tidak ingin istirahat Madame dan Yousef terganggu.” Madame Nahed tidak bisa mengucapkan apa-apa kecuali terima kasihberkali-kali. Saat kami menuruni tangga, kami mendengar Madame Nahedberteriak-teriak senang memanggil Maria dan Tuan Boutros. Selanjutkan kamitidak tahu apa yang terjadi dalam rumah Madame Nahed itu.Ketika aku bersiap untuk tidur, handphone- ku memekik. Ada pesanmasuk. Kubaca. Dari Maria, “Apa yang kalian lakukan sampai membuat Mama menangis haru?” Aku merasa tidak perlu menjawab. Hatiku mengucapkah puji syukurkepada Tuhan berkali-kali. Tidak sia-sia rasanya panas-panas ke Attaba.Maria kembali mengirim pesan, “Hai orang Indonesia, kenapa tidak dijawab? Kau sudah tidur ya?” Aku jawab, “Ya.” Apa pesan masuk lagi. Tidak kulihat. Aku harus istirahat. Tiba-tibamataku berkaca-kaca aku belum pernah memberikan kado pada ibuku sendiri diIndonesia. Sebelum kenal Kairo aku adalah orang desa yang tidak kenal yangnamanya kado. Di desa hadiah adalah membagi rizki pada tetangga agar semuamencicipi suatu nikmat anugerah Gusti Allah. Jika ada yang panen mangga yasemua tetangga dikasih biar ikut merasakan. Ulang tahun tidak pernah diingat-ingat oleh orang desa. Yang diingat adalah netu , atau hari lahir menurut hitungan AYAT AYAT CINTANovel Pembangun Jiwa— Habiburrahman Saerozi 80 Jawa, misalnya Kamis Pon, Jum’at Wage dan seterusnya. Pada hari itu, sepertiyang kuingat waktu kecil dulu, ibu akan membuat bubur merah atau makananlengkap dengan lauk-pauknya di letakkan di atas tampah yang telah dialasidengan daun pisang. Tampah adalah wadah seperti nampan bundar besar yangterbuat dari bambu Di bawah daun pisang ibu meletakkan uang recehan banyak sekali. Setelah siap semua teman-temanku dipanggil untuk makan bersama.Sebelum makan ibu mengingatkan agar kami tidak lupa membaca basmalah bersama. Jika Mbah San kebetulan ada, ibu akan minta Mbak Ehsanberdoa dan kami, anak-anak, mengamininya. Barulah kami makan berramai-ramai. Setelah makanannya habis kami akan membuka daun pisang yang tadidibuat alas makan. Lalu kami berebutan mengambil uang receh dengan serunya.Semua kebagian. Sebab jika ada yang dapat uang lebih dan ada yang tidak dapatmaka sudah jadi kewajiban yang dapat lebih untuk membaginya pada yang tidak dapat. Biasanya ibu sudah menghitung jumlah anak yang akan diundang danuangnya sesuai dengan jumlah anak itu. Jadi semuanya dapat jatah sama.Sebenarnya kami tahu jatah uang logamnya satu-satu. Tapi selalu saja dibuatrebutan dahulu. Masa kecil yang seru. Begitulah cara ibu-ibu di desakumenyenangkan hati anak-anak kecil. Kenangan indah yang tiada terlupakan. Lebihindah dari pesta meniup lilin dan bernyanyi happy bird day to you .Pernah ada kiai muda dalam suatu pengajian di surau melarang ibu-ibumembuat pesta untuk anak-anak seperti itu. Katanya itu bid’ah. Ibu-ibu bingungdan lapor pada Mbah Ehsan. Mbah Ehsan yang pernah belajar di PesantrenMambaul Ulum Surakarta itu hanya tersenyum dan bilang tidak apa-apa, tidak bid’ah, malah dapat pahala menyenangkan anak kecil. Kanjeng Nabi adalahteladan. Beliau paling suka menyenangkan hati anak kecil.Ketika aku sudah sampai Mesir, dan setelah membaca kitab Al I’tisham karangan Imam Syathibi dan kitab As-Sunnah Wal Bid’ah yang ditulis SyaikhYusuf Qaradhawi aku merenungkan kembali jawaban Mbah Ehsan. Sungguhsuatu jawaban yang sangat arif. Sungguh tidak mudah untuk membid’ahkan suatuperbuatan terpuji yang tiada larangan dalam Al-Qur’an dan Sunnah. Sungguhtidak bijak bertindak sembarangan menghukumi orang. AYAT AYAT CINTANovel Pembangun Jiwa— Habiburrahman Saerozi 81 Pada kenyataannya, ibu-ibu di desa tidak pernah menganggap pesta pada netu anaknya sebagai suatu kewajiban agama yang harus dilakukan. Yang jikadilakukan dapat pahala jika tidak dapat dosa. Atau sebagai ibadah sunah, jikadilakukan dapat pahala jika ditinggal tidak apa-apa. Tidak ada anggapan itumasuk bagian dari ajaran agama. Apa yang dilakukan ibu-ibu di desa tak lebihdari ungkapan rasa sayangnya pada anaknya. Ia ingin anaknya merasa senang.Dan teman anak-anaknya juga senang. Itu saja.Orang desa adalah orang yang hidupnya susah dan pas-pasan. Jika punyakelebihan rizki sedikit saja ingin berbagi kepada sesama. Ibu-ibu inginmenanamkan hal itu dalam jiwa anak-anaknya. Ketika seorang ibu di desamemiliki rizki ia ingin membahagiakan anaknya. Membuatkan sesuatu yangistimewa untuk anaknya. Tapi ia juga ingin anaknya membagi kebahagiaandengan teman-temannya. Maka dibuatlah makanan yang agak banyak untuk dibancak bersama-sama. Adapun itu dipaskan dengan hari netu anaknya adalahagar anaknya merasa memiliki sesuatu istimewa. Ia merasa dihormati, dicintai dandisayangi. Hari itu ia merasa memiliki rasa percaya diri. Ia merasa ada sebagaimanusia. Ia didoakan oleh teman-temannya yang mengamini doa Mbah Ehsan.Atau ia merasa ketika seluruh teman-temannya membaca basmalah bersama-sama, itu adalah doa mereka untuk dirinya. Pada hari itu anak orang paling miskindi suatu desa sekalipun akan tumbuh rasa percaya dirinya. Sebab anak orang kayaikut serta makan satu nampan dengan seluruh anak-anak yang ada. Anak orangkaya makan pada nampan yang dibuat ibunya untuk dirinya pada hariistimewanya. Ia tidak merasa rendah diri. Seluruh anak-anak desa merasa sama.Makan bersama. Cuil mencuil tempe. Saling tarik menarik secuil rambak. Dantertawa bersama. Lalu rebutan uang receh dan saling berbagi. Orang-orang desaadalah orang-orang susah dan mereka kaya akan cara menutupi kesusahan merekadan menyulapnya menjadi kebahagian yang bisa dirasakan bersama-sama.* * *Pagi usai shalat shubuh ada orang menekan bel. Ternyata Yousef. Iadatang untuk sekali lagi mengucapkan terima kasih dan mengabarkan kamisesuatu, AYAT AYAT CINTANovel Pembangun Jiwa— Habiburrahman Saerozi 82 “Mama ingin membuat pesta ulang tahun kami berdua di sebuah Villa diAlexandria. Kalian satu rumah kami undang. Semua ongkos perjalanan jangandipikirkan Mama sudah siapkan,” ucapnya dengan mata berbinar-binar. Kulihatwajah teman-teman cerah. Wisata gratis ke Alexandria siapa tidak mau. Laindengan diriku. Bulan ini jadwalku padat sekali. Terjemahan belum selesai.Proposal tesis. Mengaji dengan Syaikh Utsman yang sangat sayang jika akutinggalkan, meskipun cuma satu hari. Dan lain sebagainya. Aku merasa tidak bisaikut. Tapi aku pura-pura bertanya,“Kapan?”“Minggu depan. Menurut ramalan cuaca sudah tidak terlalu panas.Rencananya berangkat Sabtu, setengah dua siang. Menginap di sana semalam.Minggu sore sebelum maghrib baru pulang. Bagaimana, kalian bisa ‘kan? Kalian‘kan masih libur?” kata Yousef.Meskipun wajah teman-teman tampak cerah, tapi mereka tidak spontanmenjawab. Mereka sangat menghargai diriku sebagai kepala rumah tangga dansebagai yang tertua.“Kurasa teman-teman bisa ikut. Tapi mohon maaf, saya tidak bisa. Sebab jadwal saya padat sekali. Terus terang saya sedang menyelesaikan proyek terjemahan dan sedang menggarap proposal tesis. Sampaikan hal ini pada Mamaya?” jawabku.“Mas, kenapa tidak diluangkan satu hari saja sih. Kasihan mereka ‘kan?”sahut Rudi.“Rud, semua orang punya skala prioritas. Banyak hal penting di hadapankita, tapi kita tentu memilih yang paling penting dari yang penting. Aku punyakewajiban menyelesaikan kontrak. Itu yang harus aku dahulukan daripada ikut keAlex. Jika ada rencana yang tertunda dua hari saja, maka akan banyak rencanayang rusak. Tolonglah pahami aku. Silakan kalian ikut aku tidak apa-apa.Sungguh!” jelasku mohon pengertian teman-teman satu rumah. Yousef mengertisemua yang aku katakan sebab Rudi dan aku mengatakannya dalam bahasa Arab.“Baiklah. Akan aku sampaikan ini pada Mama,” ujar Yousef sambilbangkit minta diri. Aku beranjak ke kamar untuk menyalakan komputer. AYAT AYAT CINTANovel Pembangun Jiwa— Habiburrahman Saerozi 83 Sementara Saiful ke dapur untuk piket masak. Rudi dan Hamdi tetap di ruangtamu membaca-baca koran yang kemarin kubeli.Baru saja aku mengetik tujuh baris. Bel kembali berbunyi.“Mas Fahri, Yousef!” teriak Hamdi.Aku bergegas ke depan.“Begini Fahri. Setelah aku beritahukan semuanya, Mama memutuskanuntuk membatalkan rencana ke Alex,” ucap Yousef dengan kerut muka sedikitkecewa.“Kenapa?”“Karena kau tidak bisa ikut.”“Kan acara tetap bisa berjalan dengan baik tanpa keikutsertaanku.”“Pokoknya itu keputusan mama.”“ Ana asif jiddan! Wallahi, ana asif jiddan! 72 ” ucapku sedih. Sebetulnyaaku tidak ingin mengecewakan siapapun juga.“Tak apa-apa. Mama ingin menggantinya dengan sebuah acara yang tidak akan menyita waktu banyak. Dan untuk acara ini mama minta dengan sangatkalian bisa ikut semua. Sekali lagi dengan sepenuh permohonan, tidak boleh adayang tidak bisa.”“Acaranya apa, dan kapan?”“Kami sekeluarga akan mengajak kalian sekeluarga ke sebuah restaurant di Maadi untuk makan malam. Kalian tidak boleh menolak. Begitu pesan mama.”Aku berpikir sejenak.“Sudahlah Mas. Untuk yang ini sedikit toleranlah. Masak jadwalmenerjemahnya ketat buanget sih!” desak Hamdi.“Baiklah. Insya Allah , kami sekeluarga bisa. Jam berapa kita berangkat?”kulihat wajah Yousef lebih cerah. Ia tersenyum.“Setelah kalian shalat maghrib kita langsung berangkat. Biar tidak kemalaman,” ucapnya senang.“Waktu yang tepat sekali,” gumamku.“Kalau begitu aku naik dulu. Terima kasih atas kesediaannya.”“Terima kasih atas ajakannya.” 72 Aku menyesal sekali. Demi Allah, saya sangat menyesal. AYAT AYAT CINTANovel Pembangun Jiwa— Habiburrahman Saerozi 84 Hamdi, Rudi, dan Saiful tersenyum riang.“Wah lumayan. Pengiritan uang dapur,” kata Saiful.“Sekali-kali kita makan di restaurant mewah, masak cuma bisa makan qibdah 35 piaster,” sahut Rudi.“Memang enaknya punya tetangga baik,” tukas Hamdi.“ Hei, jangan lupa sama teman. Si Mishbah diberi tahu suruh pulang.Harus sampai rumah sebelum maghrib.” Selorohku sambil berjalan masuk kamaruntuk kembali menerjemah. Tak lama kemudian kudengar Si Hamdi berbicara ditelpon. Mishbah akan pulang selepas shalat ashar.Baru lima halaman Rudi berteriak, “Mas Fahri telpon from the true coise! ”Rudi itu masih meledek aku rupanya ia menyebut Nurul “the true coise”. The truecoise bagi siapa? Aku mendesah panjang. Pagi-pagi mau tenang sedikit saja tidak bisa. Kuangkat gagang telpon, “Halo. Siapa ya?”“Alah, udah tahu pura-pura tanya pula!” celetuk Rudi dengan logatMedannya yang membuat telingaku terasa gatal. Anak ini resek sekali.“Ini Nurul. Ini dengan Kak Fahri ya?” suara di seberang sana.“Ya. Kemarin katanya nelpon ya?Ada apa?”“Ah enggak. Kemarin sebetulnya ada yang ingin Nurul tanyakan, tapi jawabannya sudah ketemu.”“ Lha ini nelpon ada apa?”“Tentang Noura.”“Ada apa dengan Noura?”“Tadi malam dia sudah menceritakan semuanya pada saya. Dia memanggadis yang malang. Ceritanya sangat mengenaskan.”“Bagaimana ceritanya?”“Maaf Kak, aku tidak bisa menceritakannya sekarang. Sangat panjang.”“Oh aku paham. Kau tutup saja telponmu. Biar aku yang telpon.”“Bukan pulsa masalahnya Kak.”“Terus enaknya bagaimana?”“Sore nanti kami, pengurus Wihdah diundang Pak Atdikbud di rumahnyayang dekat SIC. Kakak bisa nggak ke SIC jam lima?”“Sayang nggak bisa Nur.” AYAT AYAT CINTANovel Pembangun Jiwa— Habiburrahman Saerozi 85 “Terus bagaimana?”“Minggu-minggu ini jadwalku padat. Susah meluangkan waktu buat appoinment baru. Bagaimana kalau segala yang diceritakan Noura kau tulis sajasemuanya. Pakai tulisan tangan tidak apa-apa. Kulihat cerpenmu pernah nampangdi bulletin Citra. Kayaknya lebih praktis. Lebih enak. Tapi kalau bisa secepatnya.”“Akan Nurul usahakan. Kapan Kakak ingin mengambilnya?”Aku berpikir sejenak. Kapan aku akan keluar ke Nasr City. Satu minggulagi. Terlalu lama. Oh ya, aku ingat, Mishbah masih di wisma dia akan pulangselepas shalat ashar. Dan Rudi setelah makan pagi nanti akan pergi ke Wismauntuk diskusi.“Kalau kau bisa menulisnya sekarang juga, habis zhuhur aku bisa mintateman untuk mengambilnya.”“ Insya Allah bisa. Siapa nanti yang mengambil Kak?”“Kalau tidak Mishbah ya Rudi.”“Bilang jangan lebih jam tiga. Aku sudah tidak dirumah. Itu saja Kak ya.”“Terima kasih Nur.”“Kembali.”Aku menutup gagang telpon dengan hati penasaran. Apa sesungguhnyayang dialami oleh gadis Mesir yang lemah lembut bernama Noura itu. Akuberharap nanti sore atau nanti malam sudah mengetahuinya. AYAT AYAT CINTANovel Pembangun Jiwa— Habiburrahman Saerozi 86 7. Di Cleopatra Restaurant “Dia benar-benar anak pelacur sial! Dia benar-benar anak setan! Anak tak tahu diuntung. Kalau sampai tampak batang hidungnya akan kurajah-rajahmukanya biar tahu rasa!”Kami mendengar Si Muka Dingin Bahadur menyumpah serapah daridalam flatnya dengan suara seperti guntur. Entah ada apa lagi. Lalu kamimendengar suara perempuan membentak tak kalah sengitnya. Ia menyalahkan SiMuka Dingin dan memakinya habis-habisan. Itu mungkin suara Madame Syaima,isteri Si Muka Dingin. Madame Syaima tidak terima dibilang pelacur. Laluterdengar tamparan dan jeritan. Beberapa barang pecah. Kami berlima sudahsampai di halaman. Baru Yousef yang turun menyusul. Pakaiannya fungky betul.Tuan Boutros, Madame Nahed dan Maria belum turun.“Maaf ya agak terlambat. Biasa, perempuan dandan dulu,” kata Yousef.Kami manggut-manggut saja. Tak lama kemudian Tuan Boutros, Madame Nahed dan Maria tampak menuruni tangga apartemen satu persatu. Merekaberjalan mendekati kami. Tuan Boutros tampak lebih muda dari biasanya. Iamemakai kemeja warna krem dengan lengan dilingkis. Madame Nahedberpenampilan seperti aristokrat Perancis. Pafumnya menyengat. Ini yang akutidak suka. Wanita Mesir kalau memakai parfum seolah harus tercium dari jarak seratus meter. Yang paling menawan tentu saja Maria. Dengan gaun malam merahtua dan menggelung rambutnya ia terlihat sangat cantik. Wajah pualamnya sepertibersinar di kegelapan malam. Mereka benar-benar siap ke pesta. Kami berlimaberpakaian biasa saja. Si Rudi malah memakai celana trening warna biru muda.Trening yang terkadang buat main sepak bola. Memang benar-benar seadanya.Tuan Boutros mengatur siapa yang ikut mobilnya dan siapa yang ikutmobil Yousef. Keluarga itu memang memiliki dua mobil. Jeep Cheroke hijaumetalik yang biasa dibawa Tuan Boutos kerja dan sedan forsa hitam yangseringkali dibawa Yousef. Empat orang dari kami ikut mobil Yousef. Madame Nahed dan Maria ikut Tuan Boutros. Aku melangkah ke arah mobil Yousef.Namun Tuan Boutros memanggil, “Fahri, kau ikut aku!”“Ya, kau naik sini Fahri!” seru Madame Nahed. AYAT AYAT CINTANovel Pembangun Jiwa— Habiburrahman Saerozi 87 Terpaksa aku belok ke mobil Cheeroke. Madame Nahed naik di depan danduduk di samping Tuan Boutros. Maria di belakang. Masak aku harus duduk disamping Maria. Dan parfumnya itu. Nuraniku tidak setuju. Satu mobil tak apa,tapi selama tempat duduk bisa di atur lebih aman di hati kenapa tidak. Akumendekati Madame Nahed dan berbicara dengan halus,“Maaf Madame , boleh saya duduk di depan. Saya ingin berbincang-bincang dengan Tuan Boutros selama dalam perjalanan.” Madame Nahed tersenyum, “Oh ya, dengan senang hati.”Dia lalu turun dan pindah ke belakang duduk di samping puterinya. Akunaik dan duduk di samping Tuan Boutros. Belum sempat Tuan Boutrosmenyalakan mesin terdengar suara Si Muka Dingin memanggil dengan suaramengguntur,“Hai Boutros tunggu!”Kami semua menoleh ke asal suara. Si Muka Dingin datang dengantergopoh.“Di mana Noura kau sembunyikan, Boutros!”Kami berpandangan. Si Muka Dingin telah berdiri di dekat Tuan Boutros.Dengan tenang Tuan Boutros menjawab, “Apa saya tidak memiliki urusan yanglebih penting dari mengurusi anakmu, heh?”“Kau pasti tahu di mana Noura berada?”“Siapa yang peduli dengan anakmu?”“Malam itu sebelum tidur Mona melihat Maria turun menghibur Noura di jalan. Kalian pasti tahu sekarang di mana Noura berada!”“Malam itu malam itu apa? Aku tidak tahu! Kalau begitu tanya saja samaMaria. Jangan tanya aku!”“Hai Maria bicara kau! Kalau tidak kusumpal mulutmu dengan sandal!” siMuka Dingin menyalak keras seperti anjing.Dadaku panas sekali mendengar kalimat Si Muka Dingin yang tidak tahusopan santun ini. Tuan Boutros kulihat menggerutukkan giginya, ia tentu marahputerinya dibentak kasar begitu, tapi mukanya tetap tenang memandang ke depan.Ia tidak menjawab sepatah kata pun. AYAT AYAT CINTANovel Pembangun Jiwa— Habiburrahman Saerozi 88 “Tuan Bahadur, memang benar, malam itu aku turun menghibur Noura.Tapi Noura tidak bisa dihibur. Ia menangis terus dan tidak berbicara sepatah katapun padaku. Aku jengkel, lalu ya kutinggal dia. Setelah itu aku tidak tahu kemanadia. Kukira dia kembali ke rumah Anda.”“Hmm...jadi begitu. Anak itu memang keras kepala dan menjengkelkanbukan? Kau saja dibuat jengkel. Aku ayahnya dibuat jengkel setiap hari. Kalauketemu akan kubunuh anak itu biar tidak membuat jengkel lagi!”“Sudah cukup bicaramu Bahadur? Kami ada urusan!” Kata Tuan Boutros.Si Muka Dingin tidak menjawab. Ia hanya pergi begitu saja sambilmengepalkan tinjunya, ia mendesis “Kalau kembali anak itu akan kukuliti biartahu rasa!”“Puji pada Tuhan, Si Brengsek itu tidak macam-macam.” Madame Nahedmendesah lega. Tuan Boutros cepat-cepat menyalakan mesin. Lalu perlahanmenjalankan mobil meninggalkan halaman apartemen dibuntuti oleh Yousef.Selama dalam perjalanan Tuan Boutros banyak bercerita tentang halmenjengkelkan Si Muka Dingin. Aku meminta beliau tidak usah meneruskan.Aku minta topik pembicaraan yang menarik, yang mengasyikkan, yangmenyenangkan seirama dengan malam kebahagiaan Madame Nahed. Mariamemuji usulku. Madame Nahed lalu bercerita tentang Maria kecil. Hal-hal kecilyang Maria lakukan. Maria sesekali menjerit manja minta mamanya tidak meneruskan. Ia malu katanya. Tapi Madame Nahed malah seperti tertantang untuk menceritakan semakin banyak. Tuan Boutros sekali menimpal kisah yangdiceritakan isterinya. Maria jadi lakon. Aku diam saja. Hanya sesekali bertanya,benarkah? Maria akan langsung menyahut, tidak benar, mama bohong! Madame Nahed dan Tuan Boutros akan menyahutnya dengan tawa terpingkal-pingkal.“Maria ini waktu kecil sampai umur empat tahun masih menetek. Umurlima tahun masih ngompol apa nggak menyebalkan!” kata Madame Nahedmemperolok puterinya.“Benarkah itu?” sahutku santai sambil memandang sinar purnama yangkeperakan di atas riak sungai Nil yang memanjang di samping kiri jalan.“Ah itu bohong. Tak mungkin itu terjadi!” tukas Maria cepat setengahteriak. AYAT AYAT CINTANovel Pembangun Jiwa— Habiburrahman Saerozi 89 “Itu benar. Kalau tidak percaya nanti kalau bibinya yang bernama Latefadatang tanyakan padanya,” kata Tuan Boutros membela isterinya.“Itu bukan sesuatu yang tidak baik. Tidak apa-apa. Menetek pada ibudalam waktu yang lama malah membuat cerdas. Begitu yang kubaca pada sebuahmajalah,” sahutku.Maria berterima kasih padaku karena aku membelanya.Akhirnya Tuan Boutros memarkir mobilnya di halaman sebuah restaurantmewah. Cleopatra Restaurant . Terletak di pinngir sungai Nile. Bersebelahandengan Good Shot dan Maadi Yacht Club . Pantas saja mereka berpakaian danberpenampilan serius. Kami berlima berpandang-pandangan.“Santai saja. Kita ini turis. Turis ‘kan biasa berpakaian santai?” bisik Hamdi dalam bahasa Indonesia.“Tapi masak pakai trening yang sudar pudar warnanya begitu?” lirih Saifulsambil meringis memandang Rudi. Aku tersenyum. Baru kali ini kulihat Ruditidak percaya diri. Muka anak Medan ini seperti kepiting rebus. Di antara kamiberlima yang berpakaian paling mengenaskan memang dia. Hamdi lumayan necis,tapi sandal kulit bututnya membuat hati yang melihatnya tidak tahan. Sudahberkali-kali aku mengingatkan agar keduanya membuang jauh-jauh adat klowor yang mereka bawa dari pesantren tradisional. Tapi mereka masih saja suka klowor , padahal baginda Nabi mencontohkan kerapian, kebersihan danpenampilan yang meyakinkan. Memang tidak mudah merubah watak dan gayahidup. Namun Rudi dan Hamdi jauh lebih baik dari saat pertama kali akumengenal dan serumah dengannya. Sekarang sudah mulai bisa membagi waktudan disiplin. Kalau mau diskusi mau menyeterika baju biar sedikit rapi. Tapi akusangat menyayangkan mereka tadi tidak mau mendengar nasihatku agarberpenampilan sedikit necis. Mereka hanya menyahut, “Alah cuma mau makansaja kok repot-repot!”Untung Saiful dan Mishbah mengerti nasihatku. Aku sendiri berpakaiantidak bagus sekali namun juga tidak akan memalukan. Kaos katun hijau muda danrompi santai hijau tua, warna kesayangan. Tak kalah fungky nya dengan Yousef .Tuan Boutros membawa kami masuk restoran dan memilihkan tempatduduk yang paling menjorok ke sungai Nil seperti dek kapal. Terbuka tanpa atap, AYAT AYAT CINTANovel Pembangun Jiwa— Habiburrahman Saerozi 90 bintang-bintang kelihatan. Restauran ini ada dua bagian. Bagian tertutup danbagian terbuka. Mejanya juga beraneka. Namun warnanya sama. Ada yang untuk dua orang. Empat orang. Dan ada yang bundar untuk enam orang. Kami memilihdua meja bundar yang berdekatan. Tuan Boutros, Madan Nahed, dan Maria telahduduk satu meja terlebih dahulu. Aku mengajak Yousef duduk di meja yangsatunya. Teman-teman mengikuti aku. Pas enam orang. Tuan Boutros memintasatu di antara kami duduk satu meja dengan mereka. Kusuruh Rudi. Dia tidak mau. Kupaksa Saiful. Dengan agak ragu-ragu akhirnya dia beranjak juga. Kulihatpara pengunjung yang ada. Mereka berpakaian bagus-bagus. Ada sepasang orangbule. Yang lelaki pakai jas yang perempuan pakai gaun malam resmi. Di pojok kanan orang Mesir gemuk botak dengan isterinya. Keduanya rapi. Yousef berbisik kepadaku, “Ini restauran orang besar. Para diplomat dan bisnisman sering kemari.Lihat siapa yang ada di meja dekat lampu hias itu, kau pasti mengenalnya!”Aku melihat ke arah yang ditunjukkan Yousef. Aku nyaris tidak percayadengan apa yang kulihat. Di sana ada Adel Imam dan Yusra sedang menyantapmakanan dan berbincang. Dua artis Mesir itu makan malam di restauran ini.Teman-teman melongok ke arah keduanya. Yousef mengingatkan, “Jangan terlalukelihatan heboh! Restauran ini menjaga ketenangan dan kenyamananpelanggannya.”Seorang pelayan menanyakan menu. Madame Nahed berkata kepada kami,“Silakan pilih sendiri menunya. Jangan malu-malu. Hai Hamdi, kau pilih apa?”Hamdi bingung. Ini baru pertama kalinya dia makan di restauran elite.Menunya juga asing semua.“Semua masakan khas Timur Tengah ada,” bisik Yousef.Tiba-tiba Saiful beranjak mendekati aku dan berbisik, “Mas, tolong kausaja yang satu meja dengan Tuan Boutros, aku tidak enak. Aku tidak bisa bicarabanyak.”Wajahnya kulihat pucat. Aku merasa kasihan juga melihatnya. Kalau diasampai malu, dan pulang masih lapar padahal baru saja dari restauran besar, apatidak kasihan. Aku jadi teringat dengan cerita teman satu pondok dulu. NamanyaBayu. Pakdenya dari ibu dapat isteri kalangan keraton Kasunanan dan tinggal dikawasan elite Jakarta. Suatu kali ia liburan ke tempat Pakdenya itu. Di sana semua AYAT AYAT CINTANovel Pembangun Jiwa— Habiburrahman Saerozi 91 serba teratur. Waktu tidur, waktu belajar, waktu istirahat, baju tidur, baju santai,dan makannya juga teratur waktu dan tata caranya. Saat itu dia kelas tiga SMP.Dia yang biasa di desa serba tidak teratur jadi grogi. Biasa makan tanpa sendok tanpa meja makan, tanpa garpu dan lain sebagainya jadi serba grogi. Diasebenarnya ingin tambah karena masih lapar, tapi tidak berani. Padahal menunyasangat nikmat. Menu yang jarang sekali ia makan di desanya. Ia takut untuk tambah. Ketika hendak tidur ia merasa masih lapar. Ia tidak bisa tidur denganperut lapar. Akhirnya ia minta izin pada Pakdenya untuk keluar rumah sebentar. Iapergi ke warteg dan makan sampai kenyang. Ternyata anak pakdenya yang palingbesar melihatnya saat baru pulang dari rumah temannya. Ia pun ditanya samabudenya kenapa jajan padahal telah tersedia banyak makanan, apa makanan dirumah budenya tidak enak? Ia tidak bisa menjelaskan, malah menangis. Aku tidak mau teman-teman mengalami nasib tragis seperti Bayu kecil itu.Sebelum beranjak ke meja Tuan Boutros, aku berpesan pada teman-temandengan bahasa Indonesia, “Nanti makan yang banyak santai saja. Jika masih ingintambah ya tambah saja seperti di rumah sendiri.”Tuan Boutros heran Saiful pindah tempat duduk. Kubilang ia inginberbincang dengan Yousef. Tuan Boutros menganggukkan kepala.Pelayan restauran beralih mendekati aku dan bilang,“Anda pesan apa? Teman-teman Anda ikut Anda?” Madame Nahed tersenyum. Maria kelihatannya ingin tahu aku suka menuapa. Untung aku pernah diajak makan malam ke sebuah restauran tak kalahelitenya di Mohandesen oleh Bapak Atdikbud yang jadi ketua takmir masjidIndonesia di Cairo. Jadi, aku tidak merasa asing sekali dengan menu yang tertulis.“Minumnya Seasonal Fresh Fruits . Makannya Chicken Mugharabieh withValanciane Rice dan menu penutupnya minta Pineapple Gateau, ” kataku mantap.Itu adalah menu yang dipilih Ibu Atdikbud yang waktu itu tidak aku rasakan.Sebab waktu itu aku memilih menu utama Onion and Cheese Omelette yang tak jauh beda dengan telur dadar, cuma lebih besar dan tebal. Waktu itu aku sedikitmenyesal memilih menu yang keliru. Ih jadi geli mengingatnya. Sekarang akuyakin sekali, aku tidak keliru pilih menu. AYAT AYAT CINTANovel Pembangun Jiwa— Habiburrahman Saerozi 92 “Fathi, kau memilih menu kesukaanku,” komentar Maria, ia lalu bilangpada pelayan, “aku sama dengan dia.” Tuan Boutros pilih Lamb Stew sedangkan Madame Nahed pesan Chicken Kofta with Tomato Sauce dan Yousef suka Kabab Lahmul Ghanam 73 . Begitu hidangan tersedia kami menyantap dengan tenangsambil menikmati semilir angin sungai Nil dan sesekali melihat rianggelombangnya yang keperakan diterpa sinar rembulan. Ketika kami sedang asyik makan seorang lelaki berdasi menghampiri Tuan Boutros. Tuan Boutros berdiridan berjabat tangan.“ Fahri, this is Mr. Rudolf from German, and Mr. Rudolf, this is Fahri from Indonesia!” Tuan Boutros memperkenalkan kenalannya dengan pengucapanyang sangat berlogat Arab.Mr. Rudolf menjabat tanganku erat.“ Pleased to meet you Mr. Rudolf. ” Sapaku pada bule di hadapanku dengantersenyum. Lalu aku berbasa-basi padanya dengan bahasa Jerman, “ Sin SieTourist? ” 74 Mr. Rudolf agaknya terkejut mendengar pertanyaanku.“ Nein. Sprechen Sie Deutsch? ” 75 Mr. Rudolf balik bertanya dengan nadaheran apa aku bisa berbahasa Jerman.“ Ja .” Jawabku sambil tersenyum. Lalu kami berbincang sesaat lamanyadengan bahasa Jerman. Ia menerangkan dirinya adalah staf ahli atase perdaganganJerman di Kairo. Dia bertanya apa aku seorang diplomat. Kujelaskan statusku diMesir. Tuan Boutros menawarkan pada Mr. Rudolf untuk duduk bersama kami.Mr. Rudolf mengucapkan terima kasih, ia ditunggu isterinya di meja yang lain,lalu beranjak pergi. Madame Nahed menanyakan di mana aku belajar bahasaJerman. Dan menyayangkan Tuan Boutros yang tidak bisa berbahasa Jermanpadahal banyak koleganya yang berasal dari Jerman. Maria mengusulkan agarayahnya belajar bahasa Jerman padaku saja. Tuan Boutros hanya tersenyummendengar celoteh isteri dan puterinya.Usai makan kami tidak langsung pulang. Madame Nahed memesankoktail dan mengajak kami semua ke bagian dalam, di sana ada hiburan musik 73 Sate kambing. 74 Apakah Anda turis? 75 Tidak, kau bisa bicara bahasa Jerman? AYAT AYAT CINTANovel Pembangun Jiwa— Habiburrahman Saerozi 93 klasik. Aku sebenarnya ingin langsung pulang. Tapi Madame Nahed dan TuanBoutros memaksa, “Kita lihat sebentar saja.”Di bagian dalam, di tengah ruangan ada panggung kecil setinggi setengahmeter. Bentuknya bundar. Di atas panggung bundar itu ada seorang perempuanmuda berambut pirang menggesekkan biola dengan penuh penghayatan.“Yang ia mainkan sekarang ini karya Bedhoven. Perempuan itu pemainbiola terkenal dari Rumania.” Seorang pelayan restoran berkata pada seorangwanita setengah baya yang berada tak begitu jauh dariku.Satu lagu selesai. Pengunjung bertepuk tangan. Pemain biola perempuanitu kembali menggesek biolanya. Kali ini bernada riang. Beberapa orangpengunjung berdiri dari kursinya menuju ke dekat panggung. Mereka berdansa.Orang Mesir botak yang tadi kulihat juga berdansa dengan isterinya.Tuan Boutros meraih tangan Madame Nahed. Madame Nahed tersenyumdan menengok pada Maria, “Maria, ayo cobalah kau berdansa. Sekali ini saja.Coba ajak Fahri atau siapa terserah!”Aku terkejut mendengarnya. Tuan Boutros menimpal, “Ya Fahri, Maria itutidak pernah mau berdansa. Coba kau ajak dia! Mungkin kalau kau yangmengajak dia mau.”Aku diam. Kulirik teman-teman. Mereka senyam-senyum. Tuan Boutrosdan Madame Nahed sudah larut dalam irama musik dan berdansa mesra. Mariamendekatiku.“Fahri, mau coba berdansa denganku? Ini kali pertama aku mencobaberdansa,” lirihnya malu. Aku harus berbuat apa. Apakah aku harus ikut budayaEropa. Aku teringat kisah awal-awal Syaikh Abdul Halim Mahmud muda saatbelajar di Perancis. Beliau juga mendapat godaan yang tidak jauh berbeda denganaku saat ini. Dan Syaikh Abdul Halim Mahmud muda mampu melewati ujian itudengan baik. Beliau yang dikenal sebagai ulama sufi modern yang arif billah ituakhirnya dipilih sebagai Grand Syaikh Al Azhar. Jika ada ahli ibadah dan wali dipuncak gunung tanpa godaan itu bukan sesuatu yang mengagumkan. Tapi jika adaahli ibadah bisa berinteraksi dengan baik di tengah kota metropolitan dengansegala hiruk pikuk budaya hedonisnya itu mengagumkan. Begitu Syaikh Ahmadberkata padaku. Tawaran Maria bagi seorang pemuda adalah tawaran menarik. AYAT AYAT CINTANovel Pembangun Jiwa— Habiburrahman Saerozi 94 Siapa tidak suka bergandeng tangan dan berdansa dengan gadis secantik dia. Disinilah letak ujiannya.“Maaf aku tidak bisa,” jawabku sambil tersenyum dan menangkupkan duatangan di depan dada.“Sama, aku juga tidak bisa. Kita belajar bersama pelan-pelan. Mari kitacoba!” sahut Maria yang belum memahami sepenuhnya penolakanku.“Maafkan aku Maria. Maksudku aku tidak mungkin bisa melakukannya.Ajaran Al-Qur’an dan Sunnah melarang aku bersentuhan dengan perempuankecuali dia isteri atau mahramku. Kuharap kau mengerti dan tidak kecewa!”terangku tegas. Dalam masalah seperti ini aku tidak boleh membuka ruangkeraguan yang membuat setan masuk ke dalam aliran darah.“Oh begitu. Maaf, aku tidak tahu. Kalau tahu, aku tak mungkinmenawarkan hal ini kepadamu. Aku salut atas ketegasanmu menjaga apa yang kauyakini,” kata Maria. Tak ada gurat kecewa di wajahnya.“Maria aku keluar dulu. Aku mau menikmati keindahan sungai Nil. Jikaayahmu sudah selesai panggil saja aku di luar,” pesanku pada Maria sebelum akumelangkah keluar. Yousef dan teman-teman membuntutiku. Lima belas menitkemudian Maria memanggil kami untuk pulang. Pukul 22.45 kami sampai dihalaman apartemen. Teman-teman memuji menu yang kupilihkan. Aku yakinmereka kenyang.* * *Sampai di flat teman-teman tidak langsung tidur, mereka berbincang diruang tamu. Sementara aku masuk kamar dan membaca surat Nurul yangmengisahkan apa yang dialami oleh Noura yang malang.Nurul menulis, bahwa Noura mengaku sampai berumur delapan tahunsangat bahagia dan disayang ayah ibunya yaitu Si Muka Dingin Bahadur dan Madame Syaima. Keduanya bahkan sangat menyayanginya melebihi duakakaknya. Dia memang berbeda dengan kedua kakaknya. Sejak kecil dikenalcerdas, berkulit putih bersih, berambut pirang, lincah dan cantik. Tidak seperti duakakaknya yang hitam seperti orang Sudan. Petaka itu datang ketika kakak sulungnya Mona pulang dari sekolah dan menangis sejadi-jadinya. Setelahdibujuk ayah dan ibunya Mona mengaku dihina oleh teman satu bangkunya di AYAT AYAT CINTANovel Pembangun Jiwa— Habiburrahman Saerozi 95 sekolah. Mona dihina sebagai anak syarmuthah . Hinaan itu disebar ke seluruhkelas. Temannya itu mengatakan, ‘Tidak mungkin ibumu itu tidak melacur.Buktinya adik bungsumu berkulit putih bersih dan berambut pirang. Dari manabisa begitu kalau tidak melacur dengan orang lain. Ayahmu ‘kan kulitnya hitamdan negro seperti kamu dan ibumu!” tak ayal itu adalah penghinaan yang sangatmenyakitkan. Pada hari yang sama ayahnya sedang dipecat dari kerjanya di pabrik baja. Dan pecahlah prahara itu. Malam harinya ayahnya memaki-maki ibunya danmencelanya sebagai pelacur. Ayahnya sejak itu tidak lagi menyayanginya.Apalagi sebelumnya memang seringkali orang heran dengan ketidaksamaanNoura dengan kedua orang tua dan kakaknya. Sejak itu Noura jadi bulan-bulanankedua kakaknya dan ayahnya. Ibunya seringkali melindungi dirinya. Namunketika ayahnya membawa perempuan lain yang cantik dan tidak hitam ke rumah,ibunya menjadi terganggu pikirannya. Ia jadi seperti orang tidak waras. Kadangmenangis, marah, ngomel sendiri dan lain sebagainya. Kadang menyayangi Nouradan terkadang tidak jarang ikut menyakitinya. Ayahnya akhirnya dapat pekerjaansebagai tukang pukul di sebuah Nigh Club yang mengapung di atas sungai Nil.Mona, kakak sulungnya ikut kerja di sana. Sedangkan Suzan katanya kerja disebuah losmen di Sayyeda Zaenab. Berangkat menjelang maghrib dan pulangsekitar jam dua dini hari. Menurut bisik-bisik para gadis tetangga kedua kakak Noura itu kerjanya tak lain adalah menjual diri. Beberapa kali Noura melihatMona membawa teman lelaki ke rumah dan diajak tidur di kamarnya. Ayahnyamalah senang, sedangkan ibunya sudah semakin buruk ingatannya meskipunsesekali datang kesadarannya dan menatapi nasib dirinya dan nasib Noura. Dirumah itu Noura diperlakukan layaknya pembantu rumah tangga. Memasak,mencuci, mengepel semua tanggung jawab Noura. Untungnya Noura masihdibolehkan ayahnya sekolah di Ma’had Al Azhar, itu pun karena sekolah di sanagratis dan kalau pulang agak terlambat akan mendapatkan hukuman dari ayah dankedua kakaknya. Beragam bentuk siksaan ia terima dari orang yang ia anggapkeluarganya. Puncak derita Noura adalah enam bulan terakhir ini, ketika ayahnyamemaksanya dia agar ikut bekerja di Night Club seperti kakaknya. Bahkanayahnya dapat tawaran dari manajernya agar Noura mau jadi penari perut tetap diNight Clubnya. Bos ayahnya memang pernah ke rumahnya sekali dan melihat AYAT AYAT CINTANovel Pembangun Jiwa— Habiburrahman Saerozi 96 Noura. Ayahnya pada waktu itu cerita pada bosnya kalau Noura saat TK dulupernah menang lomba menari. Jelas Noura tidak bisa memenuhi keinginanayahnya itu. Sejak itu ia sangat menderita. Puncaknya adalah malam itu. Soresebelum berangkat kerja, ayahnya memaksanya untuk ikut Mona berangkatsetelah maghrib, ada turis asing yang memesan perawan Mesir. Noura dihargaisepuluh ribu pound. Harga yang menurut ayah dan kedua kakaknya sangat tinggi.Ia menolak. Ayahnya lalu mencambuk punggungnya berkali-kali. Ia tidak tahan,akhirnya ia pura-pura mau. Ayahnya berangkat. Tapi begitu shalat maghrib iamengurung diri di kamar. Tidak mau keluar. Tidak mau membukakan pintu.Bagaimana mungkin dia yang muslimah dan sekolah di Al Azhar akan melakukanperbuatan dosa besar itu. Mona tidak bisa berbuat apa-apa. Tengah malamayahnya pulang dan terjadilah penyiksaan dan pengusiran itu. Ayahmenyumpahinya sebagai anak setan, anak haram, anak tidak tahu diuntung. Monamenampar mukanya dengan sandal berkali-kali sambil berkata, “Kau ini siapa?Kau anak siapa hah? Kau bukan adik kami dan bukan keluarga kami? Aku akanbuktikan nanti lewat test DNA kau bagian dari keluarga kami!”Aku menitikkan air mata membaca kisah penderitaan yang dialami Noura.Aku tidak melihat bekas-bekas cambukan di punggungnya, tapi aku bisamerasakan sakitnya. Aku tidak melihat wajahnya saat itu tapi hatiku bisamenangkap rintihan batinnya yang remuk redam. Aku seolah ikut merasakankecemasan, ketakukan dan kesendiriannya selama ini dalam neraka yang diciptaSi Muka Dingin Bahadur. Aku tiba-tiba merasa Noura itu seperti adik kandungkusendiri. Entah bagaimana aku bisa merasakan begitu, padahal aku tidak memilikiadik. Aku anak tunggal. Tapi aku seperti merasakan apa yang dirasakan Noura.Seandainya dia adikku tentu tidak akan aku biarkan ada orang jahat menyentuhkulitnya. Akan aku korbankan nyawaku untuk melindunginya.Aku kembali menitikkan air mata. Oh Noura, semoga Allah menjagamu didunia dan di akhirat. Gadis berwajah putih dan innocence itu selalu berjalanmenunduk. Jika berpapasan kami hanya bersapa dengan tatapan mata sekilas.Tanpa kata-kata. Tapi kami merasa dekat dan saling kenal. Aku tidak mungkinmembiarkan Noura terus jadi bulan-bulanan para serigala berkepala manusia. Akuharus melakukan sesuatu. Tapi apa? Dan sampai sejauh mana langkahku? Aku AYAT AYAT CINTANovel Pembangun Jiwa— Habiburrahman Saerozi 97 adalah orang asing di sini. Aku menarik nafas panjang. Diam memejamkan matadengan pikiran terus mengembara mencari jalan keluar. Aku tidak bisa, dan tidak akan mampu bertindak sendiri. Akan aku serahkan masalah ini pada SyaikhAhmad, dia adalah intelektual muda yang sangat peduli pada siapa saja. Beliaupasti mau membantu Noura. AYAT AYAT CINTANovel Pembangun Jiwa— Habiburrahman Saerozi 98 8. Getaran Cinta Setelah shalat shubuh aku tidak langsung pulang, tapi menemui SyaikhAhmad. Kukabarkan pada beliau kelulusanku dan rencanaku membuat proposaltesis. Imam muda berhati lembut itu mengecup kepalaku berkali-kali. Begitulahcara orang Arab memberikan tanda penghormatan yang tinggi. Penghormatanorang yang dianggap sangat dekat. Dari bibirnya keluar ucapan selamat dan doatiada henti. Beliau bahkan menawarkan agar jika naskah proposal selesai kususundiserahkan terlebih dahulu padanya untuk dilihat bahasanya. Jika ada gaya bahasayang mungkin kurang tepat beliau akan mentashihnya. Aku sangat senangmendengarnya. Barulah aku jelaskan padanya kisah derita Noura panjang lebardan mendetail seperti yang aku lihat dan aku ketahui. Beliau menitikkan air matamendengarnya.“Di Mesir ini, banyak sekali orang mengakui muslim tapi akhlaknya tidak muslim. Mengaku Islam tapi sangat jauh dari cahaya Islam. Bagaimana mungkinseorang ayah yang mengaku umat Muhammad bisa begitu kejam pada anaknya,pada seorang gadis yang semestinya dia lindungi dan dia sayangi. Fahri,menghantarkan kesejukan ruh Islam ke dalam hati semua pemeluknya memangtidak semudah membalik kedua telapak tangan. Tapi kita tidak boleh berpangkutangan, apalagi berputus asa. Sebisa kita, kita harus terus berusaha,” kata SyaikhAhmad sambil menarik nafas.“Tidak hanya di Mesir saja Syaikh, di Indonesia juga ada. Bahkan diIndonesia lebih parah. Ada lelaki yang meniduri anak gadisnya dengan paksa.Lebih parah lagi ada yang tega menjual isteri dan anak gadisnya pada lelakihidung belang. Setan memang ada di mana-mana. Dengan segala tipu dayanya,setan selalu berusaha membutakan hati manusia sehingga mereka beranggapantindakan yang keji menjadi terpuji.”“ Laa haula wa laa quwwata illa billah! ” ucap Syaikh Ahmad sambilmemejamkan mata. Beliau lalu menepuk pundakku dan mengatakan dirinya akanterjun langsung membantu Noura secepatnya. Sebelum musim masuk sekolah tibaderita Noura harus diakhiri. Syaikh Ahmad berterima kasih atas segala yang telahkami lakukan. Beliau meminta agar jam sembilan nanti aku mengantarkan beliau AYAT AYAT CINTANovel Pembangun Jiwa— Habiburrahman Saerozi 99 menemui Noura di Nasr City. Beliau hendak mengambil Noura danmenempatkannya di tempat yang aman. Menurut beliau jika sampai nanti ayahnyatahu Noura berada di tempat mahasiswi Indonesia akan membuat masalah.Kasihan para mahasiswi jika terganggu belajarnya. Noura harus secepatnyadipindahkan ke tempat yang tepat. Kami sepakat untuk bertemu di depan mahattah Hadayek Helwan.Aku segera pulang dan menelpon Nurul, memberitahukan rencana SyaikhAhmad. Aku minta padanya untuk tidak pergi. Sekitar pukul sepuluh, kami insyaAllah, sampai. Tepat pukul sembilan aku sampai di tempat yang dijanjikan.Syaikh Ahmad telah menunggu di dalam mobil Fiat tuanya. Seorang wanitaberjilbab panjang duduk di samping beliau. Syaikh Ahmad memang hidupsederhana meskipun kata masyarakat beliau orang berada. Isteri beliau seorangdokter yang membuka praktek di Helwan dan membantu orang tidak mampudengan membuka praktek di klinik masjid. Syaikh Ahmad mengemudikanmobilnya dengan kecepatan sedang.Pukul sepuluh lebih sepuluh kami sampai di kediaman Nurul dan kawan-kawannya yang berada di tingkat enam. Para mahasiswi itu dipeluk oleh isteriSyaikh Ahmad dengan penuh kehangatan. Ketika memeluk Noura, isteri SyaikhAhmad menangis tersedu-sedu. Berkali-kali ia mencium pipi gadis innocent itu.Syaikh Ahmad menjelaskan maksud kedatangan dia dan isterinya. Semuanyamengerti termasuk Noura. Noura akan dibawa ikut serta ke kampung halamanSyaikh Ahmad. Ke rumah orang tua Syaikh Ahmad di desa Tafahna El-Ashraf,Zaqaziq. Noura menurut. Setelahlah Noura siap terjadilah perpisahan yangmengharukan. Nurul dan teman-temannya terisak dan bergantian memeluk Noura.Noura juga menangis sambil mengucapkan terima kasih tak terhingga. Nurulbilang pada Noura, “Noura kau juga harus mengucapkan terima kasih tiadaterhingga pada Akh Fahri.”Noura menatapku sekilas dengan mata berkaca lalu menunduk dan dengansuara lirih dia menyampaikan rasa terima kasih dari hati yang terdalam. Kalau diaadikku pasti sudah kupeluk dengan penuh rasa sayang. Aku hanya mengangguk dan membesarkan hatinya bahwa Syaikh Ahmad dan isterinya akan membukakan jalan yang baik baginya. Mereka berdua orang-orang yang baik dan berhati AYAT AYAT CINTANovel Pembangun Jiwa— Habiburrahman Saerozi 100 lembut. Agar tidak mencurigakan, Noura diminta Syaikh Ahmad memakai cadar.Nurul dan teman-temannya diminta tidak turun ke bawah. Cukup melihat dari jendela saja. Kami berempat turun. Syaikh Ahmad masuk mobil diikuti isteri danNoura. Aku mengucapkan salam dan selamat jalan. Kali ini Noura memandangdiriku agak lama. Aku tidak tahu apa yang ada di dalam hatinya. Aku terus berdoasemoga ia terbebas dari derita yang membelenggunya. Aku kembali ke Hadayek Helwan dengan hati lega. Syaikh Ahmad akan mengurus segalanya.* * *Sampai di rumah aku langsung melihat jadwal. Aku harus talaqqi keShubra. Aku mencela diriku sendiri kenapa setelah dari Rab’ah El-Adawea taditidak langsung ke Shubra saja. Namanya juga lupa. Telpon berdering. Nurulmenelpon menanyakan bagaimana dengan uang yang telah aku berikan padanya.Padahal Noura hanya beberapa hari tinggal di rumahnya dan uang yang akuberikan padanya nyaris belum digunakan untuk apa-apa. Aku bilang tidak usahdipikirkan dan dikembalikan, terserah mau diapakan yang penting untuk kebaikan. Nurul dan teman-temannya orang yang jujur dan amanah. Keuangannegara tidak akan bocor jika ditangani oleh orang-orang seperti mereka. Aku salutpadanya. Tiba-tiba aku teringat ledekan Si Rudi kemarin, ‘Jangan-jangan diaorangnya!.... Congratulation Mas. She is the star, she is the true coise, she will bea good wife!’. Ah, tidak mungkin! Kutepis jauh-jauh pikiran yang hendak masuk.Memiliki isteri shalihah adalah dambaan. Tapi..ah, aku ini punguk dan dia adalahbulan. Aku ini gembel kotor dan dia adalah bidadari tanpa noda. Aku melangkahmengambil air wudhu. Tadi pagi aku baru membaca seperempat juz, aku harusmenyelesaikan wiridku. Nanti habis zhuhur aku harus ke Shubra. Syaikh Utsmankurang berkenan jika ada hafalan yang salah, meskipun satu huruf saja.Aku membukal mushaf. Handphone- ku berdering. Ternyata Aisha. Diamengingatkan janji bertemu dengan Alicia di National Library. Aku mengucapkanterima kasih telah diingatkan. Dan siang itu aku kembali menantang panas saharauntuk mengaji Al-Qur’an di Shubra yang jauhnya kira-kira lima puluh kilo dariapartemenku. Hadayek Helwan tempat aku tinggal ada di ujung selatan kota Cairosementara Shubra ada di ujung utara. Menjelang maghrib aku baru pulang dengan AYAT AYAT CINTANovel Pembangun Jiwa— Habiburrahman Saerozi 101 ubun-ubun kepala seperti kering tanpa ada darah mengalir di sana, telah menguapsepanjang siang. Aku benar-benar capek. Satu hari ini melakukan perjalananhampir sejauh seratur kilo meter. Pagi bolak-balik Hadayek Helwan-Nasr City.Habis zhuhur bolak-balik Hadayek Helwan-Shubra.Ba’da shalat maghrib aku merasa kepalaku tak bisa diangkat. Terasa beratdan sakit. Aku panggil Saiful, aku minta padanya untuk mengompres kepalaku.Saifu menempelkan telapak tangannya ke keningku, “Panas sekali Mas.”Ia lantas bergegas memenuhi permintaanku. Saiful duduk disampingkusambil memijat kedua kakiku. Dia tahu persis apa yang kulakukan seharian ini.Hamdi ikut serta memijat-mijat. Teman-teman memang sangat baik dan perhatian.Kami sudah seperti saudara kandung. Seandainya Mishbah dan Rudi datangkeduanya pasti juga ikut menunggui atau membelikan buah yang kusuka.Mishbah kembali ke Wisma untuk urusan pelatihannya. Dan Rudi pergi kesekretariat Kelompok Studi Walisongo atau KSW dia mewakili HimpunanMahasiswa Medan atau HMM untuk membicarakan kerjasama mengadakan tourke tempat-tempat bersejarah di Mesir.Bel berbunyi. Yousef mencari aku. Hamdi membawanya masuk kekamarku. Yousef menyentuh tanganku. Ia ragu mengatakan sesuatu. Ia tersenyumdan mendoakan semoga tidak apa-apa dan segera pulih lalu kembali ke rumahnya.Tak lama kemudian bel kembali berbunyi. Hamdi beranjak membukanya. Hamdimelongok di pintu kamar dan bilang, “Tuan Boutros sekeluarga Mas. Bagaimana?Apa mereka boleh masuk kemari?”Kalau kepalaku tidak seberat ini aku pasti keluar menemui mereka. Akumengisyaratkan pada Hamdi agar mempersilakan mereka masuk. Pak Boutrosmasuk membawa satu botol madu. Madame Nahed membawa peralatandokternya. Dan Maria membawa nampan entah apa isinya. Tuan Boutrosmenyentuh pipiku.“Panas. Nahed, coba kau periksa!” katanya pada isterinya. Madame Nahed meminta izin padaku untuk memeriksanya. Sambilmemasang tekanan darah di lengan kananku, dia menanyakan apa yangkurasakan. Kujelaskan semua dengan pelan. Saiful memberitahukan dirikumelakukan perjalanan panjang di tengah terik siang, dari pagi sampai sore. AYAT AYAT CINTANovel Pembangun Jiwa— Habiburrahman Saerozi 102 “Agaknya kau terlalu memforsir dirimu. Banyak-banyaklah istirahat. Adagejala heat stroke . Kau harus minum yang banyak dan makan buah-buahan yangsegar. Istirahatlah dulu, jangan bepergian menantang matahari!” kata Madame Nahed lembut.“ Heat stroke itu apa, Madame ?” tanya Saiful.“ Heat stroke adalah sengatan panas, yaitu penyakit yang terjadi akibatpenumpukan panas yang berlebihan di dalam badan yang ditimbulkan olehkeadaan cuaca panas. Tapi tidak usah kuatir baru gejala,” jawab Madame Nadia.Dia lalu menulis resep dan minta puteranya Yousef untuk keluar membelinya.“Cepat ya. Sama ashir mangga!”“Yousef, sebentar!” ujarku. Kepalaku semakin berat. “Tolong Saif ambilkan uang di dompetku. Ada di lemari. Saiful mengambil uang seratus pounddan menyerahkan pada Yousef. Tapi Tuan Boutros mencegahnya. Aku tidak bisaberbuat apa-apa. Yousef keluar. Maria mendekat.“Fathi, ini aku buatkan ruz billaban untukmu,” lirih Maria.“Lha untuk kami mana? Masak untuk Akh Fahri saja,” sahut Hamid.“Maksudku juga untuk kalian,” ucap Maria agak tersipu. Mariameletakkan nampan berisi ruz billaban di atas meja belajarku. Saat itu kulihat diamemandang dua lembar kertas karton besar yang menempel di depan mejabelajar.“Oi Farhi, apa ini? Rancangan hidupmu? Sepuluh tahun ke depan. Danplanning tahun ini,” katanya setengah kaget.“Maria, jangan kau baca! Aib!” Madame Nahed mengingatkan.“Biarkan. Nggak apa-apa!” kataku.Yang kutempel memang arah hidup sepuluh tahun ke depan. Target-targetyang harus kudapat dan apa yang harus kulakukan. Lalu peta hidup satu tahun ini.Ku tempel di depan tempat belajar untuk penyemangat. Dan memang kutulisdengan bahasa Arab.“Wow. Targetmu dua tahun lagi selesai master. Empat tahun berikutnyaselesai doktor dan telah menerjemah lima puluh buku serta memiliki karyaminimal lima belas karya. Dan empat tahun berikutnya atau sepuluh tahun darisekarang targetmu adalah guru besar. Fantastik. Hai Fahri kapan rencanamu AYAT AYAT CINTANovel Pembangun Jiwa— Habiburrahman Saerozi 103 kawin. Kenapa tidak kau tulis dalam peta hidupmu?” celoteh Maria. Madame Nahed geleng-geleng kepala.“Baca yang teliti!” lirihku.Maria membaca dengan teliti, tak lama kemudian ia berkata, “Okey akusetuju. Ketika kau menulis tesis magister. Ya, untuk menemani perjuanganmuyang melelahkan!”“Berarti sudah dekat. Mungkin tahun ini mungkin tahun depan. Karena diasudah lulus ujian dan sudah diminta universitas membuat proposal tesis.” sahutSaiful. Serta merta Tuan Boutros, Madame Nahed, dan Maria mengucapkanselamat. Mereka senang mendengar aku mulai menulis tesis. Madame Nahedmenanyakan apa aku sudah ada calon. Kepalaku nyut-nyut. Kupaksakan untuk tersenyum. Lalu aku bergurau, “Kebetulan tidak ada gadis yang mau dekatdenganku. Tak ada yang mau mengenalku dan baik denganku. Yang baik padakumalah Maria. Bagaimana Madame , kalau calonnya Maria?” Madame Nahed tersenyum, “Boleh saja. Tapi kusarankan tidak sama dia,dia gadis yang kaku. Beda dengan dirimu yang kulihat bisa romantis, bisamembuat kejutan-kejutan yang menyenangkan. Kemarin dalam perjalanan pulangkami mendapat cerita yang banyak tentang dirimu dari Rudi. Dia bercerita tentangkesan-kesannya padamu. Dia juga menjelaskan sesungguhnya yang merancangdan membelikan hadiah ulang tahun untukku dan untuk Yousef itu kamu. Akutakut kau kecewa dapat Maria. Dia gadis manja dan kaku. Saya tak tahu dia bisaromantis apa tidak. Dia itu gadis yang tidak pernah jatuh cinta. Tak sukadikunjungi teman lelaki. Tak suka diajak pergi kencan. Kau harus mendapatkangadis yang bisa mengimbangi kelembutan hatimu dan kekuatan visimumengarungi hidup. Kulihat kau pemuda yang sangat berkarakter dan kuatmemegang prinsip namun penuh toleransi. Kau jangan sembarangan memilihpasangan hidup, itu saran dari Madame .”“Terima kasih Madame atas sarannya, doakan saja.” jawabku. Kulirik Maria. Sesaat mukanya merona tapi ia segera dapat menguasai dirinya.“Fahri, kenapa sih kau buat peta hidup ke depan segala, bukankah hidupini enaknya mengalir bagaikan air?” tanya Maria. AYAT AYAT CINTANovel Pembangun Jiwa— Habiburrahman Saerozi 104 Kepalaku sebenarnya semakin nyut-nyut tapi aku selalu tidak bisamembiarkan kecewa orang yang bertanya padaku.“Maaf, setiap orang berbeda dalam memandang hidup ini dan berbedacaranya dalam menempuh hidup ini. Peta masa depan itu saya buat terus terangsaja berangkat dari semangat spiritual ayat suci Al-Qur’an yang saya yakini.Dalam surat Ar Ra’ad ayat sebelas Allah berfirman, Sesungguhnya Allah tidak akan merubah nasib suatu kaum kecuali kaum itu sendiri yang mengubahnasibnya . Jadi nasib saya, masa depan saya, mau jadi apa saya, sayalah yangmenentukan. Sukses dan gagalnya saya, sayalah yang menciptakan. Sayasendirilah yang mengaristeki apa yang akan saya raih dalam hidup ini.”Belum selesai aku bicara Maria menyela, “Kalau begitu di mana takdirTuhan?”“Takdir Tuhan ada di ujung usaha manusia. Tuhan Mahaadil, Dia akanmemberikan sesuatu kepada umat-Nya sesuai dengan kadar usaha dan ikhtiarnya.Dan agar saya tidak tersesat atau melangkah tidak tentu arah dalam berikhtiar danberusaha maka saya membuat peta masa depan saya. Saya suka dengan kata-katabertenaga Thomas Carlyle: ‘Seseorang dengan tujuan yang jelas akan membuat kemajuan walaupun melewati jalan yang sulit. Seseorang yang tanpa tujuan,tidak akan membuat kemajuan walaupun ia berada di jalan yang mulus!’ Petahidup ini saya buat untuk mempertegas arah tujuan hidupku sepuluh tahun kedepan. Ini bagian dari usaha dan ikhtiar dan setelah itu semuanya saya serahkansepenuhnya kepada Tuhan.”Maria mengangguk-anggukkan kepala.“Apa kubilang, Fahri seorang visioner yang tegas. Tidak seperti dirimuMaria, hidup manja tanpa visi. Kau ini sudah berada di jalan yang mulus.Dikaruniai otak yang cerdas, hidup berkecukupan, disayang keluarga. Tapi kautidak akan membuat kemajuan tanpa visi yang jelas.” sahut Madame Nahed.Aku tidak enak mendengarnya. Aku tidak tahu seperti apa wajah Maria,mungkin memerah karena malu mendapat teguran dari ibunya yang ceplas-ceplosseperti itu. Aku memejamkan kepala merasakan rasa nyeri di dalam tempurungkepalaku. AYAT AYAT CINTANovel Pembangun Jiwa— Habiburrahman Saerozi 105 Tuan Boutros menanyakan kemana Rudi dan Mishbah, keduanya tidak kelihatan. Hamdi menjelaskan dengan rinci. Pembicaraan lalu beralih kepadaHamdi dan Saiful. Aku mendengarkan dengan mata terpejam. Tangan Saifulmasih memijit kakiku. Tak lama kemudian Yousef datang membawa obat dansatu botol ashir mangga. Madame Nahed memberikan petunjuk cara meminumobatnya. Berapa hari sekali. Dia berpesan agar aku istirahat dulu sampai pulihkembali. Mereka lalu pamitan. Saat mau pergi Maria berkata,“ Syukran Fahri, aku mendapatkan ilmu yang mahal sekali. Benar katapepatah dekat dengan penjual minyak akan mendapatkan wanginya.”Setelah mereka kembali ke flatnya, aku makan ruz billaban pemberianMaria. Enak. Lalu minum obat dan bersiap tidur. Aku telah meminta Hamdimenyetel beker jam tiga. Aku bersyukur memiliki teman-teman yang baik dantetangga yang baik. Saiful memijat-mijat diriku sampai aku terlelap. Dalam tiduraku mendengar Maria menangis. Air matanya membasahi kakiku. Jam tiga akuterbangun. Heran dengan mimpiku. Sebelum tidur aku sudah baca shalawat dandoa. Aku tak tahu mimpi itu tafsirnya apa. Kalau Ibnu Sirin masih hidup tentu akutanyakan padanya. Aku beristighfar berkali-kali memohon ampunan kepada Allah jika guyonanku pada Madame Nahed tadi tidak semestinya aku lakukan. Jangan- jangan menyakiti hati Maria. Aku bangkit. Kepalaku terasa lebih ringan. Aku tadimemang kepanasan dan kelelahan. Ya Allah, kulihat Saiful tidur di karpet. Iabegitu setia menunggui aku. Ana uhibbuka fillah ya Akhi! 76 Aku harus shalatIsya. Malam terasa sunyi. Aku teringat ayah bunda di kampung sana, di tanah airtercinta. Terbayang mata bening bunda. selalu saja kurinduabad-abad terus berlaluberjuta kali berganti bajunun jauh di sana mata bening menatapku haru penuh rindumata bundaku yang selalu kurindu 76 Aku mencintaimu karena Allah, Saudaraku! AYAT AYAT CINTANovel Pembangun Jiwa— Habiburrahman Saerozi 106 Dalam sujud kumenangis kepada Tuhan, memohonkan rahmatkesejahteraan tiada berpenghabisan untuk bunda, bunda, bunda dan ayahandatercinta. Usai shalat Isya dan Witir aku tidur lagi. Aku bermimpi lagi. Bertemuayah ibu, berpelukan dan menangis haru.* * *Pagi hari aku merasa segar kembali. Aku melihat jadwal. Ada janji diNational Library. Kalau tak ada janji sebenarnya aku ingin istirahat saja. Kasihantubuh ini, kepanasan setiap hari. Tapi janji harus ditepati. Meskipun harusmerangkak akan aku jalani. Janjinya jam sebelas. Aku harus berangkat jamsepuluh masih ada tiga jam. Lumayan untuk mengejar terjemahan.Pukul sepuluh aku berangkat. Matahari sudah mulai menyengat. Sampai dihalaman Maria memanggil namaku dari jendelanya. Ia mengingatkan agar akutidak pergi. Kukatakan padanya aku ada janji. Aku harus menepatinya meskipununtuk itu aku harus mati. Untung aku dapat tempat duduk. Lebih baik daripadaberdiri. Di tengah perjalanan seorang pemuda Mesir memakai jubah lusuh naik. Iamembawa karung. Entah apa isinya. Sampai di dalam metro membuka karungnya.Mengeluarkan boneka panda. Ia menawarkan pada penumpang barangdagangannya. Boneka dan mainan anak-anak. Ia menawarkan dari ujung ke ujung.Ia bilang harga promosi jauh lebih murah dari yang di toko resmi. Tak ada yangbeli. Ia mendekatiku dan menawatkan boneka panda itu padaku. Kukatakanpadanya aku belum punya anak. Penjual mainan itu menjawab,“Belilah, kudoakan kau mendapatkan isteri yang shalihah dan cantik seperti bidadari dan memiliki anak yang shalih shalihah, juga kudoakan umurmuberkah rizkimu melimpah sehingga kau dan anak cucumu tidak akan perluberjualan di jalan seperti diriku. Belilah untuk penyemangat hidupku!”Siapa yang tidak terenyuh mendengar kata-kata penuh muatan doa sepertiitu. Hatiku luluh. Aku akhirnya membeli boneka panda dan pistol air. Cumasepuluh pound. Boneka enam pound dan pistol airnya empat pound. Pemuda itutampak berbinar matanya, ia mengucapkan terima kasih. Setelah aku membeli adaseorang ibu setengah baya tertarik dan membeli.Aku memandangi boneka panda warna coklat dan putih di tanganku.Boneka yang cantik. Kepada siapa akan kuberikan? Aku tersenyum sendiri. Biar AYAT AYAT CINTANovel Pembangun Jiwa— Habiburrahman Saerozi 107 nanti kugantung di atas tempat tidur. Pemuda itu masih di dalam metro ia belumturun. Mungkin turun di mahatah depan. Keringatnya bercucuran. Aku teringatmasa kecilku ketika aku masih SD. Kami keluarga susah. Kakek hanyamewariskan sepetak sawah, kira-kira luasnya setengah bahu. Dibagi dua denganadil untuk ayah dan paman. Ayah tidak sekolah, dia hanya sampai kelas tigasekolah SR. Hanya bisa baca dan menulis saja. Demikian juga dengan ibu. Laindengan paman. Dia disekolahkan oleh kakek dengan bantuan ayah sampai SPG.Dia jadi guru. Karena paman sudah disekolahkan maka rumah kakek diberikankepada ayah. Selama paman sekolah ayahlah yang menggarap sawah untuk membiayai paman. Dan paman sangat pengertian, sebenarnya dia tidak minta apa-apa. Apa yang dia punya sudah cukup. Dia kebetulan mendapatkan isteri temansekolahnya, anak penilik sekolah jadi lebih tercukupi. Tapi ayah tetap memintakepada paman agar sawah sepetak itu dibagi dua. Paman tidak boleh menolaknya.Akhirnya yang kami punya adalah rumah peninggalan kakek yang sangatsederhana dan sawah seperempat bahu. Apa yang bisa diharapkan dari sawahsetengah bahu. Ayah tetap menggarap sawah itu dengan menanam padi. Hasilnyadi makan sendiri. Untuk keperluan lain ibu jualan gorengan di pasar dan ayah jualan tape 77 dengan berkeliling dari kampung ke kampung. Jika hari minggu akudiajak ayah ikut serta. Berjalan berkilo-kilo. Jika telah dekat dengan rumahpenduduk ayah akan berteriak, ‘Pe tape! Pe tape! Pe tape!’Jika ayah lelah maka akulah yang bergantian berteriak menawarkan tape.Jika ada yang beli hati senangnya bukan main. Rasa lelah seperti hilang begitusaja. Apalagi jika ada yang memborong sampai belasan bungkus, kami akanmerasa menjadi orang paling beruntung di dunia. Mataku basah mengingat itusemua.Pukul sebelas kurang lima menit aku sampai di National Library. Akulangsung menuju kafetaria. Alicia dan Aisha sudah ada di sana. Alicia tersenyumpadaku entah Aisha aku tidak tahu sebab ia bercadar. Mereka telah memesanminuman. Aku pesan segelas karikade dingin. Alicia menyerahkan dua lembarkertas berisi pertanyaannya. Kubaca sekilas. Pertanyaan yang sangat serius. Akumenjanjikan akan menyerahkan jawabannya hari Sabtu, di tempat dan waktu yang 77 Makanan dibuat dari singkong rebus yang telah di beri ragi. Sangat mirip dengan payem Bandung. AYAT AYAT CINTANovel Pembangun Jiwa— Habiburrahman Saerozi 108 sama. Alicia setuju. Kami lalu berbincang-bincang. Alicia banyak bertanyatentang studiku. Aisha bercerita tentang pamannya yang senang sekalimendapatkan salam dariku, dan mengirim salam balik, juga dua keponakannyayang masih ingat padaku. Katanya si Amena menyebutku “ Ammu Fahri Al Andonesy !” 78 Aisha juga bertanya apakah aku telah berkeluarga? Setelah selesaimaster apa yang akan aku kerjakan di Indonesia? Apakah aku akan melanjutkanS3? Aku menjawab apa yang bisa kujawab. Sebelum berpisah aku teringat bonekadan pistol air yang aku beli di dalam metro . Kutitipkan pada Aisha untuk keponakannya, Si Amena dan Hasan yang lucu dan menggemaskan. Melihatboneka panda yang cantik mata Aisha membesar dan berkata, “Wow cantik sekali,Amena pasti senang menerimanya dan dia akan terus mengingat pamannya dariIndonesia.”Aku hanya tersenyum mendengarnya. Sudah setengah tahun aku tidak bertemu dua jundi kecil itu. Amena mungkin sudah hafal juz dua puluh sembilan.Dan Si Hasan sudah bisa membaca tulisan. Aku tidak tahu sama sekali bahwaboneka panda yang aku beli tanpa sengaja itu suatu saat nanti akan membawakuke kaki langit cinta yang tiada tara indahnya. Kaki langit cinta orang-orang yangbercinta karena Allah Subhanahu wa Ta’ala . 78 Paman Fahri dari Indonesia. AYAT AYAT CINTANovel Pembangun Jiwa— Habiburrahman Saerozi 109 9. Merancang Peta Hidup Dari National Library aku langsung pulang. Di dalam metro akumemaksakan diri membaca dengan seksama pertanyaan-pertanyaan yang diajukannona Alicia dari Amerika itu. Rasa penasaran mengalahkan perut lapar belumsarapan dan badan yang terasa meriang. Lembar pertama berisi pertanyaan tentangbagaimana Islam memperlakukan wanita. Tentang beberapa hadits yang dianggapmerendahkan wanita. Tentang poligami, warisan dan lain sebagainya. Pertanyaan-pertanyaan yang tidak asing namun terus menerus ditanyakan. Pertanyaan yangseringkali memang dipakai oleh mereka yang tidak bertanggung jawab untuk mendiskreditkan Islam. Di Barat masalah poligami dalam Islam dipertanyakan.Mereka menganggap poligami merendahkan wanita. Mereka lebih memilih anak puterinya berhubungan di luar nikah dan kumpul kebo dengan ratusan lelakibahkan yang telah beristeri sekalipun daripada hidup berkeluarga secara resmisecara poligami. Menurut mereka pelacur yang memuaskan nafsu biologisnyasecara bebas dengan siapa saja yang ia suka lebih baik dan lebih terhormatdaripada perempuan yang hidup berkeluarga baik-baik dengan cara poligami.Untuk semua pertanyaan tentang bagaimana Islam memperlakukanperempuan aku sudah membayangkan semua jawaban yang aku akan tulis,lengkap dengan sejarah perlakuan manusia terhadap perempuan. Sejak zamanYunani kuno sampai zaman postmo. Aku ingat bahwa para pendeta di Romasebelum Islam datang, pernah sepakat untuk menganggap perempuan adalahmakhluk yang najis dan boneka perangkap setan. Mereka bahkanmempertanyakan, perempuan sebetulnya manusia apa bukan? Punya ruh apatidak? Sementara Baginda Nabi sangat memuliakan makhluk yang bernamaperempuan, beliau pernah bersabda bahwa siapa memiliki anak perempuan danmendidiknya dengan baik maka dia masuk surga.Aku tinggal meringkas jawaban yang telah banyak ditulis para sejarawan,cendekiawan dan ulama Mesir. Pertanyaan yang berkaitan dengan perempuan akuanggap selesai. Nanti malam akan aku jawab lengkap dengan data dan dalil-dalilutama dalam Al-Qur’an dan Sunnah. Hadits yang ditanyakan Alicia yangmengatakan katanya Nabi pernah bersabda perempuan adalah perangkap setan AYAT AYAT CINTANovel Pembangun Jiwa— Habiburrahman Saerozi 110 adalah bukan hadits. Itu adalah perkataan seorang Sufi namanya Basyir Al Hafi.Sebagaimana dijelaskan dengan seksama dalam kitab Kasyful Khafa . Itu adalahpendapat pribadi Basyir Al Hafi yang kemungkinan besar terpengaruh olehperkataan para pendeta Roma. Itu bukan hadits tapi disiarkan oleh orang-orangyang tidak memahami hadits sebagai hadits. Bagaimana mungkin Islam akanmenghinakan perempuan sebagai perangkap setan padahal dalam Al-Qur’an jelassekali penegasan yang berulang-ulang bahwa penciptaan perempuan sebagaipasangan hidup kaum lelaki adalah termasuk tanda-tanda kebesaran Tuhan.Dalam surat Ar Ruum ayat dua puluh satu Allah berfirman: “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakanuntukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasatenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dansayang.Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tandabagi kaum yang berpikir.” Jika perempuan adalah perangkap setan atau panah setan bagaimanamungkin baginda nabi menyuruh memperlakukan perempuan dengan baik.Bahkan beliau bersabda dalam hadits yang shahih, “ Orang pilihan di antarakalian adalah yang paling berbuat baik kepada perempuan (isteri)nya. ” 79 Baginda nabi juga menyuruh umatnya untuk mengutamakan ibunya daripadaayahnya. Ibu disebut nabi tiga kali. Ibumu, ibumu, ibumu, baru ayahmu!.Pada lembaran kedua, Alicia bertanya bagaimana Islam memperlakukannonmuslim? Bagaimana Islam memandang Nasrani dan Yahudi? Apa sebetulnyayang terjadi antara umat Islam dan umat Koptik di Mesir, sebab media massaAmerika memandang umat Islam berlaku tidak adil? Bagaimana pandangan Islamterhadap perbudakan? Dan lain sebagainya.Aku teringat sebuah buku yang menjawab semua pertanyaan Alicia ini.Buku apa, dan siapa penulisnya? Aku terus mengingat-ingat. Otakku terusberputar, dan akhirnya ketemu juga. Buku itu ditulis oleh Prof. Dr. Abdul WadudShalabi yang pernah menjadi sekretaris Grand Syaikh Al Azhar, Syaikh AbdulHalim Mahmud. Aku merasa sebaiknya menerjemahkan buku berjudul Limadza 79 Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi, beliau berkata: Hadits hasan shahih. Jugadiriwayatkan oleh Imam Ibnu Majah, Imam Baihaqi dan Thabrani. AYAT AYAT CINTANovel Pembangun Jiwa— Habiburrahman Saerozi 111 yakhaafunal Islam 80 itu ke dalam bahasa Inggris untuk menjawab pertanyaanAlicia. Supaya Alicia dan orang-orang Barat tahu jawabannya dengan jelas dangamblang. Supaya mereka lebih tahu begaimana sebenarnya Islam memuliakanmanusia.Untuk pertanyaan, apa sebetulnya yang terjadi antara umat Islam dan umatKoptik di Mesir, yang paling tepat sebenarnya, biarlah umat koptik Mesir sendiriyang menjawabnya. Dan Pope Shenouda pemimpin tertinggi umat kristen koptik Mesir sudah membantah semua tuduhan yang bertujuan tidak baik itu. PopeShenouda tidak akan bisa melupakan masa kecilnya. Dia adalah anak yatim disebuah pelosok desa Mesir yang disusui oleh seorang wanita muslimah. Danwanita muslimah itu sama sekali tidak memaksa Shenouda untuk mengikutikeyakinannya. Wanita muslimah itu mengalirkan air susunya ke tubuh si kecilSnouda murni karena panggilan Ilahi untuk menolong bayi tetangganya yangmembutuhkan air susunya. Adakah toleransi melebihi apa yang dilakukan ibususu Pope Shenouda yang muslimah itu?Dalam sejarah pemerintahan Mesir, pada tanggal 10 Mei 1911 ada laporankolonial Inggris ke London yang menjelaskan hasil sensus di Mesir. Dari sensuspenduduk waktu itu jumlah umat Islam 92 persen, umat kristen koptik hanya 2persen, selebihnya Yahudi dan lain sebagainya. Pada waktu itu jumlah pegawaiyang bekerja di kementerian seluruhnya 17.569 orang. Dengan komposisi 9.514orang dari kaum muslimin yang berarti 54,69 persen, dan selebihnya dari kaumkoptik, yaitu 8.055 orang dan berarti, 45,31 persen. Bagaimana mungkin jumlahumat koptik yang cuma 2 persen itu mendapatkan jatah 45,31 persen didepartemen-departemen kementerian. Dan umat Islam mesir tidak pernahmempesoalkan komposisi yang sangat menganakemaskan umat kristen koptik ini.Apakah tidak wajar jika para pendeta koptik ebih dahulu bersuara lantangmenolak tuduhan Amerika sebelum Al Azhar bersuara?Ulama-ulama besar dan terkemuka Mesir tidak pernah menyapa umatkristen koptik sebagai orang lain. Mereka dianggap dan disapa sebagai ‘ikhwan’sebagai saudara. Saudara setanah air, sekampung halaman, sepermainan waktukecil, bukan saudara dalam keyakinan dan keimanan. Syaikh Yusuf Qaradhawi 80 Kenapa mereka takut kepada Islam? AYAT AYAT CINTANovel Pembangun Jiwa— Habiburrahman Saerozi 112 menyapa umat koptik dengan ‘ikhwanuna al Aqbath’ , saudara-saudara kita umatkoptik. Sebuah sapaan yang telah diajarkan oleh Al-Qur’an. Al-Qur’an mengakuiadanya persaudaraan di luar keimanan dan keyakinan. Dalam sejarah nabi-nabi,kaum nabi Nuh adalah kaum yang mendustakan para rasul. Mereka tidak mauseiman dengan nabi Nuh. Meskipun demikian, Al-Qur’an menyebut Nuh adalahsaudara mereka. Tertera dalam surat Asy Syuara ayat 105 dan 106: ‘Kaum Nuhtelah mendustakan para rasul. Ketika saudara mereka (Nuh) berkata padamereka, ‘Mengapa kamu tidak bertakwa?’ Apakah ajaran yang indah dan sangathumanis seperti ini masih juga dianggap tidak adil? Kalau tidak adil juga makaseperti apakah keadilan itu? Apakah seperti ajaran Yahudi yang menganggaporang yang bukan Yahudi adalah budak mereka. Atau ajaran yang diyakini ratuIsabela yang memancung jutaan umat Islam di Spayol karena tidak maumengikuti keyakinannya?Aku merasa isi buku Prof. Dr. Abdul Wadud Shalabi harus dibacamasyarakat Amerika, Eropa, dan belahan dunia lainnya yang masih sering tidak bisa memahami ruh ajaran Islam. Termasuk juga masyarakat Indonesia. Tapi akubimbang, apakah aku punya waktu yang cukup untuk menerjemahkan buku itu.Kontrak terjemahan harus segera aku tuntaskan. Jakarta sedang menunggu naskahyang aku kerjakan. Proposal tesis juga harus segera kuajukan ke universitas. Dankondisi kesehatan yang sedikit terganggu.* * * Metro yang kutumpangi sampai di Hadayek Helwan pukul dua. Panassengatan matahari semakin kurang ajar dan kurang ajar. Aku keluar mahattah dengan memakai langkah cepat. Di perempatan jalan dekat rental dan tokoperalatan komputer Pyramid Com , aku mendengar seseorang memanggil namaku.Suara yang tidak terlalu asing. Aku menengok ke kanan, ke arah Pyramid Com .Seorang gadis Mesir sambil memegang payung berjalan cepat ke arahku. Akuterus saja berjalan tak begitu mempedulikan dirinya. Sebab udara panasmenyengat muka.“Hai Fahri, tunggu, baru pulang ya? Kepanasan? Ini pakai saja payungkunanti kau sakit lagi?” AYAT AYAT CINTANovel Pembangun Jiwa— Habiburrahman Saerozi 113 Gadis Mesir berpipi lesung kalau tersenyum itu telah berhasil mengejarlangkahku. Ia berjalan sejajar denganku dan menawarkan payungnya padaku.“Sudahlah Maria, kau jangan berlaku begitu!” sahutku sambilmempercepat langkah. Maria terus berusaha mengimbangi kecepatan langkahku.Ia berusaha memayungi diriku dari sengatan matahari. Beberapa orang Mesir yangberpapasan dengan kami melihat kami dengan pandangan heran. Mariamelakukan sesuatu yang tidak biasanya dilakukan gadis Mesir. Juga tidak akanpernah ada lelaki di Mesir memakai payung untuk melindungi dari sengatanmatahari.“Maria, please, hormatilah aku. Jangan bersikap seperti itu!”Maria menarik payungnya dan menggunakan untuk melindungi dirinya.Aku heran sendiri dengan perlakuan puteri Tuan Boutros ini padaku. Mamanyabilang Maria tidak suka didatangi teman-teman lelakinya. Juga tidak suka pergiatau kencan dengan mereka. Tidak suka menerima telpon dari mereka. Tidak bisamesra katanya, tapi kenapa dia bersikap sedemikian perhatian padaku. Akumerasa ia seolah-olah menunggu kepulanganku di jalan yang pasti kulewati.“Janji sama siapa Fahri, kalau aku boleh tahu?” tanyanya. Akumempercepat langkah. Jarak apartemen dan mahattah metro sekitar seratus duapuluh lima meter.“Sama teman. Kau panas-panas begini ke Pyramid Com ada apa? Kau‘kan paling malas keluar di tengah panas yang menggila seperti ini?” tanyakutanpa memandang kepadanya. Itu tidak mungkin kulakukan kecuali terpaksamisalnya ketika berjumpa begitu saja. Atau reflek menengok karena diamemanggil namaku.“Terpaksa. Tinta print ku habis. Padahal aku harus nge print banyak saatini. Sialnya stok Pyramid Com juga habis. Aku mau ke Helwan malas sekali?” jawabnya dengan nada kecewa.“Kebetulan tintaku masih penuh. Baru beli. Pakai saja milikku.”“Terima kasih Fahri. Kebetulan sekali kalau begitu. Aku perlu sekali.Kalau aku tahu itu aku tidak akan capek-capek begini.”“Kelihatannya kau sangat sibuk minggu dan banyak tugas minggu ini,Maria?” AYAT AYAT CINTANovel Pembangun Jiwa— Habiburrahman Saerozi 114 “Iya, sejak empat hari kemarin aku sibuk mengedit kumpulan tulisankuyang tersebar di beberapa media selama satu tahun ini. Hari ini juga harus aku print . Sebab habis maghrib nanti akan diambil Wafa untuk dimintakan katapengantar pada Anis Mansour, lalu diterbitkan. Setelah itu sampai kuliah aktif kembali aku kosong. Ada apa kau tanya seperti itu. Ada yang bisa aku bantu?”“Ya. Kalau kau berkenan. Aku perlu bantuanmu.”“Apa itu? Kalau aku mampu, dengan senang hati.”Aku lalu menjelaskan pertemuanku dengan Alicia dan segalapertanyaannya. Aku menjelaskan keinginanku menyampaikan isi buku yangditulis Prof. Dr. Abdul Wadud Shalabi. Tapi kelihatannya aku tidak punya waktuyang cukup. Buku itu setebal 143 halaman. Dan Maria bahasa Inggrisnya sangatbagus. Selama di sekolah menengah ia kursus di British Council, dan pernahterpilih pertukaran pelajar ke Skotlandia selama setengah tahun.“Kapan dead line nya?”“Jawaban harus aku sampaikan pada Alicia hari Sabtu depan. Kalau bisamalam Jum’at sudah selesai diterjemahkan sehingga aku juga ada kesempatanmembacanya?”“Baiklah. Nanti berikan buku itu padaku. Aku berjanji Kamis pagiselesai.”“ Thank’s, Maria.”“ Forget it .”Tak terasa kami telah sampai di halaman apartemen. Aku mempercepatlangkah. Aku tidak mau naik tangga di belakang Maria. Aku harus di depan, akuteringat kisah nabi Musa dan dua gadis muda pencari air. Nabi Musa tidak mauberjalan di belakang keduanya demi menjaga pandangan dan menjaga kebersihan jiwa.Sampai di dalam flat, Saiful menyambutku dengan segelas ashir mangga.Aku langsung meminumnya. Rasa segar menjalar ke seluruh tubuh. Aku langsungmasuk kamar dan menyalakan kipas angin. Maria mengirim sms agar tinta danbuku yang hendak diterjemah segera kusiapkan. Lima menit lagi ia akanmenurunkan keranjang. Aku langsung mencari buku itu di rak. Ketemu. Jendelakubuka. Angin panas masuk serta merta. Maria telah menunggu dengan keranjang AYAT AYAT CINTANovel Pembangun Jiwa— Habiburrahman Saerozi 115 kecilnya. Tinta dan buku kumasukkan ke dalamnya. Dan ia mengangkatnya. Akulangsung shalat dan istirahat sampai ashar tiba.* * *Mishbah pulang dari Nasr City jam enam sore. Ketika aku sedang asyik membaca beberapa buku untuk menjawab pertanyaan Alicia. Ia membawa pesandari Nurul yang secara tidak sengaja bertemu di depan Wisma agar aku menelpondia sebelum maghrib tiba. Kembali Rudi menggodaku, “Tidak salah lagi. Pastiada sesuatu. She is the true coise!” Aku beristighfar dalam hati. Semoga Allahmelindungi dari godaan setan yang terkutuk yang menyesatkan manusia denganberbagai macam cara. Dalam hati aku menegaskan, aku tidak akan menelponnya.Setengah tujuh telpon berdering. Dari Nurul. Ia minta padaku agar kerumah Ustadz Jalal, katanya Ustadz Jalal ingin minta tolong dan membicarakansesuatu yang penting padaku. Kukatakan minggu ini aku tidak bisa. Ia bilang tidak apa-apa, tapi minta diusahakan kalau ada kesempatan langsung ke sana. UstadzJalal masih ada hubungan kerabat dengan Nurul, meskipun agak jauh. Merekabertemu di ayah kakek alias buyut. Sudah lama aku tidak bertemu Ustadz Jalal.Beliau dosen Fakultas Ushuluddin IAIN Sunan Kalijaga yang mengambil S3 diSudan, dan selama menulis disertasi doktoralnya beliau tinggal di Kairo bersamaisteri dan ketiga anaknya. Aku akrab dengan beliau dimulai sejak kami umrahbersama dua tahun yang lalu. Kami mengarungi laut merah untuk mencapaiJeddah dengan kapal Wadi Nile. Saat itu beliau baru setengah tahun di Cairo.Anak beliau baru dua. Anaknya yang bungsu lahir di Cairo tujuh bulan yang lalu.Apa yang beliau inginkan dariku? Apakah beliau akan meminta tolong untuk ikutmen takhrij hadits lagi? Aku tak tahu pasti. Jawabnya adalah ketika aku bertemudengannya. Sebenarnya yang membuatku sedikit heran, kenapa Ustadz Jalal tidak langsung menelponku, kenapa berputar lewat Nurul. Benar, rumahnya tidak adatelponnya, tapi dia tentunya bisa menelpon lewat Minatel yang tersebar di setiapsudut kota Cairo. Keadaan dan jalan berpikir seseorang terkadang memang susahdimengerti.Usai mengangkat telpon aku tidak meneruskan pekerjaanku sebelumnya,yaitu membaca. Tapi aku merasa perlu meninjau kembali planning bulan ini.Utamanya adalah minggu yang sedang aku jalani ini. Aku melihat jadwal keluar AYAT AYAT CINTANovel Pembangun Jiwa— Habiburrahman Saerozi 116 rumah. Ada lima kegiatan. Kurasa harus aku pangkas semua. Aku harus istirahatdan mengejar terjemahan. Pengajian ibu-ibu KBRI hari Selasa. Pembandingdalam diskusi yang diadakan FORDIAN, Forum Studi Ilmu Al-Qur’an, di Buuts,hari Rabu pagi. Pergi ke warnet. Dan rapat Dewan Asaatidz Pesantren Virtual, di mahattah Shurthah, Nasr City, Kamis malam Jum’at. Semuanya harus akubatalkan. Yang perlu pengganti harus aku carikan ganti. Bahkan untuk talaqqi pada Syaikh Utsman hari Rabu aku ingin izin, sekali ini. Aku benar-benar ingin dirumah minggu ini, menghindari perjalanan panjang yang membuat ubun-ubunterasa mendidih.Sore itu juga aku telpon takmir masjid Indonesia yang mengurusipengajian ibu-ibu KBRI agar mengganti jadwalku dan memundurkan satu bulanke belakang. Pada koordinator FORDIAN aku minta diganti, kutawarkan sebuahnama. Pada Gus Ochie El-Anwari sang penggagas rapat Dewan Asaatidz akuminta izin, aku sampaikan beberapa ide dan pokok pikiran yang mengganjal dikepala. Setelah semua beres aku merasa lega. Langsung kusambung denganmenulis jawaban atas pertanyaan Alicia seputar Islam dan Perempuan. Aku hanyaistirahat untuk shalat, makan malam, dan minum air putih. Tekadku bulat harustuntas malam ini. Tak ada bedanya dengan membuat karya ilmiah. Jawabandengan bahasa Inggris itu selesai juga. Tepat pukul tiga malam. Dengan bahasaInggris. Setebal empat puluh satu halaman spasi satu Microsoft Word, Times NewRoman, Font 12. Seandainya tidak memakai bahasa Inggris kurasa pukul satumalam sudah selesai. Beberapa kali aku harus membuka kamus Al Maurid untuk sebuah kosa kata yang aku kurang yakin ketepatannya.Sejak itu aku tidak keluar rumah kecuali untuk shalat berjamaah. Waktukuhabis di dalam kamar, di depan komputer. Aktifitasku adalah menerjemah,menyelesaikan proposal, sesekali makan, ke kamar mandi dan tidur. Hari Selasasore Maria memberi tahu buku Prof. Dr. Abdul Wadud Shalabi telah selesai iaterjemahkan ke dalam bahasa Inggris. Hanya saja ia tidak berani menerjemahkanhadits dan ayat suci Al-Qur’an takut salah. Maria memberikan disket berisiterjemahannya. Kekurangannya kutambal. Jawabanku dan hasil terjemahan Marialangsung aku print dan ketika shalat shubuh aku berikan kepada Syaikh Ahmaduntuk diperiksa. Kebetulan bahasa Inggris beliau bagus tidak seperti Imam masjid AYAT AYAT CINTANovel Pembangun Jiwa— Habiburrahman Saerozi 117 lainnya. Beliau bahkan pernah diutus oleh Al Azhar ke Australia untuk menjadiImam di masjid Malik Faishal yang terletak di Common Wealth Street, SurryHills, Sidney selama satu tahun. Aku jelaskan pada beliau pertemuanku denganMiss. Alicia dari Amerika dan kapan jawaban itu harus aku serahkan. Aku inginbeliau mengoreksi dengan seksama. Beliau sangat senang dengan apa yang akulakukan. Beliau menjanjikan malam Jum’at ba’da shalat Isya bisa aku ambilsehingga bisa diedit lagi dan di print ulang.Kekejaman pada diri sendiri untuk bekerja keras menampakkan hasilnya.Hari Jum’at terjemahan selesai. Tinggal menunggu diedit saja. Proposal tesis jugaselesai, siap untuk diajukan ke tim penilai. Jika layak nanti pihak fakultas akanmencarikan promotor yang sesuai. Dan jawaban untuk semua pertanyaan Aliciayang telah dikoreksi dan diberi tambahan Syaikh Ahmad sudah aku print , akufotocopy dan aku jilid jadi empat. Untuk Alicia, untuk Aisha, untuk Maria, danuntuk arsip pribadiku. Aku menatap peta hidup bulan ini. Aku tersenyum penuhrasa syukur. Kukatakan pada diriku sendiri, “ Man jadda wajad!” 81 Aku merasa bersyukur kepada Allah yang mengilhamkan untuk merubahstrategi perangku minggu ini. Memang terkadang kita harus kejam pada dirisendiri. Dan sedikit tegas pada orang lain. Aktifitas yang penting tetapi tidak terlalu penting bisa dibuang atau di- pending .* * *Ketika aku mengambil naskah yang dikoreksi Syaikh Ahmad, beliaubercerita sedikit tentang Noura. Gadis innocent itu senang di Tafahna. Kebetulansatu hari sebelumnya, Ummu Aiman, isteri Syaikh Ahmad menjenguk ke sana.Syaikh Ahmad sedang melacak sebenarnya siapa Si Muka Dingin Bahadur itu.Apakah benar ayahnya atau bukan? Syaikh Ahmad mendapatkan informasi Nouradilahirkan di klinik bersalin Heliopolis. Bagaimana sejarahnya Noura bisa terlahirdi klinik elite di kawasan elite itu? Syaikh Ahmad sedang menyelidikinya denganbantuan Ridha Shahata, sepupunya yang menjadi staf intelijen Dewan KeamananNegara atau yang disebut “Mabahits Amn Daulah”. Aku yakin tak lama lagiNoura kembali hidupnya yang penuh ketenteraman. Sebelum aku pulang beliau 81 Pepatah Arab terkenal, artinya: “Siapa bersungguh-sungguh dia mendapat!” AYAT AYAT CINTANovel Pembangun Jiwa— Habiburrahman Saerozi 118 menyerahkan sepucuk surat kepadaku, beliau bilang, “Surat ini yang membawaUmmu Aiman, dari Noura, katanya ucapan terima kasih padamu!”Inilah untuk pertama kalinya aku mendapatkan surat dari orang Mesir.Asli. Dari gadis Mesir lagi. Meskipun cuma ucapan terima kasih. Aku penasaraningin tahu kata-kata apa yang ditulis oleh gadis innocent itu. Seperti apatulisannya. Ingin rasanya kubuka seketika itu, tapi pada Syaikh Ahmad akumerasa malu. Kumasukkan surat itu begitu saja ke dalam saku. AYAT AYAT CINTANovel Pembangun Jiwa— Habiburrahman Saerozi 119 10. Sepucuk Surat Cinta Ini malam Sabtu. Besok pagi aku harus pergi. Memasukkan proposal tesiske kampus. Menemui Alicia dan Aisha di National Library. Dan mengirimkannaskah terjemahan ke redaksi sebuah penerbit di Jakarta melalui email. Perjalananyang agak melelahkan kelihatannya. Semua telah siap, kecuali naskah terjemahan.Belum selesai di edit. Aku ingin besok pagi semuanya berjalan seperti rencana.Sekali melakukan perjalanan banyak yang diselesaikan. Malam ini mau tidak mauaku harus sedikit keras pada diriku sendiri. Aku harus kerja lembut mengedit hasilterjemahanku sampai benar-benar matang.Untuk persiapan lembur ini, aku telah menyiapkan dopping andalan. Madumurni, susu kambing murni yang dibelikan oleh Hamdi dari para penggembalakambing yang biasa lewat di Wadi Hof, dan telur ayam kampung. Agar suasanasegar aku membuka jendela dan pintu kamar terbuka lebar-lebar. Pelan-pelankusetel nasyid Athfal Filistin . Semangat bocah-bocah cilik Palestina yangmembara dengan celoteh mereka yang menggemaskan menyanyikan lagu-laguperjuangan dan intifadhah membuat diriku bersemangat dan tidak mengantuk.Aku sudah minta izin teman-teman untuk membunyikan nasyid ini sampai tengahmalam. Aku minta mereka menutup pintu kamar masing-masing agar tidak terganggu tidurnya.Ternyata mereka malah asyik meminjam film Ashabul Kahfi dari seorangteman di Nasr City. Dan menontonnya di kamar Rudi. Mereka memerlukan waktu16 jam untuk menonton film yang dibuat Iran dan Lebanon itu. Sebab filmAshabul Kahfi adalah film yang diputar bersambung oleh stasiun TV Lebanonselama bulan Ramadhan tahun kemarin. Hanya yang memiliki parabola yang bisamenontonnya. Malam ini mereka menyediakan waktu khusus untuk menontonnya.Aku belum pernah menontonnya, sebetulnya sangat ingin. Tapi apakah semuakeinginan harus dipenuhi? Komentar teman-teman yang sudah menontonnya, filmAshabul Kahfi luar biasa indahnya, mampu menambah keimanan danmemperhalus jiwa. Lain kali semoga ada kesempatan menontonnya. Malam iniadalah malam kerja. AYAT AYAT CINTANovel Pembangun Jiwa— Habiburrahman Saerozi 120 Malam ini, sementara teman-teman terbang ke zaman Ashabul Kahfi,mereka berdialog dengan pemuda-pemuda pilihan itu, aku malah berlayar dilautan kata-kata yang disusun Ibnu Qayyim. Aku harus membaca dengan teliti danmengedit tulisan sebanyak 357 halaman. Tengah malam aku kelelahan. Akuistirahat dengan melakukan shalat. Ketika sujud kepala terasa enak. Darahmengalir ke kepala. Syaraf-syarafnya menjadi lebih segar. Kudengar teman-temanbertasbih atas apa yang mereka lihat di film itu. Aku melemaskan otot-ototdengan menelentangkan badan di atas kasur. Menarik nafas dalam-dalam danmengeluarkannya pelan-pelan. Aku bangkit hendak meneruskan pekerjaan. Tak sengaja aku melihat sepucuk surat permintaan mengisi pelatihan terjemah darisebuah kelompok studi. Aku jadi teringat dengan sepucuk surat dari Noura yangmasih berada di saku baju koko yang tergantung di dalam almari. Aku belummembacanya. Segera kuambil surat itu dan kubaca. KepadaFahri bin Abdillah, seorang mahasiswadari Indonesia yang lembut hatinya dan berbudi mulia Assalamu’alaikum warahmatullah wa barakatuh.Kepadamu kukirimkan salam terindah, salam sejahtera para penghunisurga. Salam yang harumnya melebihi kesturi, sejuknya melebihi embun pagi.Salam hangat sehangat sinar mentari waktu dhuha. Salam suci sesuci air telagaKautsar yang jika direguk akan menghilangkan dahaga selama-lamanya. Salam penghormatan, kasih dan cinta yang tiada pernah pudar dan berubah dalamsegala musim dan peristiwa.Wahai orang yang lembut hatinya, Entah dari mana aku mulai dan menyusun kata-kata untuk mengungkapkan segala sedu sedan dan perasaan yang ada di dalam dada. Saat kau baca suratku ini anggaplah aku ada dihadapanmu dan menangis sambilmencium telapak kakimu karena rasa terima kasihku padamu yang tiada taranya.Wahai orang yang lembut hatinya, AYAT AYAT CINTANovel Pembangun Jiwa— Habiburrahman Saerozi 121 Sejak aku kehilangan rasa aman dan kasih sayang serta merasa sendiriantiada memiliki siapa-siapa kecuali Allah di dalam dada, kaulah orang yang pertama datang memberikan rasa simpatimu dan kasih sayangmu. Aku tahu kautelah menitikkan air mata untukku ketika orang-orang tidak menitikkan air matauntukku.Wahai orang yang lembut hatinya,Ketika orang-orang di sekitarku nyaris hilang kepekaan mereka dan masabodoh dengan apa yang menimpa pada diriku karena mereka diselimuti rasabosan dan jengkel atas kejadian yang sering berulang menimpa diriku, kau tidak hilang rasa pedulimu. Aku tidak memintamu untuk mengakui hal itu. Karenaorang ikhlas tidak akan pernah mau mengingat kebajikan yang telahdilakukannya. Aku hanya ingin mengungkapkan apa yang saat ini kudera dalamrelung jiwa.Wahai orang yang lembut hatinya, Malam itu aku mengira aku akan jadi gelandangan dan tidak memilikisiapa-siapa. Aku nyaris putus asa. Aku nyaris mau mengetuk pintu neraka danmenjual segala kehormatan diriku karena aku tiada kuat lagi menahan derita.Ketika setan nyaris membalik keteguhan imanku, datanglah Maria menghibur dengan segala kelembutan hatinya. Ia datang bagaikan malaikat Jibrilmenurunkan hujan pada ladang-ladang yang sedang sekarat menanti kematian. Di kamar Maria aku terharu akan ketulusan hatinya dan keberaniannya. Akuingin mencium telapak kakinya atas elusan lembut tangannya pada punggungku yang sakit tiada tara. Namun apa yang terjadi Fahri? Maria malah menangis dan memelukku erat-erat. Dengan jujur iamenceritakan semuanya. Ia sama sekali tidak berani turun dan tidak berniat turunmalam itu. Ia telah menutup kedua telinganya dengan segala keributan yangditimbulkan oleh ayahku yang kejam itu. Dan datanglah permintaanmu melaluisms kepada Maria agar berkenan turun menyeka air mata dukaku. Maria tidak mau. Kau terus memaksanya. Maria tetap tidak mau. Kau mengatakan pada Maria: ‘Kumohon tuturlah dan usaplah air mata. Aku menangis jika ada perempuan menangis. Aku tidak tahan. Kumohon. Andaikan aku halal baginyatentu aku akan turun mengusap air matanya dan membawanya ke tempat yang AYAT AYAT CINTANovel Pembangun Jiwa— Habiburrahman Saerozi 122 jauh dari linangan air mata selama-lamanya. Maria tetap tidak mau.” Diamenjawab: “Untuk yang ini jangan paksa aku, Fahri! Aku tidak bisa.” Kemudiandengan nama Isa Al Masih kau memaksa Maria, kau katakan, “Kumohon, demirasa cintamu pada Al Masih.” Lalu Maria turun dan kau mengawasi dari jendela. Aku tahu semua karena Maria membeberkan semua. Ia memperlihatkan semuakata-katamu yang masih tersimpan dalam handphone-nya. Maria tidak mau akucium kakinya. Sebab menurut dia sebenarnya yang pantas aku cium kakinya dankubasahi dengan air mata haruku atas kemuliaan hatinya adalah kau. Sejak ituaku tidak lagi merasa sendiri. Aku merasa ada orang yang menyayangiku. Akutidak sendirian di muka bumi ini.Wahai orang yang lembut hatinya, Anggaplah saat ini aku sedang mencium kedua telapak kakimu dengan air mata haruku. Kalau kau berkenan dan Tuhan mengizinkan aku ingin jadi abdidan budakmu dengan penuh rasa cinta. Menjadi abdi dan budak bagi orangshaleh yang takut kepada Allah tiada jauh berbeda rasanya dengan menjadi puteri di istana raja. Orang shaleh selalu memanusiakan manusia dan tidak akanmenzhaliminya. Saat ini aku masih dirundung kecemasan dan ketakutan jikaayahku mencariku dan akhirnya menemukanku. Aku takut dijadikan santapanserigala.Wahai orang yang lembut hatinya,Sebenarnya aku merasa tiada pantas sedikit pun menuliskan ini semua.Tapi rasa hormat dan cintaku padamu yang tiap detik semakin membesar didalam dada terus memaksanya dan aku tiada mampu menahannya. Akusebenarnya merasa tiada pantas mencintaimu tapi apa yang bisa dibuat olehmakhluk dhaif seperti diriku.Wahai orang yang lembut hatinya, Dalam hatiku, keinginanku sekarang ini adalah aku ingin halal bagimu. Islam memang telah menghapus perbudakan, tapi demi rasa cintaku padamu yang tiada terkira dalamnya terhunjam di dada aku ingin menjadi budakmu. Budak yang halal bagimu, yang bisa kau seka air matanya, kau belai rambutnyadan kau kecup keningnya. Aku tiada berani berharap lebih dari itu. Sangat tidak pantas bagi gadis miskin yang nista seperti diriku berharap menjadi isterimu. Aku AYAT AYAT CINTANovel Pembangun Jiwa— Habiburrahman Saerozi 123 merasa dengan itu aku akan menemukan hidup baru yang jauh dari cambukan,makian, kecemasan, ketakutan dan kehinaan. Yang ada dalam benakku adalahmeninggalkan Mesir. Aku sangat mencintai Mesir tanah kelahiranku. Tapi akumerasa tidak bisa hidup tenang dalam satu bumi dengan orang-orang yangsangat membenciku dan selalu menginginkan kesengsaraan, kehancuran dankehinaan diriku. Meskipun saat ini aku berada di tempat yang tenang dan amandi tengah keluarga Syaikh Ahmad, jauh dari ayah dan dua kakakku yang kejam,tapi aku masih merasa selalu diintai bahaya. Aku takut mereka akan menemukandiriku. Kau tentu tahu di Mesir ini angin dan tembok bisa berbicara.Wahai orang yang lembut hatinya, Apakah aku salah menulis ini semua? Segala yang saat ini menderu didalam dada dan jiwa. Sudah lama aku selalu menanggung nestapa. Hatiku selalukelam oleh penderitaan. Aku merasa kau datang dengan seberkas cahaya kasihsayang. Belum pernah aku merasakan rasa cinta pada seseorang sekuat rasacintaku pada dirimu. Aku tidak ingin mengganggu dirimu dengan kenistaan kata-kataku yang tertoreh dalam lembaran kertas ini. Jika ada yang bernuansa dosasemoga Allah mengampuninya. Aku sudah siap seandainya aku harus terbakar oleh panasnya api cinta yang pernah membakar Laila dan Majnun. Biarlah aku jadi Laila yang mati karena kobaran cintanya, namun aku tidak berharap kau jadi Majnun. Kau orang baik, orang baik selalu disertai Allah. Doakan Allah mengampuni diriku. Maafkan atas kelancanganku.Wassalamu’alaikum,Yang dirundung nestapa, Noura Tak terasa mataku basah. Bukan karena inilah untuk pertama kalinya akumenerima surat cinta yang menyala dari seorang gadis. Bukan karena kata-kataNoura yang mengutarakan apa dirasakannya terhadapku. Aku menangis karenabetapa selama ini Noura menderita tekanan batin yang luar biasa. Ia sangatketakutan, merasa tidak memiliki tempat yang aman. Ia merasa berada dalamkegelapan yang berkepanjangan. Tanpa cahaya cinta dan kasih dari keluarganya.Ia merasa tidak ada yang peduli padanya. Ia telah kehilangan kepercayaan dirinyasebagai manusia merdeka tanpa belenggu nestapa. Sesungguhnya tekanan psikis AYAT AYAT CINTANovel Pembangun Jiwa— Habiburrahman Saerozi 124 yang menderanya selama ini lebih berat dari siksaan fisik yang ia terima. Makaketika ada sedikit saja cahaya yang masuk ke dalam hatinya, ada rasa simpatiyang diberikan orang lain kepadanya, ia merasa cahaya dan rasa simpati itu adalahsegalanya baginya. Ia langsung memegangnya erat-erat dan tidak mau kehilangancahaya itu, tidak mau kehilangan simpati itu dan ia sangat percaya danmenemukan hidupnya pada diri orang yang ia rasa telah memberikan cahaya danrasa simpati.Aku menyeka air mata kulipat kertas surat itu dan kumasukkan ke dalamamplopnya. Setelah shalat shubuh aku harus menyampaikan hal ini pada SyaikhAhmad. Gadis itu perlu terus diberi semangat hidup dan dikokohkan ruhaninya.Gadis itu perlu diyakinkan bahwa dia akan mendapatkan rasa aman dan kasihsayang selama berada di tengah-tengah orang yang beriman. Aku mengambil airwudhu untuk menenangkan hati dan pikiran. Aku harus kembali menyelesaikanpekerjaan. Ketika azan shubuh berkumandang seluruh terjemahan telah selesaiaku edit. Langsung kupecah menjadi empat file. Kumasukkan ke dalam disket.Mataku terasa berat dan perih. Seperti ada kerikil mengganjal di sana. Aku belummemicingkan mata sama sekali. Aku bangkit kuajak teman-teman untuk turun kemasjid. AYAT AYAT CINTANovel Pembangun Jiwa— Habiburrahman Saerozi 125 11. Dijenguk Sahabat Nabi Kepada Syaikh Ahmad aku berikan surat Noura untuk beliau baca. Jamaahshalat shubuh sudah banyak yang pulang. Kecuali beberapa kakek-kakek yangberi’tikaf dan membaca Al-Qur’an menunggu sampai waktu dhuha tiba. Akudiajak Syaikh Ahmad masuk ke dalam kamar imam. Aku memohon kepada beliauuntuk memperlakukan gadis itu dengan lebih baik dan bijak. Aku memohonkepada beliau agar gadis itu jangan dicela atas apa yang ditulis dan dilakukannya.Gadis itu memang sedikit berbohong ketika mengatakan surat itu ucapan terimakasih semata. Gadis itu perlu dikokohkan semangat hidupnya dan diyakinkan diatidak akan mendapatkan perlakuan buruk lagi. Dia akan aman di Mesir. SyaikhAhmad membaca surat itu dan menitikkan air mata. “Akan aku minta kepadaUmmu Aiman untuk mencurahkan perhatian yang lebih padanya. Dia memangmemerlukan rasa aman dan kasih sayang yang selama ini hilang. Dan diasepertinya belum merasa yakin dia akan mendapatkan rasa aman dan kasih sayangdi sini.” Syaikh Ahmad berjanji akan menyelesaikan masalah Noura sebaik-baiknya dan meminta diriku agar tidak terganggu dan konsentrasi pada tesis. Dansurat Noura itu aku berikan pada Syaikh. Aku tidak mau menyimpannya. Baruaku pulang.Sampai di rumah aku baca Al-Qur’an satu halaman. Aku inginmemejamkan mata setengah jam saja. Aku pesan pada Saiful agar membangunkanaku sampai aku benar-benar bangun pada pukul setengah tujuh.Pukul setengah tujuh aku dibangunkan. Kerikil di mata belum sepenuhnyahilang. Aku mandi. Sarapan belum jadi. Aku mempersiapkan segalanya untuk pergi. Jawaban untuk Alicia. Proposal tesis. Dan disket berisi naskah terjemahan.Karena perjalanan panjang aku harus berangkat pagi. Di metro aku tidak dapattempat duduk. Metro penuh oleh orang-orang yang berangkat kerja. Turun diTahrir aku langsung mencari Eltramco menuju Hayyu Sabe. Tujuanku adalah@lfenia. Warnet yang dikelola teman-teman mahasiswa dari Indonesia. Pukuldelapan aku sampai di sana. Bertemu Furqon, penjaga warnet yang sudah sepertisaudara sendiri. Furqon memelukku dan berkata, “Pucat sekali sampean Mas.Begadang ya?” AYAT AYAT CINTANovel Pembangun Jiwa— Habiburrahman Saerozi 126 Aku menganggukkan kepala. Furqon mempersilakan aku memilih sendiritempat yang kuinginkan. Hanya ada tiga orang yang sedang berlayar di duniamaya. Aku memilih yang paling dekat dari tempatku berdiri. MembukaYahoomail. Mengirim naskah terjemahan dengan attachment. Membuka beberapamessage di mailist Mutarjim, Qahwaji, dan Indonesia Cinta Damai. MelihatAhram, Time, Republika, Media Indonesia, Suara Merdeka dan Islam-online. Satu jam aku di @lfenia. Furqan menyuguhkan segelas teh Arousa. Teh palingmerakyat di Mesir. Jika dibuat kental dan minum masih dalam keadaan agak panas pelan-pelan. Sruput demi sruput . Teh Arousa mampu meringankan kepalayang berat dan menyegarkan pikiran. Dari @lfenia aku langsung naik bis 926menuju kampus Al Azhar di Maydan Husein. Kuserahkan proposal tesiskepada Syuun Thullab Dirasat Ulya Fakultas Ushuluddin. Aku merasa aku akan terlambatsampai di National Library. Aku kontak Aisha memberitahukan posisikeberadaanku dan meminta mereka menunggu jika aku terlambat.Benar aku terlambat sepuluh menit. Aku minta maaf. Kukeluarkan jawaban atas pertanyaan Alicia yang telah kujilid.“Semua pertanyaan tentang perempuan dalam Islam saya jawab dalamempat puluh halaman. Pertanyaan lainnya saya jawab dengan menerjemahkanbuku yang ditulis oleh Prof.Dr. Abdul Wadud Shalabi.”Alicia dan Aisha berdecak kaget dan gembira atas keseriusanku. Aku jelaskan siapa sebenarnya yang menerjemahkan buku Prof. Shalabi ke dalambahasa Inggris. Sahamku dalam terjemahan itu hanyalah membaca ulang danmengoreksinya serta menerjemahkan hadits dan melengkapi terjemahan Al-Qur’an yang ditinggalkan Maria. Korektor akhir atas semuanya adalah SyaikhAhmad Taqiyyuddin. Lalu kami berdiskusi selama dua jam setengah. Saatberdiskusi aku merasa badanku terasa meriang sekali. Kepalaku berat tapi akutahan dan aku kuat-kuatkan. Alicia minta data diriku dan alamat lengkapku. Duahari lagi rencananya ia akan kembali ke Amerika. Aisha berkata suatu saat nantiakan mengajak diriku untuk berdiskusi lagi. Kami berpisah. Di luar gedung terik panas benar-benar menggila. Aku naik metro . Sampai di Maadi setengah tiga.Akubelum shalat. Terpaksa aku turun untuk shalat di masjid yang ada di luar mahattah . AYAT AYAT CINTANovel Pembangun Jiwa— Habiburrahman Saerozi 127 Aku meneruskan perjalanan. Ubun-ubun kepalaku terasa sangat nyeri. DiTura El-Esmen badai panas bergulung menebar debu ke dalam metro . Sangattidak nyaman. Turun di Hadayek Helwan aku merasa tidak kuat untuk berjalan keapartemen. Aku panggil taksi. Kepalaku nyeri sekali. Tubuh seperti remuk. Akulupa belum sarapan sejak pagi. Sampai di halaman apartemen aku sempat melihat jam tangan. Pukul tiga seperempat. Kepalaku seperti ditusuk tombak berkarat.Sangat sakit. Begitu membuka pintu rumah aku merasa tidak kuat melangkahkankaki. Kepala terasa seperti digencet palu godam. Lalu aku tidak tahu apa yangterjadi. Mataku menangkap kilatan cahaya putih lalu gelap.* * *Dalam keremangan gelap aku melihat ada cahaya. Perlahan aku membukamata. Aku melihat langit-langit berwarna putih. Bukan langit-langit kamarku.Langit-langit kamarku biru muda. Kepalaku masih berat.“ Alhamdulillah . Kau sudah tersadar Mas,” suara Saiful serak. Akumemandang wajahnya.“A..aku di...di mana?” lidahku terasa kelu sekali.“Di rumah sakit Mas,” lirih Saiful.“Kenapa?”“Sudah lah Mas istirahat dulu. Jangan memikirkan apa-apa dulu.”Kepalaku terasa nyeri kembali. Aku berusaha berpikir, mengingat-ingatapa yang terjadi padaku sehingga ada di rumah sakit ini. Perjalanan melelahkan,kepanasan dengan perut kosong. Membuka pintu dengan kepala sakit luar biasaseperti dihantam palu godam. Lalu gelap. Saiful menatapku dengan mata berkaca.“Jam be..berapa?” tanyaku padanya.“Setengah tiga malam Mas.”Aku teringat belum shalat Ashar, Maghrib dan Isya. Aku ingin bangkittapi seluruh tubuhku terasa lumpuh. Kepalaku tiba-tiba terasa sakit sekali.“Aduuh! Astaghfirullah !” aku menahan sakit tiada terkira.“Kenapa Mas?”Semuanya kembali terasa gelap. Aku berlayar dalam gelap dankeheningan. Mengarungi dunia yang tiada aku tahu namanya. Aku mendengarsuara magic Syaikh Utsman Abdul Fattah. Fahri, baca surat Al Anbiya! Kubaca AYAT AYAT CINTANovel Pembangun Jiwa— Habiburrahman Saerozi 128 surat Al Anbiya. Teruskan Surat Al Hajj, pakai qiraah Imam Warasy. 82 Akumembaca dengan qiraah Warasy sampai selesai. Semuanya gelap kembali. Akutidak mendengar apa tidak melihat apa-apa. Aku kembali mendengar suara SyaikhUtsman, beliau membaca surat Al Furqan dengan qiraah Imam Hamzah akumendengar dengan seksama kefasihan tajwidnya. Sampai ayat enam puluh limabeliau membaca dengan menangis tersedu-sedu. Aku ikut menangis. Beliau tiadakuasa untuk melanjutkannya. Aku membacanya dan melanjutkannya denganqiraah yang sama. Selesai. Syaikh Utsman meminta aku meneruskan satu suratlagi. Aku memenuhi titah beliau, kubaca surat Asy Syuara. Sampai pada ayatseratus delapan puluh empat daun telingaku menangkap suara isak tangis sayup-sayup. Aku merasa ada sentuhan halus di pipiku. Aku mengerjapkan mataku.“Fahri, kau sudah sadar Fahri. Kau bangun Fahri. Ini aku,” suara halusperempuan. Aku coba membuka mata lebih lebar. Semakin terang. Aku melihatwajah putih bersih. Dia duduk di kursi dekat dengan dadaku“Ma..Maria?!” aku memanggil namanya, tapi cuma bibirku yang kurasabergerak tanpa suara.“Ya aku Maria,” ia mendekatkan wajahnya ke wajahku..“ Astaghfirullah!” lirihku.“Ada apa Fahri?”“Ma..mana Saiful?”“Sedang keluar, dia kusuruh sarapan.”“Jam berapa?”“Jam delapan pagi.”Maria tiada berkedip memandangi diriku yang terbujur tiada berdayaseperti bayi. Matanya berkaca-kaca, hidungnya memerah dan pipinya basah.“Kenapa kau kemari, Maria?”“Aku ingin tahu keadaanmu. Aku mencemaskanmu.”“Kau menangis Maria?” 82 Imam Warasy, seorang Imam Qiraah yang terkenal, mengambil qiraahnya dari Imam Nafibin Abdurrahman Al-Madani yang mengambil qiraah dari Imam Abu Ja’far Al-Qari dan tujuhpuluh tabiin. Dan mereka semua mengambil qiraah dari Ibnu Abbas dan Abu Hurairah dari Ubaybin Kaab dari Rasulullah Saw. AYAT AYAT CINTANovel Pembangun Jiwa— Habiburrahman Saerozi 129 “Kau membuatku menangis Fahri. Kau mengigau terus dengan bibirbergetar membaca ayat-ayat suci. Wajahmu pucat. Air matamu meleleh tiadahento. Melihat keadaanmu itu apa aku tidak menangis,” serak Maria sambiltangan kanannya bergerak hendak menyentuh pipiku yang kurasa basah.“Jangan Maria tolong, ja..jangan sentuh!”“Maaf, aku lupa. Keadaan haru sering membuat orang lupa.”Aku melihat di samping kiriku ada tiang besi putih, ada tabung infustergantung di sana. Di bawah tabung ada selang kecil mengalirkan air infus kedalam nadi tangan kiriku. Air infus terus menetes seperti embun di musimpenghujan. Aku kembali merasakan nyeri dalam tempurung kepalaku. Seperti adaratusan paku menacam. Aku berusaha menahan dengan memejamkan mata danotot rahang menegang. Tak kuat juga aku mengaduh, meskipun lirih.“Ada apa Fahri, apa yang kau rasakan?” suara Maria serak.“Kepalaku nyeri sekali.”“Biar kupanggilkan petugas,” telingaku menangkap suara langkah kakiMaria. Tak lama kemudian ia datang dengan seorang dokter lelaki. Dokter itumemasang menempelkan tangannya di keningku. Memeriksa tekanan darahku.Memasang termometer sebesar pena di ketiakku. Dan dengan suara yang lembutmenanyai apa yang kurasakan serta membesarkan hatiku. Ia mengambiltermometer dan melihatnya. Lalu menuliskan sesuatu di dalam berkas yang dibawanya. Kemudian menyuntikkan sesuatu lewat jarum selang infus yangmenancap di tangan kiriku.“Suntikan untuk meredakan rasa sakit. Kau akan cepat sembuh,” katadokter itu. Maria mengamati dengan seksama apa yang dilakukan dokter itupadaku. Ia berdiri di samping ranjang. Rambutnya yang hitam terkucir rapi.Setelah mendapat suntikan itu rasa sakit di kepalaku terasa mulai berkurang.Saiful datang tepat saat dokter setengah baya yang mengenalkan dirinya bernamaRamzi Shakir itu hendak pergi. Saiful menyalami dokter Ramzi dan berbincangsebentar dengannya. Maria duduk di kursi di samping ranjang. Saiful mendekat. Iamengucapkan salam dan tersenyum.“Maria, boleh aku bicara empat mata dengan Saiful?” lirihku pada Maria. AYAT AYAT CINTANovel Pembangun Jiwa— Habiburrahman Saerozi 130 Maria mengangguk dan melangkah keluar. Ia tidak membawa serta taskecilnya.“Saif, kenapa kau tinggalkan aku sendirian dengan Maria? Kenapa diayang menunggui aku? Dia bukan mahramku.” Aku memaksakan diri untuk bersuara agak keras. Saiful sepertinya tahu kalau aku marah dan tidak berkenan.“Maafkan saya Mas. Keadaannya darurat. Aku belum tidur sama sekalisemalam dan perutku perih sekali. Kebetulan Maria datang,” jawabnya.“Teman-teman yang lain mana?”Saiful lalu menceritakan kejadian itu.“Saat Mas pulang dan terjatuh tak sadarkan diri di pintu, yang ada dirumah cuma saya seorang. Saya langsung mengontak Mishbah yang saat itu adadi Wisma agar pulang. Sedangkan Hamdi dan Rudi, hari itu sedang dalamperjalanan ikut rihlah 83 ke Luxor yang diadakan Majlis A’la. Mereka tidak mungkin dihubungi. Saya bingung, saya naik ke atas. Untung saat itu Yousef danMaria ada. Maria langsung menelpon mamanya, Madame Nahed, yang sedangkerja di Rumah Sakit Maadi. Madame Nahed meminta pada Maria agar seketikaitu juga membawa Mas Fahri ke rumah sakit. Madame Nahed mengurusisemuanya dan memilihkan kamar kelas satu. Dia juga yang memilihkan dokter. Madame Nahed tidak bisa langsung menanganimu sebab dia dokter spesialisanak. Mas tak sadarkan diri dalam waktu yang lama sekali. Mas baru sadar jamsetengah tiga malam. Setelah itu tak sadarkan diri lagi. Mishbah sampai di rumahsakit jam lima sore ikut menunggui sampai jam satu malam. Saya dan Mishbahsepakat membuat jadwal. Malam itu saya minta Mishbah istirahat di rumah,karena dia terlihat sangat kelelahan. Dan saya minta dia datang pukul sembilanpagi untuk gantian jaga. Pukul setengah delapan tadi Maria datang tepat ketikasaya merasakan perut ini sedemikian perih karena sejak sore kemarin belumkemasukan apa-apa. Melihat wajah saya pucat Maria minta saya keluar keluaruntuk makan dan membersihkan badan. Jadilah Maria menjaga Mas sendirian.”Mendengar cerita itu aku maklum adanya. Saiful berjanji akan menjagadiriku sebaik-baiknya bergantian dengan Mishbah. Dan tidak akan membiarkandiriku dijaga oleh orang lain. 83 rekreasi. AYAT AYAT CINTANovel Pembangun Jiwa— Habiburrahman Saerozi 131 Maria mengetuk pintu minta izin masuk. Aku minta Saiful untuk mempersilakan dia masuk. Maria datang dengan menenteng kantong plastik putih.Ia duduk dan mengeluarkan isinya; satu botol air mineral, satu kotak susu Juhaynaisi satu kilo, satu kotak ashir mangga, sebungkus roti tawar, satu kaleng vitracrasa strawberry, satu kaleng cokelat, sekotak keju president, dan satu kotak tissue meja. Ia menatanya di atas meja yang masih kosong tidak ada apa-apa. Mariamenawariku makan atau minum. Aku sama sekali tidak berselera. Ia mengambilselembar roti tawar, mengoleskan keju dan cokelat dan menutupnya denganselembar roti tawar di atasnya dan menyerahkan pada Saiful. Saiful tidak bisamenolaknya. Maria kembali mengambil roti tawar. Kali ini untuk dirinya. Lalu iamengambil dua gelas dan bertanya pada Saiful mau minum apa. Saiful menjawab,air putih saja. Maria menuangkan air mineral ke dalam gelas dan menyerahkanpada Saiful. Ia sendiri menuangkan ashir mangga.Kudengar mereka berdua berbincang sambil makan roti. Saifulmengucapkan rasa terima kasih atas kebaikan Maria. Dengan sangat hati-hati iamenjelaskan masalah mahram kepada Maria. Dengan bahasa halus ia memintaagar jika bisa Maria datang bersama ayah atau adiknya. Jadi seandainyaberbincang atau berada dalam satu ruangan seperti itu ada mahram yangmenemaninya. Bukan karena tidak percaya pada Maria tapi demi kedamaian jiwa.Aku diam saja. Sebab perlahan aku kembali merasakan kepalaku mulai bersenut-senut. Aku masih bisa mendengar Saiful menyitir beberapa sabda Rasul yangmemberikan tuntunan cara berinteraksi pria dengan wanita. Batasan boleh dantidaknya.Aku juga mendengar pertanyaan Maria tentang boleh tidaknya perempuanmenjenguk pria yang dikenalnya yang sakit. Aku mendengar Saiful menjawabboleh, mendasarkan jawabannya bahwa Imam Bukhari dalam kitab shahihnyasecara khusus menulis “Bab Perempuan Membesuk Lelaki”. Beliau mengatakan,“Ummu Darda’ menjenguk seorang lelaki ahli masjid dari kalangan Anshar.”Dalam sebuah riwayat juga disebutkan bahwa ketika Ka’ab bin Malik Al Ansharisakit keras dan dekat dengan kematiannya, Ummu Mubasyir binti Al Barra binMa’rur Al Anshariyyah menjenguknya. Maka tidak ada masalah seorang AYAT AYAT CINTANovel Pembangun Jiwa— Habiburrahman Saerozi 132 perempuan menjenguk saudaranya yang lelaki selama masih menjaga adabkesopanan yang diajarkan Rasulullah.Setelah itu aku tidak mendengar lagi apa yang mereka bicarakan. Akukembali merasakan nyeri yang luar biasa dalam tempurung kepalaku. Akumengaduh. Lalu semuanya terasa gelap.* * *Ketika aku sadar, aku tidak menemukan Saiful dan Maria. Yang ada disisiku adalah Mishbah dan beberapa teman dari Nasr City yang kukenal baik. AdaMas Khalid, Kang Kaji, Mas Junaedi, Sofwan, Iswan, Khalil, Bimo dan Chakim.Mereka semua tersenyum padaku meskipun aku menangkap guratan sedih dalamwajah mereka. Mereka mendekat satu persatu dan memelukku pelan sambilberbisik , “Syafakallah syifaan ajilan, syifaan la yughadiru ba’dahu saqaman.” 84 Kutanyakan pada Mishbah jam berapa sekarang. Mishbah menjawab jamsatu siang. Apakah ini hari Ahad? Mishbah menjawab iya. Aku minta padaMishbah untuk menghubungi Syaikh Utsman. Rabu lalu aku sudah tidak datang.Aku minta Mishbah menjelaskan kondisiku pada beliau dan memohon agar beliaumemberikan doanya. Mishbah keluar. Aku mencoba mengangkat tanganku. Tidak bisa juga. Rasanya seperti lumpuh. Aku meneteskan air mata. Aku belum beranibertanya sakit apa aku sebenarnya.Aku minta pada Mishbah dan teman-teman agar tidak mengabarkansakitku ini ke Indonesia. Aku merasa ingin buang air kecil. Aku katakan itu padaMas Khalid. Mas Khalid mengambilkan pispot. Teman-teman yang lain keluar.Mas Khalid memasukkan pispot ke balik selimutku. Tangannya meraba tanpamembuka auratku dan berusaha aku bisa buang air kecil di dalam pispot. Akutidak bisa membayangkan kalau dalam keadaan seperti ini yang ada di sampingkuhanyalah Maria seperti tadi pagi. Apakah aku harus buang air kecil begitu saja diatas kasur seperti waktu aku masih bayi dulu, ataukah aku akan meminta tolongpadanya untuk memasangkan pispot. Selesai buang air kecil, aku minta pada MasKhalid men tayamum i aku. 85 Tanganku sama sekali tidak bisa digerakkan. Lalu 84 Semoga Allah menyembuhkanmu secepatnya, dengan kesembuhan yang tiada sakitsetelahnya. 85 Tayamum adalah bersuci dengan menggunakan debu sebagai ganti wudhu. AYAT AYAT CINTANovel Pembangun Jiwa— Habiburrahman Saerozi 133 aku shalat dengan menggunakan isyarat mata dan tubuh terlentang tiada berdayaseperti seorang balita.Teman-teman menemani sampai jam besuk habis. Tinggal Mishbahseorang yang tetap menunggui diriku. Mishbah memberi tahu habis maghrib, insya Allah , Syaikh Utsman Abdul Fattah akan datang. Aku meneteskan air mata,diriku telah menyusahkan banyak orang. Mishbah mengusap air mata yangmeleleh dipipiku dengan tissue yang dibeli Maria, baunya wangi. Sambilmenghiburku bahwa semuanya akan kembali seperti sedia kala, aku akan sembuhdan sehat kembali serta bisa main bola lagi. Saiful datang membawa bantal. Iabilang sejak sekarang ia dan Mishbah akan menjagaku berdua. Tidur dan istirahatbergantian di dalam kamar kelas satu ini. Memang di kamar yang tidak terlaluluas ini hanya aku seorang pasiennya. Aku tidak tahu bagaimana nanti membayarongkosnya. Kepalaku terasa berat lalu nyeri dan semuanya kembali terasa gelap.Dalam gelap aku tidak tahu berada di alam apa. Tiba-tiba aku berjumpadengan orang yang kurus dan bercahaya wajahnya, orang yang belum pernah akuberjumpa dengannya. Dia mengenalkan dirinya sebagai Abdullah bin Mas’ud.Aku tersentak kaget. Abdullah bin Mas’ud adalah satu-satunya sahabat, yangBaginda Nabi ingin mendengar bacaan Al-Qur’an darinya. Abdullah bin Mas’udadalah Guru Besar Tafsir dan Qiraah di kota Kufah. Imam-imam besar darikalangan tabiin banyak yang belajar membaca Al-Qur’an darinya. Abdullah binMas’ud tersenyum padaku serta merta aku mencium tangannya, ia menyambutkudan memeluk diriku. Aku bisa berdiri, aku tidak lumpuh. Ibnu Mas’udmembisikkan syafakallah ke telingaku. Aku mencium bau harum dari jubah dantubuhnya.Beliau melepaskan pelukannya dan memintaku membaca Al Baqarah. Akumembacanya dengan hati bahagia. Beberapa kali dia membetulkan bacaanku. Akumembaca sampai akhir Al Baqarah. Abdullah bin Mas’ud memintaku berhenti.Abdullah bin Mas’ud mencium keningku dan hendak pergi. Aku menahannya.Aku katakan aku ingin menanyakan sesuatu padanya. Beliau tersenyum danmenyilakan aku bertanya.Aku tanyakan padanya, “Apakah benar riwayat yang mengatakan Andatidak mengakui mushaf Utsmani?” AYAT AYAT CINTANovel Pembangun Jiwa— Habiburrahman Saerozi 134 Abdullah bin Mas’ud tersenyum padaku dan berkata dengan suara yangsangat berwibawa,“Yang tidak mengakui mushaf Utsmani dan tidak suka dengannya adalahorang-orang munafik dan orang-orang yang memusuhi agama Allah. Merekamencatut namaku untuk membela tujuan-tujuan mereka yang jahat. Apa yang adadi dalam mushaf Utsmani dari Al Fatihah sampai An Naas adalah wahyu yangditurunkan Allah melalui malaikat Jibril kepada Baginda Nabi. Tertulis utuh dansempurna. Tidak berkurang dan tidak bertambah meskipun cuma satu huruf. Danapa yang ada dalam mushaf Utsmani itulah yang aku ajarkan pada para tabiin danmereka mengajarkan pada murid-muridnya. Begitu seterusnya hingga sampaikepadamu dan kepada jutaan umat Muhammad di seluruh penjuru dunia. Al-Qur’an terjaga keasliannya. Memang akan selalu ada orang-orang jahat yangberusaha meragukan kebenaran dan merusak kesucian Al-Qur’an. Namunketahuilah usaha mereka akan sia-sia. Sebab Allah sendiri yang akan menjagakeutuhan dan kesuciannya sampai hari akhir. Dan orang-orang pilihan Allah didunia ini adalah mereka yang disebut Ahlul Quran . Orang-orang yang hatinyaselalu terpatri pada Al-Qur’an, mengimani Al-Qur’an, dan berusaha mengajarkandan mengamalkan isi Al-Qur’an dengan penuh keikhlasan.”Sahabat nabi, Abdullah bin Mas’ud tersenyum. Aku pun tersenyum. Akuingin ikut dengannya, tapi beliau tidak memperbolehkannya. Aku lalu titippadanya salam sejahtera, rasa cinta dan rasa rindu tiada terkira untuk BagindaNabi shallallahu ‘alaihi wa sallam . Sahabat nabi itu lalu meninggalkan diriku.Semakin lama semakin jauh. Mengecil. Menjadi titik. Dan hilang. Aku merasakehilangan dan sedih. Mataku basah. AYAT AYAT CINTANovel Pembangun Jiwa— Habiburrahman Saerozi 135

0 komentar:

Posting Komentar

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More